Bab 11

1593 Kata

Bab 11 Gerakan tangan ibu terhenti seketika. Beliau tengah menyendok telur dadar yang kubuat untuk menu makan siang terlambat. Ibu tampak berpikir beberapa lama. Lantas, dia menatapku dalam. Pada akhirnya, bersama sebuah tarikan napas, Ibu pun mengangguk. “Alhamdulilah … makasih, Bu. Rara akan segera cari informasi pekerjaan di kota.” Aku tersenyum semringah. “Carikan buat Ibu juga, Ra. Hanya saja, Ibu gak setuju kalau rumah ini kita jual. Kita sewakan saja, ya? Rumah ini terlalu banyak kenangan dengan Bapak, Ra.” Ibu menghela napas. “Iya, Bu. Aku ngikut kata Ibu saja.” *** Mulai saat itu, aku tak terlalu meladeni pesan dari Mas Laksa maupun Mas Rustam. Aku tak ingin lagi mengecap harapan palsu. Meski tak bisa kupungkiri, setiap aku membayangkan wajah Mas Laksa, ada desir yang membun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN