"Lo baru pulang kerja?" "Iya shift pagi gue. Kenapa? Tumben nelpon jam segini." Terdengar helaan nafas dari seberang sana. "Menurut lo, ada yang berubah dari Mai?" Kening Saras mengerut mendengarnya. "Berubah? Apanya yang berubah?" Lagi-lagi terdengar helaan nafas dari seberang sana. Saras sedang menyebrangi jalan. Ia hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke rumah kakaknya. "Ya gue ngerasanya gitu." "Perasaan lo aja kali, Hanaf. Mai kan lagi belajar buat sidang. Jadwalnya udah ditentuin." "Ya, semoga emang hanya perasaan gue yang berlebihan." Saras terkekeh. "Lo kenapa sih? Takut amat? Biasanya paling percaya diri kalau urusannya beginian." Hanafi tersenyum masam. Ia mungkin dulu terlihat santai karena ada prioritas yang ingin ia kejar. Sehingga urusan cinta ya belakangan. Kalau