Chapter 7

1591 Kata
  Pukul: 09. 00            Ello membuka matanya dengan malas saat mendengar ponsel miliknya berbunyi. Ia mengelitkan tubuhnya lalu melepaskan pelukan pada tubuh Alana dengan perlahan. "Hallo. Ada apa?" tanya Ello dengan suara serak yang terkesan malas. "Pak Mario, apa anda tidak masuk kerja? Banyak dokumen penting yang harus anda tandatangani." ucap Tiffany sebagai sekretaris Ello. "Aku tidak kerja karena Istriku sedang sakit, jadi jika ada dokumen yang harus ditandatangani datanglah ke apartemenku." balas Ello. "Baiklah saya akan datang, tapi saya tidak tahu di mana apartemen Pak Mario." "Datanglah dengan Reyhan, dia tahu apartemenku. Kalau begitu aku matikan teleponnya." ucap Ello lalu meletakan ponselnya dengan kasar. Dirinya masih mengantuk tapi ada saja gangguan untuk tidur. Ello mengecup dahi Alana dengan lembut, lalu ia memandangi wajah Istrinya itu dengan senyum manis di bibirnya. "Kau suka sekali tidur, tapi kenapa kau selalu cantik bagaimanapun keadaannya?" ucap Ello sambil tetap tersenyum sambil memandangi wajah Alana yang masih memejamkan mata. Pria itu turun dari tempat tidurnya, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dan setelah selesai ia langsung pergi ke dapur untuk membuat kopi. Tidak selang beberapa lama bel apartemennya berbunyi, menandakan jika ada tamu yang datang. Ello membuka pintunya dan ternyata tamunya adalah Tiffany dan Reyhan. "Duduklah." suruh Ello lalu pergi lagi ke dapur untuk mengambilkan mereka berdua minum. "Tidak perlu repot-repot, Pak." ucap Reyhan yang merupakan orang kepercayaan Ello di kantor. "Tidak merepotkan." ucap Ello sambil meletakkan botol minum di depan mereka, lalu duduk di depan Tiffany dan Reyhan. Mereka mulai melakukan pekerjaan yang harus di periksa oleh Ello dengan serius.            Sedangkan dilain sisi yang tepatnya di dalam kamar. Alana membuka matanya sedikit saat tidak merasakan keberadaan Ello di sampingnya. Ia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar dengan malas untuk mencari Suaminya. Dengan mata yang masih mengantuk, Alana langsung duduk di pangkuan Ello yang sedang serius dengan kertasnya. Pria itu tentu saja terkejut dengan keberadaan Alana yang secara tiba-tiba, ditambah lagi dengan wanita itu yang duduk di pangkuannya. "Kenapa kau meninggalkanku?" tanya Alana dengan bibir mengerucut, dan tangan yang sudah melingkar indah di leher Ello. "Aku tidak meninggalkanmu-" ucapan Ello terpotong saat Istrinya itu tiba-tiba saja mencium bibirnya dengan bernafsu. Lagi-lagi Alana bertindak agresif pada Ello. Pria itu ingin melepaskan ciuman Alana tapi dirinya tidak bisa karena wanita itu menahan tengkuknya dengan erat. Ello bisa saja memakai ototnya untuk melepaskan diri dari Alana tapi ia tidak mau melukai wanita itu. Alana terus melumat bibir Ello sambil mengacak-ngacak rambut pria itu yang awalnya rapi sekarang menjadi berantakan. Setelah dirasa oksigennya mulai menipis, wanita itu pun melepaskan ciumannya. "Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" tanya Alana yang semakin cemberut. Ello sedikit melirik ke arah Reyhan dan Tiffany yang sedang menatap dirinya dan juga Alana dengan terkejut. "Sayang, sekarang sedang ada tamu." ucap Ello yang mampu membuat Alana menolehkan kepalanya ke belakang. Alana sungguh terkejut saat melihat ada dua orang yang sedang memperhatikan dirinya dan Ello. Dengan segera wanita itu langsung turun dari pangkuan Suaminya. "Maaf, aku tidak tahu jika ada tamu." ucap Alana merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, Nyonya Mario." balas Reyhan. Ello berdiri dari duduknya lalu membenarkan rambut Alana yang berantakan sehabis bangun tidur. "Sekarang lebih baik kau mandi." ucap Ello lembut. "Baiklah." balas Alana lalu kembali ke kamarnya.                                                                                               ***            Setelah selesai membersihkan dirinya, kini Alana sedang duduk di samping Ello yang sedang serius pada dokumen pekerjaannya. Alana paling tidak menyukai saat melihat pria itu terlalu serius dengan pekerjaannya, karena ia pasti akan diabaikan oleh Suaminya tersebut. Alana memeluk lengan kanan Ello dengan manja dan hal itu berhasil menarik perhatian sang Suami untuk menoleh. "Apa?" tanya Ello. "El, aku lapar." rengek Alana manja. "Sebentar lagi aku akan memasakkan makan untukmu, tapi aku akan menyelesaikan perkerjaanku dulu." ucap Ello yang berhasil membuat Istrinya kembali cemberut. "Kau tega membuat Istri dan anakmu kelaparan? Kalau begitu aku akan memasak sendiri." ucap Alana lalu berdiri, tapi ditahan oleh Ello sehingga wanita itu masih tetap duduk. "Iya, aku masak sekarang." ucap Ello.         Ello memaklumi jika Alana kelaparan karena sekarang hari bahkan sudah menjelang siang dan wanita itu belum memakan apa pun sejak tadi. "Kalian tunggu di sini sebentar." ucap Ello pada Reyhan dan Tiffany. "Aku ikut." ucap Alana lalu mengekori Ello sampai dapur. Alana memeluk tubuh Ello dari belakang dan mengikuti pergerakan pria itu yang jalan ke sana kemari saat memasak. Sebenarnya Ello risih karena dirinya tidak bisa bergerak dengan bebas, tapi ia juga tidak bisa menyuruh Alana untuk melepaskan pelukannya karena wanita hamil itu nanti bisa marah. "Senangnya bisa melihat Suamiku yang sexy ini sedang memasak." ucap Alana sambil tersenyum. Ello  hanya mampu tersenyum dengan gombalan Alana kepadanya. Wanita itu memang tidak bisa berhenti untuk menggodanya. "Masakan-nya sudah jadi." ucap Ello sambil membalikkan badannya. "Benarkah? Cepat sekali." balas Alana. "Sekarang duduklah di kursi meja makan." ucap Ello mengabaikan ucapan Alana. "Biar aku bantu membawa makanannya ke meja makan." balas Alana yang langsung mendapatkan galengan dari Ello. "Tidak perlu, biar aku saja yang membawanya." ucap Ello lalu membawa masakannya ke meja makan. Ello juga memanggil Tiffany dan Reyhan untuk makan bersama. Tidak mungkinkan jika dirinya dan Alana hanya makan berdua saja, sedangkan di tempatnya sekarang sedang ada tamu. "Suapi aku. Ini permintaan baby." pinta Alana manja sambil mengelus perutnya. Sekali lagi Ello harus menuruti permintaan Istrinya yang sangat maja. Sebenarnya ia merasa tidak enak pada Tiffany dan Reyhan tapi harus bagaimana lagi jika Alana yang meminta itu. Setelah selesai dengan kegiatan makannya, kini Ello kembali lagi pada perkerjaannya yang sedari tadi belum selesai-selesai. Alana masih saja duduk sambil memeluk lengan Ello dengan maja. Ia ingin menghabiskan waktu bersama Suaminya ini tapi Ello tetap saja mementingkan pekerjaannya. "El." panggil Alana. "Apa lagi?" tanya Ello sedikit kesal. Alana memperhatikan wajah Ello yang sangat datar menatapnya dan Alana sungguh tidak menyukai tatapan itu. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau tidak suka aku berada di sampingmu?" tanya Alana. "Bukan begitu itu, hanya saja tolong jangan menggangguku untuk saat ini." balas Ello. "Jika kau tidak ingin diganggu, lebih baik kau pergi bekerja saja tadi dan jangan membuatku berharap jika kau akan menemaniku seharian. Aku sungguh membencimu saat sedang bekerja." ucap Alana lalu melepaskan pelukannya dilengan Ello, dan setelah itu langsung pergi ke kamarnya dengan membanting pintunya keras. Ello membuang nafasnya dengan berat. Sekali lagi dirinya salah bicara dengan Alana, dan berakhir membuat wanita itu salah paham. "Kita lanjutkan pekerjaannya besok saat di kantor." ucap Ello lalu membereskan dokumennya yang berantakan. Setelah itu Ello mengantarkan mereka berdua sampai depan pintu apartemennya. Ello memasuki kamarnya dan mendapati Alana yang kembali tidur dengan gulungan selimut. Ia menaiki ranjangnya lalu memegang lengan wanita itu lembut. "Hai, apa kau marah?" tanya Ello pelan. Alana tidak menjawabnya sambil menatap Ello dengan wajah yang memberengut kesal. Sungguh bagi Ello saat ini Alana sangat menggemaskan, apalagi dengan bibir yang sedang cemberut seperti itu, ingin rasanya pria itu meraup bibir Istrinya itu menggunakan bibirnya. "Nyonya Mario, kau ingin apa sekarang?" tanya Ello. "Untuk apa kau ke sini? Lebih baik pergi saja dan urus pekerjaanmu sana." ucap Alana lalu menutupi wajahnya dengan selimut. Ello menurunkan selimut itu, lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Alana yang sudah menggodanya sedari tadi. "Sekarang kau ingin apa, sayang?" tanya Ello lembut. Alana langsung luluh saat mendapatkan perlakukan manis dari Ello barusan. Emosinya memang masih labil sekarang ini. "Permintaanku satu bulan yang lalu belum kau turuti untuk pergi nonton, jadi sekarang aku ingin pergi nonton." ucap Alana.   "Baiklah kalau begitu kita berangkat sekarang tapi ganti bajumu dulu." ucap Ello dengan senyum tampannya. Lalu mereka menganti baju masing-masing untuk pergi.                                                                                                   ***            Sekarang mereka sudah duduk di bangku bioskop untuk menonton film yang sudah Alana pilih, dan sekali lagi Ello hanya bisa menurut. "Apa filmnya bagus?" tanya Ello. "Aku belum pernah menontonnya tapi aku dengar-dengar kalau film ini bagus." balas Alana dengan senyumnya yang tidak bisa luntur dari tadi. Alana senang karena bisa berjalan-jalan berdua dengan Suaminya. "Apa judulnya tadi? Aku lupa?" tanya Ello "Judulnya Real." balas Alana. Ello mengangguk lalu mengalihkan pandangannya ke depan karena filmnya sudah dimulai. Beberapa jam berlalu dan sekarang Ello dan Alana baru selesai menonton film yang diingin-inginkan oleh wanita itu. "Kau sedang hamil tapi kenapa kau melihat film seperti itu? Ada adegan berdarah tadi dan apa kau tidak takut? Jika tahu filmnya seperti itu, maka aku tidak akan mau menontonnya tadi." ucap Ello kesal karena Alana mengajaknya menonton film seperti itu. "Aku tidak tahu jika filmnya seperti itu." balas Alana. "Apa kau hanya ingin melihat adegan ranjangnya?" tanya Ello yang masih kesal. Alana menjadi gugup karena pertanyaan Ello. Sebenarnya ia memang hanya ingin memancing Ello saja dengan menonton film seperti itu, tapi Suaminya itu malah mengomelinya seperti ini. "Tidak, sayang aku mohon jangan marah." balas Alana. "Aku maafkan tapi jangan menonton film seperti itu lagi." ucap Ello memperingatkan. "Iya aku mengerti." balas Alana. Ello menarik tangan Alana untuk pergi. Ia tidak tahu sekarang akan ke mana karena dirinya di sini hanyalah menemani Istrinya. "Jangan cemberut terus, sekarang kau ingin apa?" tanya Ello sambil menarik kedua pipi Alana supaya wanita itu tersenyum. "Aku ingin membeli baju, sejak hamil berat badanku jadi naik." balas Alana sambil memperhatikan badannya. "Baiklah, di mana kita akan membelinya?" tanya Ello. "Ikut aku." ajak Alana lalu menarik tangan Ello untuk mengikutinya.          Ello tersenyum saat melihat Alana yang sangat antusias dan juga terlihat senang hari ini. Melihat semua kebahagiaan Alana adalah hal yang paling indah dihidup Ello. Jika Alana bahagia, maka Ello juga akan ikut bahagia. Melihat Alana sedih, maka Ello juga akan ikut sedih. Dan meskipun jika Alana sudah tidak cantik lagi nantinya, maka Ello akan tetap mencintainya apa adanya, karena Ello mencintai Alana dengan tulus dan tidak hanya memandang fisiknya saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN