Otak Key terasa beku selama mendengar apa yang dikatakan oleh Blizelux. Semua katanya mengalir seperti air begitu saja.
Jadi sebenarnya selama ini Baron masih hidup … ? Dan ia selalu berada di tangan para Demolux bersaudara yang akan dijadikan senjata untuk melawan Key dan yang lainnya?
Mata Key kembali menyusuri wajah Baron sekali lagi. Meski seseorang yang berada di depannya benar-benar Baron, tetapi pandangan itu seperti orang yang tidak Key kenal. Meski sering kali sifatnya menyebalkan, dan sering mengganggu Key dan yang lainnya … tetapi Baron tidak pernah memasang wajah seperti itu. Seseorang yang memiliki wajah tanpa ekspresi, bahkan matanya saja terlihat tidak fokus.
“Baron …” suara Key keluar dari mulutnya tanpa ia sadari. Suara itu terdengar sangat lirih, entah kenapa matanya terasa mulai panas.
Di sisi lain, meski Key memanggilnya dengan suara yang halus, wajah Baron tidak berubah banyak. Ia tetap berdiri kaku dengan tatapan kosong di matanya. Meski pun tangannya mulai meneteskan darah karena serangannya yang tadi ia layangkan pada Key, ia tidak bereaksi apa pun.
Meski pipinya saat ini terasa sangat sakit, entah kenapa ujung bibirnya terangkat sendiri. Sekali lagi, tanpa sadar dan kehendaknya sendiri, Key tersenyum pada Baron yang ada di depannya. Tentu saja, ia tidak mengharapkan balasan dari Baron.
Melihat wajah dan tatapannya yang kosong itu membuat d**a Key terasa ditusuk oleh ratusan jarum kecil. Wajah meledek Baron, kemudian dia yang tertawa jahil pada Key dan yang lainnya mulai tumpang tindih dengan wajah Baron yang ada di depannya saat ini.
“Baron … apa yang harus aku lakukan?” tanya Key pelan. Ia berusaha untuk berdiri, meski seluruh tubuhnya meronta kesakitan.
Blizelux mengangkat sebelah alisnya, kemudian tertawa sekali dengan nada mengejek. “Percuma saja, apa yang kau lihat di depanmu ini hanya sebuah tubuh tanpa jiwa di dalamnya.”
Key mengedipkan matanya beberapa kali. “Tubuh tanpa jiwa?” ulangnya sekali lagi.
Blizelux memiringkan kepalanya ke samping. “Itu benar, orang yang ada di depanmu ini tidak akan bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan sesuai dengan kehendaknya sendiri. Semua gerakannya, hanya aku yang bisa kendalikan. Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Kalau orang ini adalah boneka …”
Key menggigit bagian bawah bibirnya, mulutnya kembali dipenuhi oleh bau besi. Ia kembali melihat Baron, matanya dibalas oleh pandangan kosong darinya. “Baron … bukankah itu berarti sama saja kalau kau sudah tidak ada? Bahkan semua hal yang terjadi saat ini lebih mengerikan.”
Blizelux tersenyum dari ujung ke ujung. “Apa yang kau maksud? Bukankah tujuanku sudah kukatakan sebelumnya padamu? Aku akan lebih membuatnya menderita dengan membunuh teman-temannya sendiri!”
Kening Key berkerut. “Baron, aku ingin kau tahu seberapa kehilangannya aku dan yang lainnya …”
“Omong kosong!” potong Blizelux cepat. “Jika perasaan kalian benar seperti itu, kenapa kalian tidak menolong orang ini?”
Mata Key bergetar mendengarnya. Ia tidak bisa membalas apa yang dikatakan oleh Blizelux. Karena benar, tidak ada seorang pun dari mereka yang berusaha untuk menolong Baron yang ada di bawah sana … Tidak. Terlihat jelas kalau Key dan yang lainnya ingin pergi ke bawah sana. Tetapi, jika jurang itu sangat dalam, bukankah akan membahayakan yang lainnya? Tidak hanya kehilangan Baron, mungkin orang yang ingin menyelamatkannya juga akan berada dalam bahaya …
“Baron … apa itu yang kau pikirkan? Apa kau marah pada kami yang tidak menolongmu?” tanya Key.
Blizelux mendecakkan lidahnya. “Untuk apa kau berkata semua omong kosong ini? Kau berharap temanmu ini bisa mendengar perkataanmu? Begitu?”
“Baron, aku ingin kau tahu kalau aku dan yang lainnya sangat memedulikanmu. Tidak ada satu hari pun dari kami semua yang melupakanmu. Meski kau sangat menyebalkan, kau sudah seperti kakak bagi kami …”
“Baron, serang Key sekarang juga!” sahut Blizelux yang tidak sabar dengan tingkah Key di depannya. Berani-benarinya Key tidak menghiraukan dirinya? Apa Key pikir dia membawa salah satu temannya yang sudah gugur kembali ke hadapannya untuk reuni menyenangkan!?
Sekali lagi, dengan gerakan kaku Baron langsung menyerang. Key menelan ludahnya dengan usaha yang keras, dengan sekuat tenaga ia menghindari semua serangan dari Baron. Apa benar jiwa Baron sudah tidak ada? Apa benar ia tidak bisa menolong Baron lagi? Apa benar Baron tidak akan kembali padanya lagi … pada Zeth dan yang lainnya?
“Baron … apa yang harus aku lakukan padamu?” tanya Key, tenggorokkannya terasa tersedak dengan air mata yang ingin menetes. “Apa aku harus melihat seseorang yang berarti di hidupku kembali kehilangan nyawanya tepat di depanku?”
Tetap saja rengekan Key tidak terdengar. Masih dengan tatapan kosong Baron terus menyerangnya tanpa henti. Dari ujung matanya, Key bisa melihat kalau Blizelux kembali menyiapkan pedangnya untuk menyerang.
Key mengedipkan matanya berkali-kali untuk menghilangkan rasa perih pada matanya yang semakin lama terasa seperti duri yang mengganggu. Ia menghembuskan napas panjang sambil mengepalkan tangannya kencang. Dengan cepat Key menendang Baron sekuat tenaga, ia gunakan momentum itu untuk melompat menjauhi Baron.
“Bukankah kau bilang dia … dikendalikan olehmu?” tanya Key. Tentu saja pertanyaan itu tertuju pada Blizelux.
Senyum Blizelux semakin merekah. “Lalu? Kau pikir dengan membunuhku temanmu itu bisa terbebas dari kendaliku?”
“Bukankah begitu?”
“Kau salah. Karena kekuatanku lah orang yang ada di depanmu ini masih bisa bergerak. Jika kau membunuhku, berarti kau juga membunuh temanmu sendiri,” kata Blizelux sambil mengelus pedangnya dengan sayang. “Bukankah terdengar sangat ironi? Apakah ini mengingatkanmu pada masa lalumu, Key?”
Kening Key semakin berkerut mendengarnya. Kejadian yang sudah lama pernah ia alami kembali merangkak ke dalam pikirannya.
“Bukankah apa yang dilakukan Baron saat ini sama saja mengkhianatimu, Key? Apa kau akan melakukan hal yang sama untuk bertahan hidup seperti sebelumnya?” kata Blizelux yang terasa seperti menambah luka pada bagian yang paling membuat Key sakit.
“Apa yang kau tahu?” tanya Key dengan suara yang tajam.
Blizelux kembali tersenyum meledek pada Key. “Apa yang aku tahu? Oh, aku mengetahui semuanya! Tidak hanya aku, semua saudaraku juga tahu apa menjadi kelemahan kalian!”
“Karena itu kau menggunakan kelemahan kami untuk menyerang?”
Blizelux hanya menaikkan kedua bahunya, wajahnya terlihat tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh Key.
Key mengepalkan tangannya pada pegangan pedangnya. Ia menatap Baron sekali lagi, yang membuat dadanya berteriak kesakitan. Sebuah ingatan tiba-tiba membutakan Key sejenak.
Seorang lelaki dengan potongan rambut pendek berwarna cokelat tergeletak tidak bernyawa tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sebuah belati tertancap tepat di dadanya, tepat di mana seharusnya jantung berada. Di depan lelaki itu ada seseorang, seseorang yang juga sangat Key kenal. Mata orang itu bergetar ketakutan, tetapi mulutnya tersenyum dengan lebar. Ketika wajah orang itu berpaling padanya, mata merah menyala terasa menusuk dadanya. Key hanya bisa membalikkan tubuhnya dengan cepat dan berlari menjauhi neraka yang baru saja dilihatnya.
Key tidak ingin kembali ke waktu itu lagi. Key tidak ingin melihat teman-temannya yang saat ini, yang sudah sangat berarti di hidupnya walau baru bertemu dan berinteraksi dengannya belum lama ini harus merasakan apa yang paling Key takuti.
“Jadilah bonekaku, Key …” kata Blizelux pelan. “Dengan begitu, kau tidak perlu merasakan sakit lagi. Kau tidak perlu mengingat semua mimpi buruk itu lagi.”
Tanpa sadar, Blizelux sudah berada tepat di depan Key. Matanya yang menatap lurus padanya seakan berwarna merah menyala. Tubuh Key tidak bisa bergerak, terpaku ke tanah, telinganya mendengar bisikkan yang membuat kepalanya terasa sakit. Pandangannya seperti ditutupi oleh kabut hitam.
“Ikutlah denganku, Key. Dengan begitu, kau tidak perlu membuang nyawamu dengan sia-sia untuk menjalankan misi yang tidak akan pernah bisa kau dan teman-temanmu selesaikan.”
Perkataan yang didengarnya semanis madu. Bisikan pada telinganya semakin membuat kepala Key pusing. Ketika dia hampir menyerah, tiba-tiba ada sebuah suara yang terdengar lebih keras dan jelas dari pada yang lain.
“Jangan menyerah, Key.”
Kata-kata itu seperti angin segar yang selama ini ia tunggu. Suara itu … terdengar seperti suara milik Ken.
Penglihatan Key kembali jelas. Di depannya, Blizelux mengangkat kedua alisnya merasa takjub. “Tidak aku kira kau bisa menghilangkan kekuatanku secepat itu.”
Sayang sekali, meski penglihatan dan pikirannya sudah lebih jelas dari pada sebelumnya, tubuhnya masih tidak bisa ia gerakkan. Blizelux yang ada di depannya kembali tersenyum melihat keadaan Key saat ini, ia membalikkan badannya menatap Baron yang berdiri kaku dengan tatapan kosong yang tidak jauh di belakangnya. “Bunuh dia, Baron. Dia tidak akan bisa berguna untuk rencanaku selanjutnya.”
Tentu saja, seperti sebelumnya Baron langsung melakukan apa yang dikatakan oleh Blizelux. Meski gerakannya sangat kaku, tetapi cengkeraman tangan yang Key rasakan pada lehernya terasa sangat kuat. Ia mengangkat Key ke udara, cengkeraman tangannya semakin kuat.
Pekikan pelan keluar dari mulut Key. Ia menatap Baron yang ada di depannya dengan susah payah. Tatapan kosong itu tetap tertuju padanya, yang membuat Key hanya bisa tersenyum miris.
Akhirnya, setetes air mata mulai mengalir secara menyebalkan di pipinya. “Kembalilah, Baron.”
Entah itu hanya bayangan Key saja, atau memang mata Baron sedikit bergetar. Tetapi, belum sempat ia memastikannya, tiba-tiba perut Key terasa sangat sakit. Dengan cepat mulutnya dipenuhi oleh bau besi, ia memuntahkan darah yang cukup banyak, sebagian bahkan mengenai wajah Baron yang masih tanpa ekspresi.
Key akhirnya melihat Blizelux yang berdiri tidak jauh di belakang Baron. Pedang yang selama ini ia gunakan untuk bertarung melawan Key sudah tertancap tepat di perut Key, matanya terlihat bersinar setelah melakukannya.
Dengan rasa sakit yang luar biasa, Blizelux kembali menarik pedangnya lagi, dan ia tusukkan kembali ke paha kiri Key. Pekikan pelan kembali keluar dari mulutnya. Tetapi tentu saja kesenangan milik Blizelux belum selesai, ia kembali menarik pedangnya dan kembali ia tancapkan ke paha kanan Key.
Rasa sakit dari pedang Blizelux, dan cengkeraman yang ia rasakan dari Baron pada lehernya membuat Key hampir kehilangan kesadaran. Tetapi, meski begitu ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Apakah ini akhirnya? Apa Key akan pergi meninggalkan Zeth dan yang lainnya begitu saja? Meski Key tidak mau mati di tangan temannya sendiri, ia tidak bisa melakukan apa pun. Saat ini, ia benar-benar tidak berdaya.
Rasa sakit pada dadanya kembali menarik perhatiannya pada pedang milik Blizelux yang tertancap di sana. Wajah Blizelux lebih senang dari sebelumnya. Tetapi, tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke belakangnya. Keningnya berkerut dengan dalam.
Belum sempat Key mengetahui apa yang terjadi, pandangannya sudah dipenuhi oleh kegelapan. Hembusan napas yang pelan keluar dari mulutnya untuk yang terakhir kali.
.
.
Pipinya sedikit pegal karena senyum yang tidak bisa ia tahan. Akhirnya … akhirnya ia berhasil membalaskan dendam saudaranya! Akhirnya ia berhasil membunuh salah satu anggota The Oblivion! Terlebih lagi, temannya sendiri yang membantunya untuk melakukan itu. Bukankah itu sangat menyenangkan? Rasanya dia ingin tertawa terbahak-bahak saat ini.
Blizelux mengerlingkan pandangannya pada seseorang yang bernama Baron di sampingnya. Butuh usaha yang sangat keras untuk mencuci otak orang ini dengan kekuatannya. Selama hampir satu bulan ia harus menanam kebenciannya pada orang-orang yang ‘meninggalkan’ dirinya untuk mati di dasar jurang.
Akhirnya … akhirnya perjuangannya selama ini terbayar juga!
Sayang sekali orang yang bernama Key ini memiliki pikiran yang lebih kuat. Lagi pula, dengan tubuhnya yang sudah rusak karena tusukan pedang darinya, ia tidak akan bisa selamat. Hmm … masih sangat disayangkan. Padahal ia ingin membunuh anggota yang lain dengan kedua boneka ini.
Pedangnya yang tertusuk tepat di jantung orang yang bernama Key ini masih terdiam di sana. Selanjutnya … apakah aku harus memenggal kepalanya lalu memberikannya pada teman-temannya? Pikir Blizelux senang.
Wajah orang-orang yang disebut sebagai The Oblivion ini pasti sangat putus asa karena kehilangan anggotanya yang lain! Hmm … sepertinya ia harus mengantar kepala Key ini menggunakan Baron.
“Blizelux! Ayo kita kembali,” kata seseorang yang tidak asing di belakangnya.
Kata-kata itu membuat kesenangan yang ia rasakan hancur seketika, ia langsung memutar kepalanya menuju sumber suara. “Apa maksudmu, Aezolux? Tidakkah kau lihat aku sedang bersenang-senang!?”
Aezolux hanya melihat tubuh Key yang masih terangkat tinggi di udara dengan tangan Baron yang masih mencekiknya, satu detik kemudian pandangannya kembali pada Blizelux dengan cepat. “Bukankah kau sudah cukup bersenang-senang setelah berhasil melukainya seperti itu? Tidak ada waktu lagi, Dravelux dan Wargelux baru saja dikalahkan.”
Mata Blizelux membulat dengan besar setelah mendengar perkataan itu. “Apa? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?”
“Tidak ada waktu lagi. Jika kita tetap di tempat ini, mungkin kita yang akan dimusnahkan selanjutnya. Kita harus kembali dan membuat rencana selanjutnya.”
“Tunggu … biarkan aku mengirim orang-orang itu hadiah perpisahan!” kata Blizelux sambil menarik pedang yang masih tertancap di d**a Key dengan cepat. Ia menyuruh Baron melepas cengkeramannya dan berjalan mendekat ke arah Key, siap untuk memotong lehernya. Tetapi, Aezolux menghentikannya.
“Tidak ada waktu lagi. Jika kita berdua dikalahkan juga, siapa yang akan melindungi ibu?”
Blizelux menggertakkan giginya kencang. Kemudian menatap Key dengan penuh kebencian. Sekali lagi ia menusukkan pedangnya ke perut Key. “Ayo kita pergi,” katanya singkat. “Baron, ayo kita pulang.” Tentu saja, tidak ada balasan dari Baron.
Blizelux menjentikkan tangannya sekali dan menghilang bersama Baron dengan tubuhnya yang dikelilingi oleh cahaya.
Setelah melihat Blizelux dan bonekanya telah pergi. Aezolux menatap Key yang tidak bergerak di atas tanah, tubuhnya dipenuhi oleh luka, wajahnya dibasahi oleh darahnya sendiri. Ia berjongkok di sampingnya, merentangkan tangannya untuk memeriksa denyut nadi pada leher orang yang bernama Key ini. Meski tubuh Key rusak parah karena tusukkan pedang dari Blizelux, rasanya seperti sebuah keajaiban karena Aezolux bisa merasakan denyut nadi yang sangat lemah.
Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian memaksakan benda itu masuk ke dalam mulut Key. Setelah melakukannya, ia berdiri dan langsung menghilang setelah ia menjentikkan jarinya.[]