20 - Dewi Akademi Sihir

1199 Kata
Senyuman cerah menghiasi wajah kecil Jura ketika Zeth berjalan ke arahnya tanpa ragu. Kepalanya yang terasa dipenuhi kabut mulai terasa jernih ketika seseorang bertanya tentang Lucius. “Akhirnya kau ingat, ya?” katanya pelan pada Zeth yang sudah berdiri di depannya. Zeth ikut membalas senyumannya, terlihat matanya yang berwarna hijau cerah seperti warna batu giok murni membalas tatapannya. “Maafkan aku yang terlambat menyadarinya, Profesor.” Jura memukul pelan lengan Zeth. “Hentikan itu. ‘Profesor’ hanya sebuah peran yang diberikan dunia ini untukku,” bisik Jura yang lebih terdengar seperti rengekkan pelan. Seorang siswa yang berdiri tak jauh dari mereka bertanya, “Kalian berdua saling kenal?” “Tetap ikuti peran yang diberikan oleh dunia ini terlebih dahulu, jangan terlalu mencolok dan memberi mereka ide kalau kita sudah mengingat apa yang terjadi. Aku yakin seseorang atau sesuatu mengawasi kita dari jauh,” kata Jura pelan. Kemudian, ia menjawab pertanyaan siswa itu. “Ya. Aku dan Zeth sebenarnya teman masa kecil saat kami tinggal di kota yang sama.” Kedua alis Leon terangkat karena tertarik dengan apa yang baru didengarnya. “Oh ya? Dulu kalian tinggal di mana?” Zeth sempat sedikit khawatir dengan pertanyaan itu. Ketika otaknya masih mencari jawabannya, tanpa ragu Jura membalas pertanyaan itu. “Kami berasal dari kota Jorxas.” Kali ini, alis Zeth yang terangkat ketika mendengar perkataan Jura. Bukankah tadi dia bilang jangan terlalu mencolok karena mungkin ada seseorang yang mengawasi mereka? “Jorxas? Aku belum pernah mendengarnya … apa kota itu sangat jauh?” tanya Kyle. “Kenapa kau tidak pernah menceritakan hal itu pada kami, Zeth?” Di sebelahnya, Leon menganggukkan kepalanya setuju dan melihat Zeth dengan pandangan sedih. Zeth memutar kedua bola matanya. “Kalian tidak pernah bertanya padaku!” Jura hanya terkekeh pelan. “Baiklah, sudah cukup tanya jawabnya. Aku merasa kita sudah cukup akrab dan tidak terlalu canggung lagi. Sekarang, ayo kita mulai kelasnya.” Seisi kelas itu mengeluarkan suara tidak setuju ketika mendengar perkataan Jura. . . Meski Jura berkata harus mengikuti peran yang diberikan pada mereka oleh dunia ini, Zeth tidak menyangka kalau Jura akan mengajari semua murid di kelas tentang praktik ilmu sihir dengan sungguh-sungguh. Bahkan, ia memberikan beberapa masukkan pada murid yang lainnya. Tentu saja, Zeth tidak terlalu terkejut dengan hal itu, karena sebelumnya ia juga belajar banyak dan mendapat masukkan berharga tentang sihir dari Jura. Bunyi lonceng bergema di seluruh akademi menandakan waktunya mengganti jam pelajaran. Sebelum keluar kelas, Jura menatap Zeth dengan penuh makna. Tatapan itu … sepertinya Jura ingin berkata ‘temui aku ketika kelas telah selesai’ … kan? Merasa tidak yakin, Zeth hanya menganggukkan kepalanya pada Jura. Dengan senyuman puas di wajahnya, Jura keluar dari kelas itu dengan percaya diri. Melihat teman sekelasnya yang lain membereskan barang-barang mereka dengan cepat, Zeth juga mengikuti mereka dengan perasaan sedikit panik. Sebelumnya, meski kepala Zeth serasa dipenuhi oleh kabut yang membuat pemikirannya tidak jernih, ia merasa masih bisa mengetahui apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Namun, setelah ia berhasil menyingkirkan ‘ilusi’ yang diberikan oleh dunia ini, Zeth benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Awalnya ia ingin bertanya pada Leon dan Kyle, tetapi ia menghentikan dirinya takut-takut kalau mereka berdua merasa hari ini Zeth sedikit aneh. Untung saja, percakapan Leon dengan Kyle membuat Zeth sedikit lega. “Selanjutnya kita ada kelas Transfigurasi, ‘kan?” Leon menyikut rusuk Kyle dengan menaik turunkan kedua alisnya dengan pandangan meledek. Entah kenapa wajah Kyle menjadi kecut. “Tolong jangan bahas hal itu lagi …” Leon tertawa dengan puas, lalu melingkarkan tangannya pada bahu Zeth sambil menunjuk-nunjuk Kyle. “Kau ingat, tidak Zeth? Saat ia berteriak ketakutan karena buku yang diubahnya memiliki delapan kaki seperti laba-laba dan mulai merayap di punggungnya?” Zeth mengerutkan keningnya berpikir dengan susah payah. Tetapi, tidak ada satu ingatan pun yang berhasil ia dapatkan selama ‘enam bulan’ waktu yang ia habiskan di dunia ini. Tolong! Zeth tidak mengingatnya sama sekali! “Benarkah? Entah kenapa aku lupa …” “Ya ampun. Itu baru satu minggu yang lalu, dan kau sudah melupakannya!? Padahal kita bisa membuat kejadian itu untuk mengancam Kyle di masa depan!” “Ayolah, aku sudah menganggap kalian berdua saudaraku. Kenapa kalian begitu tega, sih!?” rengek Kyle sambil menaikkan kacamatanya. “Ayo kita pergi, dari pada kita terlambat menuju kelas selanjutnya.” Leon kembali tertawa puas dan mendorong Zeth menuju lorong untuk pergi ke kelas selanjutnya. Tangannya masih melingkar pada bahu Zeth dengan ramah. Karena ia ‘lupa’ dengan kejadian yang ada di dalam kelas Transfigurasi itu, dengan baik hati Leon kembali menceritakan kejadian memalukan Kyle dengan semangat. Ketika mereka berbelok di ujung lorong, tanpa sengaja Zeth menabrak seseorang. seseorang yang ditabrak Zeth terpekik pelan, kemudian ia terjatuh dan barang-barang yang dibawanya berserakan di lantai. Dengan panik, Zeth ikut membantu untuk mengumpulkan barang-barang yang terjatuh itu sambil mengucapkan kata maaf berkali-kali. Bahkan Leon dan Kyle ikut membantunya. “Lihat! Karena sikapmu yang tidak hati-hati itu, kau jadi mencelakai seseorang!” sahut Kyle marah pada Leon. “Maaf … maaf. Ini salahku karena tidak memerhatikan jalan!” kata Leon sambil membungkukkan tubuhnya berkali-kali. “Tidak apa-apa, aku juga yang tidak terlalu memerhatikan jalan.” Tubuh Zeth serasa kaku seketika. Dirinya masih sibuk mengambil barang-barang yang berserakan di lantai, karena itu dia tidak sempat melihat dengan jelas seseorang yang ia tabrak. Tetapi, mendengar suara orang itu d**a Zeth terasa semakin lega. Seseorang yang baru ia tabrak tidak lain adalah Syville. Rambutnya yang biasa ia kepang tergerai sampai pinggang, seperti air terjun yang indah. Matanya yang berwarna biru cerah mengedip beberapa kali pada Zeth. Entah Zeth harus memanggil namanya atau tidak … ia juga tidak tahu apakah Syville sudah sadar dari ilusi ini. Menurut Jura, jika ia bertemu dengan Syville, Key atau Lucius, lebih baik mereka sendiri yang tersadar dari ilusi dunia ini. Dengan cepat Zeth membereskan barang-barang yang dibawa oleh Syville, kemudian memberikannya kembali padanya. “Maaf, lain kali kami akan memerhatikan jalan.” Leon memukul bahu Zeth pelan. “Jadi maksudmu selama ini aku tidak pernah memerhatikan jalan, hah!?” Syville tertawa pelan mendengar percakapan mereka. “Tidak apa-apa, lagi pula aku juga sedikit terburu-buru tadi. Kalau begitu … aku pergi terlebih dahulu.” Syville menganggukkan kepalanya, kemudian kembali berjalan melewati Zeth dan yang lainnya. Tiba-tiba Leon mendekap dadanya dengan kencang, dan berteriak kesakitan. Dengan panik, Kyle dan Zeth memegang Leon yang ambruk ke lantai. “Ada apa!? Kenapa kau tiba-tiba kesakitan!?” sahut Zeth panik. “Apa ini … rasanya hatiku seperti baru saja tertembak panah asmara ketika melihat gadis itu …” jawab Leon tanpa malu. Wajah Kyle dan Zeth langsung berubah seketika, mereka berdua menendang-nendang Leon yang masih berlutut di lantai. “Ey, aw, aw-aw-aw hentikan! Kenapa kalian menyakitiku!?” “Dasar tidak tahu malu!” setiap kata yang dikeluarkannya, Kyle menendang tubuh Leon semakin kencang. Setelah ia merasa puas, Kyle langsung merangkulkan tangannya pada bahu Zeth dan menariknya menjauhi Leon. “Ayo, Zeth. Lebih baik kita meninggalkan orang ini!” Zeth juga merangkulkan tangannya pada bahu Kyle. “Ayo. Kita tidak mengenal siapa dia.” “Hei! Aku hanya bercanda! Bukankah gadis itu sangat cantik? Kenapa aku belum pernah bertemu dan mendengar tentangnya!?” Dengan susah payah Leon berdiri dan mengejar Kyle dan Zeth yang sudah berjalan cukup jauh. “Oh, apakah dia gadis yang memiliki sebutan ‘Dewi Akademi Sihir’!?” Sebelah alis Zeth terangkat ketika mendengar sebutan itu. Tetapi ia menganggukkan kepalanya setuju, dengan sifat Syville yang sangat baik, dan juga sangat cantik tentunya, tidak salah jika ia mendapatkan gelar itu. Jika Syville sudah tersadar dari ilusi ini, Zeth bisa meledeknya dengan gelar itu. Syville membalikkan tubuhnya dan melihat sosok Zeth dan teman-temannya berbelok menuju lorong yang lain. Ia memiringkan kepalanya bingung. Entah kenapa, ketika ia menatap mata hijau cerah lelaki itu, d**a Syville langsung berdegup dengan kencang, dan perasaan aneh yang memenuhi dirinya sedikit menghilang. Apa ia pernah bertemu dengannya di suatu tempat? []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN