52 - Penjaga Desa

1788 Kata
            Zeth terbangun keesokan paginya dengan melihat langit-langit yang sangat asing. Dia harus terbaring di sana selama beberapa detik sampai akhirnya mengingat kejadian kemarin.             Dengan berat hati, Zeth bangun dari tidurnya dan bersiap-siap untuk melihat keadaan Key. Ia mengetuk pelan pintu kamar Syville dan Key. Balasan pelan terdengar dari dalam, dengan hati-hati Zeth membuka pintu itu.             Di dalam, Syville masih duduk di samping tempat tidur Key. Sepetinya Key masih belum sadar … tapi dilihat dari warna kulit di wajahnya, sepertinya keadaannya lebih membaik dari pada kemarin. Wajah Key tidak sepucat sebelumnya. Namun ketika Zeth mengangkat wajahnya untuk melihat keadaan Syville, kekhawatirannya pada Key berpindah langsung padanya.             “Syville … apa kau sudah tidur?” tanya Zeth setelah melihat kantung mata hitam di bawah kedua mata Syville. Wajahnya juga terlihat pucat. Dengan cepat Zeth mengambil segelas air minum dan memberinya pada Syville.             Syville mengambil gelas yang ada di tangan Zeth setelah menatapnya beberapa detik. Sepertinya pikirannya tidak berada di sini … “Syville, apa kau sudah tidur?”             “Sudah,” jawab Syville yang tentu saja berbohong.             Zeth mendesah pelan. “Sebaiknya kau tidur terlebih dahulu. Aku akan meminta dokter untuk memeriksa keadaan Key lagi. Bagaimana?”             Syville mengerutkan keningnya sambil melihat Key. “Baiklah …”             Zeth menuntun Syville ke kasur lain yang ada di sisi ruangan kamar itu. Baru beberapa detik Syville berbaring di atasnya, napasnya langsung naik turun secara stabil. Syville langsung tertidur.             Setelah menarik selimut sampai dagu Syville, Zeth memeriksa perban yang membaluti semua luka Key. Sepertinya Syville baru menggantinya beberapa menit lalu. Setidaknya Zeth harus membeli beberapa obat untuk menyembuhkan lukanya.             Sekali lagi ia melihat keadaan Syville, kemudian Key. Setelah derasa cukup, akhirnya ia menuju lantai bawah untuk pergi ke ruang makan penginapan itu. Membeli beberapa roti dan selai s**u untuk Syville makan.             “Ah, Tuan Pengelana.” Awalnya Zeth kira suara itu tidak tertuju padanya. Tetapi setelah beberapa kali mendengarnya, dan ada tepukan pelan di bahunya, akhirnya Zeth menghadap ke sumber suara.             “Ah … kau Teo, ‘kan?” kata Zeth yang mengingat bahwa orang ini dipanggil ‘Teo’ oleh Kepala Desa yang membantu Zeth menyewa penginapan dan memanggil dokter di desa ini.             Teo langsung tersenyum cerah karena Zeth mengingatnya. “Suatu kehormatan karena anda masih mengingat saya, Tuan Pengelana.”             “Panggil saja Zeth,” kata Zeth singkat. Sebutan ‘pengelana’ terdengar aneh di kupingnya.             “Oh, oh. Baik, Tuan Zeth. Karena anda masih mengingat saya … apa boleh saya meminta waktu milik Tuan Zeth sebentar untuk berbicara?”             Zeth mengangkat sebelah alisnya, kemudian melihat roti dan beberapa makanan lainnya untuk sarapan Syville. “Tentu, tapi izinkan aku pergi ke atas sebentar.”             Teo ikut melirik makanan yang dibawa oleh Zeth. Dengan cepat ia menganggukkan kepalanya lalu mempersilahkan Zeth untuk pergi terlebih dahulu. “Kalau begitu saya akan tunggu di ruang makan.”             Zeth membalasnya dengan anggukkan singkat. Ia kembali ke kamar Syville dan Key. Untung saja Syville masih tertidur pulas. Setelah menaruh makanan dan minuman untuk Syville di atas meja, Zeth bergegas turun ke ruang makan lagi.             Teo tidak bisa diam bergerak ketika ia duduk di kursinya menunggu Zeth untuk kembali. Setelah melihat Zeth yang berjalan ke dekatnya, senyuman cerah kembali terpasang di wajahnya. Apa dia khawatir kalau aku akan lari? Batin Zeth.             “Apa Tuan Zeth sudah sarapan?” tanyanya dengan wajah serius.             “Tidak perlu, aku tidak lapar. Kalau begitu … apa yang bisa kubantu?” tanya Zeth langsung ke intinya. Dirinya harus cepat-cepat pergi memanggil dokter untuk memeriksa luka pada tubuh Key.             “Oh, begini …” Teo bergerak canggung di kursinya. “Kepala Desa meminta kehadian Tuan Zeth di ruangannya …”             Akhirnya Zeth mengerti. Meski kedatangannya diterima oleh Kepala Desa, mengingat banyak griffin yang mengantar Zeth dan yang lainnya ke desa ini pasti menimbulkan beberapa pertanyaan. Tapi …             “Maaf, apa bisa lain kali?”             Wajah Teo dipenuhi oleh tanda tanya. “Y-ya? Apa Tuan Zeth memiliki keperluan …?”             “Aku harus meminta dokter yang kemarin merawat temanku sebelumnya untuk memeriksa lukanya lagi …”             “Oh! Masalah itu biarkan saya membantu anda. Terlebih dokter kemarin kerabat dekat saya!” kata Teo semangat.             Zeth mengusap dagunya sedikit ragu. Meski ia tidak merasa kalau Teo akan memanfaatkannya atau apa … Kepala Desa itu belum tentu setulus Teo yang ingin membantunya. Tapi, meski ia menghindari Kepala Desa terus menerus, suatu saat pasti ia akan bertemu juga dengannya.             “Kalau begitu, izinkan aku merepotkanmu,” kata Zeth setelah memikirkannya beberapa saat.             Teo kembali tersenyum cerah. Sungguh, ekspresinya mudah sekali dibaca … “Baiklah kalau begitu, saya akan mengantar Tuan Zeth terlebih dahulu ke kantor Kepala Desa, setelahnya saya akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan teman anda.”             “Tentu,” kata Zeth singkat. Zeth merasa sedikit tidak nyaman karena seseorang yang terlihat seumurannya berbicara begitu formal dengannya. Tetapi Zeth tidak perlu mengkhawatirkan hal itu sekarang. Ia akhirnya mengikuti Teo untuk pergi ke kantor Kepala Desa ini.             .             .             Meski kemarin Zeth belum sempat melihat desa ini seluruhnya, tetapi dugaan awal Zeth benar. Desa ini sangat besar dan lebih berkembang. Ia bisa melihat jelas kalau desa ini bisa disebut sebagai kota. Meski tidak menggunakan kekuatan sihir seperti kota Roldius maupun Jorxas, orang-orang yang tinggal di desa ini terlihat memiliki adat dan sangat nyaman.             Banyak kios makanan yang mungkin saja jika Key melihatnya seluruh makanan di kios itu akan terjual habis seluruhnya. Banyak juga kios buku, pakaian, mau pun perhiasan. Tetapi yang lebih sering dilihat oleh Zeth adalah kios yang menyediakan beberapa senjata dan perlengkapan bertarung. Begitu pula banyak toko pandai besi.             Benar juga … setelah diperhatikan baik-baik, Zeth melihat orang-orang yang menggunakan perlengkapan seperti dirinya dan teman-temannya untuk bertarung. Apa orang-orang ini juga melawan monster atau semacamnya …?             Awalnya Zeth ingin menanyakan hal itu pada Teo, tetapi melihat gerakan Teo yang masih sangat canggung di dekatnya, Zeth akhirnya mengurungkan niatnya. Mungkin lebih baik kalau dia bertanya pada Kepala Desa.             Kantor yang disebutkan oleh Teo ternyata cukup besar. Apa benar tempat sebesar ini disebut desa? Bangunan putih dua lantai dengan puluhan jendela di bagian depannya membuat Zeth tertarik. Tidak hanya itu, ada air mancur yang lebih besar dari pada air mancur yang ada di balai kota tempat tinggal Zeth sebelum ia terpilih menjadi seorang The Oblivion. Banyak tanaman bunga yang menghiasi bagian depan bangunan itu, ditambah dengan beberapa puluh anak tangga yang harus Zeth lewati sebelum akhirnya masuk melalui pintu besar yang memiliki stilir emas.             Bagian dalamnya juga terlihat sangat nyaman, semuanya serba putih. Teo menuntun Zeth ke sebuah ruangan yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Di dalamnya, karpet beludru warna merah menutupi seluruh lantai ruangan itu. Terdapat dua buah sofa panjang yang juga berwarna merah, meja kecil di antara kedua sofa itu, rak buku yang entah isinya apa, dan beberapa perlengkapan yang terbuat dari kayu. Banyak juga lukisan yang menghiasi dinding ruangan itu.             “Silahkan duduk terlebih dahulu, Tuan Zeth. Saya akan membawakan teh dan beberapa cemilan. Kepala Desa akan segera datang setelah beliau menyelesaikan pekerjaannya,” kata Teo sambil membungkukkan tubuhnya beberapa kali.             Zeth hanya bisa tersenyum canggung, kemudian membalas perkataan Teo dan duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan itu. Beberapa menit setelahnya, Teo kembali dengan membawa dua cangkir teh dan potnya, serta kue kering yang menarik perhatian Zeth. Kue kering itu terlihat seperti kue yang sering dibuat Elen …             “Mohon tunggu sebentar, Tuan Zeth,” kata Teo setelah menuangkan teh ke dalam cangkir.             “Tentu,” jawab Zeth. Kemudian mengambil kue kering dan mencobanya. Kue kering itu rasa cokelat, sedikit membuat Zeth kecewa karena rasanya sangat berbeda dari apa yang sering dibuat Elen … tentu saja, apa yang diharapkan olehnya?             Beberapa menit kemudian, akhirnya Kepala Desa memasuki ruangan itu. “Tuan Zeth! Maaf membuat anda menunggu …”             Zeth berdiri dari duduknya dan langsung membalas jabatan tangan dari Kepala Desa. “Tidak perlu terlalu formal, Kepala Desa. Seharusnya saya yang lebih muda melakukan hal yang sebaliknya.”             Kepala Desa tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan itu. “Baiklah, Zeth. Maaf membuatmu harus menyita waktu luangmu untuk mendengar permintaan orang tua ini …”             “Tidak perlu khawatir, Kepala Desa. Seharusnya aku yang berterima kasih karena telah diizinkan untuk istirahat di tempat ini.”             Kepala Desa mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senyuman cerah di wajahnya. “Desa ini sering dikunjungi oleh berbagai macam petualang. Karena di dekat desa ini ada banyak hutan dengan berbagai macam monster …”             “Monster?” tanya Zeth yang sedikit tertarik.             “Itu benar. Desa ini dikelilingi oleh hutan dan padang rumput yang sangat luas. Beberapa di antaranya merupakan hutan dengan banyak legenda di dalamnya …” Kepala Desa tiba-tiba berhenti, kemudian melanjutkan, “Zeth, apa aku boleh bertanya sesuatu?”             “Tentu …”             “Bagaimana kau bisa … bagaimana kau dan teman-temanmu bisa bertemu dengan makhluk legendaris seperti griffin? Terlihat juga griffin itu sangat akrab denganmu …”             “Ah … ceritanya cukup panjang.” Karena merasa tidak perlu menyembunyikan mengenai griffin yang menolong Zeth dan yang lainnya untuk sampai ke desa ini, akhirnya ia menceritakan semuanya kepada Kepala Desa.             Dengan wajah yang berubah berkali-kali, Kepala Desa mendengarkan cerita Zeth tanpa menghentikannya. Di akhir, wajah sedih Kepala Desa tidak kunjung hilang. “Maaf atas kehilangan teman-temanmu …”             Zeth tersenyum miris. Ia baru saja kehilangan Lucius dan Jura. Jika sampai Key tidak kunjung sadar juga … bagaimana dengan kelanjutan misi mereka ini?             Kepala Desa mengelus-elus janggutnya yang panjang. “Zeth, apa kau tahu sejarah mengenai desa ini?”             “Sejarah?”             Kepala Desa menganggukkan kepalanya. “Nyawa seseorang yang membangun desa ini ditolong oleh sekumpulan griffin. Sehingga, desa ini sangat memuja griffin sebagai pelindung desa.             “Tetapi selama ratusan tahun desa ini berdiri … griffin yang dipercaya sebagai makhluk legendaris itu tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Hanya tetua yang membangun desa ini pertama kali yang pernah bertemu dengannya.             “Lalu, makhluk itu tiba-tiba kembali muncul, dan legenda kembali terulang karena kau dan teman-temanmu, Zeth,” kata Kepala Desa dengan wajah yang serius. “Di dalam sebuah buku yang disampaikan secara turun-temurun pada seseorang yang terpilih menjadi Kepala Desa, ada sebuah ramalan kalau seseorang akan kembali hadir di desa ini dengan sekelompok griffin yang mendampinginya …”             Uhh … entah kenapa rasanya Zeth bisa tahu apa yang akan dikatakan oleh Kepala Desa selanjutnya?             “Zeth, kau dan teman-temanmu mungkin adalah seseorang yang terpilih untuk mengalahkan makhluk legendaris yang disebut memiliki nama Hydra …”             Ah, benar saja. Entah kenapa tubuh Zeth langsung terasa lelah. Ia hanya bisa memijat keningnya yang mulai terasa pusing. Mengingat kondisi Key saat ini, Zeth dan Syville sepertinya harus tinggal cukup lama di tempat ini.             Awalnya Zeth berharap kalau dirinya dan Syville bisa beristirahat tanpa perlu bertarung atau hal semacamnya dengan mempertaruhkan keselamatan mereka lagi. Tapi … mendengar perkataan Kepala Desa sepertinya ia tidak punya pilihan lain.             “Ramalan … ya?” kata Zeth setelah beberapa waktu berlalu. “Untuk hal ini sepertinya aku harus berbicara dengan temanku terlebih dahulu …”             Wajah khawatir Kepala Desa langsung santai setelah mendengar perkataan Zeth. Setidaknya, desa ini tidak akan diserang oleh sekelompok makhluk buas lagi jika Hydra berhasil dikalahkan …             “Tentu, tentu Sang Penyelamat,” kata Kepala Desa tidak berpikir untuk menyembunyikan kesenangannya.             Sebelah alis Zeth terangkat karena kali ini ia mendapat sebutan sebagai ‘Sang Penyelamat’. Kenapa Presiden itu tidak pernah memberi tahu mengenai misi tambahan yang mungkin harus dijalani anggota The Oblivion, sih?[]  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN