Chapter 2

1450 Kata
Pukul: 16. 00                  Setelah menempuh perjalanan dari kantor, akhirnya Ello dan Alana sudah sampai di apartemen mereka sekitar lima menit yang lalu. "Kau mandi dulu, aku akan membuatkanmu makan malam." ucap Ello dengan senyum tampannya. Alana mengangguk lalu sedikit berjinjit untuk mencium bibir Ello. Setelah itu Alana langsung menuju kamar mereka untuk membersihkan tubuhnya.         Sedangkan Ello sekarang tengah menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan ia masak. Ia lebih pandai memasak daripada Alana, maka dari itu ia yang lebih sering untuk memasak, apalagi saat Ello mengetahui bahwa Alana sedang hamil dan semenjak itulah ia melarang Alana untuk memegang peralatan rumah tangga. Ello tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Alana dan juga calon anaknya. Setelah masih asyik menata makanan yang sudah jadi, tiba-tiba Ello merasakan sepasang tangan kecil melingkar manis di perutnya. Siapa lagi jika bukan Alana yang memeluknya dari belakang. "Kau sangat tampan dan juga sexy saat sedang memasak. Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?" ucap Alana sambil menempelkan kepalanya di punggung Ello dengan nyaman. Ello tersenyum mendengarnya. Ia menyelesaikan masakan-nya lalu berbalik badan untuk menghadap Istrinya. "Makanannya sudah siap. Kau ingin makan sekarang atau nanti?" tanya Ello sambil tersenyum. Alana menunduk dengan wajah yang sedikit murung dan tentu saja itu membuat Ello bertanya-tanya. "Aku merasa bukan Istri yang baik untukmu. Seharusnya aku yang harus menyiapkan semua ini." ucap Alana merasa tidak enak dengan Ello. Ello menangkup kedua pipi Alana dengan sedikit mendongakkan-nya supaya wanita itu menatapnya. "Kau Istriku yang paling sempurna dan jangan memikirkan tentang hal yang tidak-tidak. Pikirkan saja kesehatanmu dan juga bayi kita." ucap Ello lembut. "Kau memang berjiwa malaikat dan begitu beruntungnya aku bisa mendapatkanmu. Aku mencintaimu." balas Alana lalu berhambur ke pelukan Ello. Ello membalas pelukan tersebut dengan menepuk-nepuk punggung Alana dengan pelan. "Aku juga mencintaimu sayangku." balas Ello.                                                                                                       ***   Pukul: 19. 00   Sekarang Ello dan Alana sudah duduk berdampingan di kursi meja makan mereka. "Suapi aku." pinta Alana yang sudah tidak sabar untuk merasakan masakan Suaminya. Sekali lagi Ello hanya mampu tersenyum dan tidak bisa berkata apa-apa lagi atas permintaan manja dari Istrinya tersebut. "Buka mulutmu." suruh Ello sambil mengarahkan sendoknya. Alana tersenyum lalu membuka mulutnya dengan semangat. "Masakanmu selalu enak." puji Alana dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. "Tentu saja, karena aku membuatnya dengan cinta." balas Ello sambil tersenyum kecil, membuat Alana tertawa mendengar gombalan Ello untuknya. "Hahaha...uhuk...uhuk." Dengan terburu-buru Ello langsung memberikan minum untuk Alana yang sedang tersedak. "Makanya jangan tertawa saat sedang makan." ucap Ello. Alana meminum air putih tersebut sampai habis dengan Ello yang sedang menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Sudah baikkan?" tanya Ello yang hanya dibalas Alana hanya mengangguk.   Pukul: 21. 00            Ello dan Alana sedang duduk bersandar di ranjangnya. Mereka sedang menonton film romantis. Alana menyandarkan kepalanya di pundak Suaminya, sedang Ello memeluk pinggang wanita itu dengan possessive. Ini adalah ide Alana untuk menonton film romantis dan Ello hanya bisa menurut karena jika tidak maka Alana akan mengamuk. Dan saat terdapat adegan delapan belas plus-plus, Alana mendongakkan kepalanya untuk melihat reaksi wajah Ello dan yang ia dapat hannyalah wajah datarnya. Ia kira Ello akan terangsang. "Apa kau tidak mengantuk?" tanya Ello saat mengetahui Alana sedang menatapnya. "Belum " balas Alana sambil menggelengkan kepalanya. "Tapi ini sudah waktunya untuk tidur." ucap Ello lalu mematikan TV nya. "Kenapa dimatikan? Filmnya kan belum selesai." protes Alana. Ello tidak memedulikan protesan Alana dan ia langsung membaringkan tubuh Istrinya itu, lalu ia juga ikut berbaring di sampingnya. "Tidur terlalu malam tidak akan baik untuk bayi kita." ucap Ello. "Tapi aku masih ingin melihat film tadi." balas Alana. "Ingin melihat adegan ranjang itu kan maksudmu?" tanya Ello yang tahu arti keinginan Alana untuk meneruskan menonton film tadi. Alana mengubah posisinya menjadi duduk lalu dengan gerakan cepat ia langsung menindihi Ello. Tentu saja Ello terkejut dengan tingkah Alana saat ini. Apa hamil membuat wanita ini menjadi lebih agresif? "Iya, aku ingin melihat adegan itu. Kau juga ingin melihatnya kan? Aku tahu otak m***m para pria." ucap Alana tepat di atas wajah Ello. "Jika aku ingin melihatnya maka aku tidak akan mematikan film tadi." balas Ello. "Tapi kenapa kau tidak ingin melihatnya?" tanya Alana heran. "Karena aku tidak ingin nanti aku menginginkan hal yang sama seperti itu denganmu." jawab Ello yang membuat Alana membelalakkan matanya. "Kenapa kau tidak ingin melakukan-nya denganku? Apa aku sudah tidak menarik lagi dimatamu? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Alana dengan mata yang berkaca-kaca, ia takut jika hal yang ia tanyakan tadi adalah hal yang benar. "Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Aku hanya tidak ingin menyentuhmu di saat kandunganmu masih muda dan lemah seperti sekarang ini, aku tidak ingin kau dan juga bayi kita dalam bahaya hanya karena nafsuku saja, sungguh aku tidak akan sekejam itu." jelas Ello dengan memberikan Alana sebuah kecupan di akhir kalimatnya. Alana tersentuh mendengarkan penjelasan Ello barusan, ternyata pria yang berstatus sebagai Suaminya ini sangat pengertian dan juga penyayang. Sungguh beruntungnya ia bisa mendapat Suami setampan dan sebaik Ello. "Ada saatnya kita akan melakukan itu dan bukan sekarang." ucap Ello yang di angguki oleh Alana. Lalu Alana memeluk Ello dengan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher pria itu. Ello hanya mampu tersenyum sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang Istrinya. "Aku mencintaimu Suamiku." ucap Alana. "Aku juga mencintaimu Istriku." balas Ello menirukan ucapan Alana barusan.          Alana merasa sangat nyaman dengan posisinya yang tengkurap di atas tubuh Ello saat ini. Ia berpikir untuk tidur dengan posisi yang seperti ini. Ello melepaskan tangannya di pinggang Alana saat ia mengingat sesuatu. Ia baru ingat jika Istrinya ini sedang dalam keadaan mengandung, dan sekarang perut Alana malah tengah terhimpit dengan perutnya karena wanita itu masih tengkurap di atas tubuhnya. "Kenapa kau terlihat gelisah?" tanya Alana saat Ello terus saja bergerak di bawah tubuhnya. "Aku berpikir apa bayi kita tidak apa-apa jika perutmu terhimpit seperti ini?" tanya Alana sambil menaikkan sebelah alisnya. Alana baru sadar akan hal itu. Ia langsung turun dari atas tubuh Ello, lalu berbaring di samping pria itu. "Aku lupa jika ada bayi kita di dalam perutku." ucap Alana. Ello tersenyum atas ucapan Alana. Bagaimana mungkin wanita itu bisa melupakan anak yang tengah ada di kandungannya. "Sekarang tidurlah." suruh Ello sambil mengelus pipi Alana. Alana mengangguk lalu merapatkan tubuhnya ke Ello. Ia meletakan kepalanya di d**a bidang pria itu seperti biasanya dengan nyaman.                                                                                                 ***   Pukul: 01. 00           Ello masih asyik dengan tidurnya tapi sesaat kemudian ia merasakan ada pergerakan di tempat tidur sampingnya, dan itu sungguh mengganggu tidurnya. Ia membuka matanya dengan malas untuk memastikan jika tidak ada apa-apa, tapi yang ia dapati justru Alana yang sedang berlari ke kamar mandi dengan menutup mulutnya. Ello yang sudah hafal dengan apa yang sedang di alami Alana pun langsung turun dari tempat tidurnya dan mengikuti Istrinya itu ke kamar mandi dengan perasaan khawatir. "Kau mual lagi?" tanya Ello pelan saat sudah berada di belakang wanita itu yang sedang terengah-engah di depan wastafel. Alana kembali memuntahkan isi perutnya, hal ini yang sangat ia tidak sukai saat sedang mengalami mual karena badannya akan terasa sangat lemas setelah selesai. "Huek." "Huek." Ello membenarkan rambut Alana yang menutupi wajah wanita itu, ia juga membatu memijat tengkuk Istrinya itu. Sungguh ia tidak tega jika harus melihat Alana tersiksa seperti ini. "Apa masih mual?" tanya Ello saat wanita itu berhenti muntah. Alana menggelengkan kepalanya sebelum berbalik menatap wajah khawatir Suaminya. Ello mengangkat tubuh Alana untuk kembali ke tempat tidurnya dan membaringkan-nya dengan perlahan. "Minum dulu ya." ucap Ello sambil menyodorkan gelas berisi air putih ke depan mulut Alana. Alana hanya meminumnya sedikit lalu ia menjauhkan wajahnya. Ello meletakkan kembali gelas itu di atas nakas. "Sekarang tidur lagi saja." suruh Ello sambil menghapus keringat di wajah Alana yang tampak pucat. "Dingin El." ucap Alana. Ello langsung mematikan pendingin ruangannya, lalu ia gantikan dengan menghidupkan penghangat ruangan. Alana menepuk tempat di sampingnya, bermaksud menyuruh Ello untuk tidur di sampingnya seperti tadi. Ello yang mengerti maksud Alana pun menurut. Ia membaringkan badannya lalu menarik tubuh Alana ke dalam dekapannya yang cukup menghangatkan, di tambah lagi dengan usapan lembut yang ia berikan di punggung Alana. "Apa sudah hangat?" tanya Ello. Alana mengangguk di d**a Ello lalu menutup matanya yang terasa sangat berat. Ello masih terjaga. Rasa kantuknya hilang dengan begitu saja saat melihat keadaan Alana tadi, dan sekarang ia takut jika Istrinya akan mengalami mual lagi, hal itu membuatnya tidak bisa tertidur. Tidak apa-apa jika dirinya tidak bisa tidur asalkan Istri tercintanya ini bisa tertidur dengan nyenyak. Alana adalah prioritas utamanya saat ini, tidak akan ada hal yang lebih membahagiakan lainya dari pada saat melihat wanitanya ini tersenyum senang, apalagi jika senyum itu adalah karena dirinya dan juga untuknya. Satu yang harus Ello jauhkan dari dirinya saat sedang berhadapan dengan Alana yaitu adalah emosinya, ia tidak boleh marah ataupun membentak wanita itu karena sekarang ini emosi dan juga tubuh Istrinya sedang sensitif.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN