Bab 15 Sebentar lagi, acara tujuh bulanan Mbak Rahma dimulai. Rasa iba karena keluhannya tadi pagi, perlahan berubah kesal. Sampai siang, semua keluarga dari pihak suami Mbak Rahma sudah datang, tetapi tak ada satu pun yang membantu di dapur. Aku dan Ibu yang kelelahan berdua. “Ibu! Rara! Ini bekas makannya angkutin, dong!” Kudengar suara Mbak Rahma memekik dari ruang tengah. Ibu sudah hendak melangkah, tetapi aku menahannya. “Biar saja, Bu. Lagian, mereka juga gak ngapa-ngapain dari tadi. Datang, terus ngopi, makan. Masa piring bekas mereka sendiri pun, harus kita yang beresin? Biar saja mereka beresin sendiri.” Akhirnya Ibu menurut. Kebetulan, kami memang masih sibuk membuat bingkisan untuk para tamu nanti. “Ra, Rara!” Kali ini Mbak Rahma memekik memanggilku. Aku mengabaikan, tetap