Patahkan kakinya!

1003 Kata
Mendengar jeritan Shafira, Leo pikir panjang. Ia lantas turun dari mobilnya dan segera masuk ke dalan rumah Yohana tanpa permisi sekalipun. Sementara itu Reno mengikuti majikannya tersebut dari belakang. Tiba disana mereka melihat baju Shafira basah di bagian punggungnya.  "Aaah, panas!" pekik Shafira meringis kesakitan. "Itu pantas untukmu! Beraninya kau muncul dan memeluk ibuku!" ucap Vani sembari menginjak pergelangan kaki Shafira dengan kakinya. "Aaahhh!!!" pekik Shafira lagi berteriak kesakitan. Leo tak tinggal diam melihat apa yang dilakukan Vani terhadap istrinya. Ia lantas mendorong Vani sekuat tenaga sehingga Vani terpental ke dinding ruangan. Yohana terkejut melihat sosok pria tampan yang mengenakan jas hitam serta aksesoris yang berharga jutaan dolar. Dengan begitu jelas, Yohana melihat Leo segera menghampiri Shafira dan menggendongnya. "Aku akan membawamu kerumah sakit!" kata Leo pada Shafira. "Tunggu!" seru Yohana membuat langkah kaki Leo terhenti. Leo menoleh kebelakang dan menatapnya dengan tatapan membunuh. "Si-siapa kau?" tanya Yohana sedikit gemetar melihat tatapan tajam Leo kepadanya. "Aku suami Shafira!" sahut Leo tegas. Yohana dan Vani begitu terkejut mendengar perkataan Leo barusan. "Mana mungkin Shafira mempunyai suami, dia masih ...." "Jika aku yang menginginkannya, tidak ada yang tidak mungkin!" sahut Leo memotong ucapan Yohana. Lalu Leo melirik Vani yang masih terduduk di lantai. "Reno!" seru Leo memanggil asistennya. "Ya tuan!" sahut Reno. "Patahkan kaki wanita itu, karena dia berani menginjak istriku dengan kakinya!" perintah Leo yang tak bisa dibantahkan oleh siapapun. Yohana sangat terkejut dan khawatir terhadap nasib putrinya. "Baik, tuan," sahut Reno. Leo melangkah pergi sembari menggendong Shafira, sementara Reno menghampiri Vani yang sedang menatapnya dengan tatapan ketakutan. "Kau dengar sendiri kan ... apa akibatnya jika kau berani menyentuh istri tuan Leo? Sekarang rasakan akibatnya!" ucap Reno sembari menginjak pergelangan kaki Vani dengan sepatunya yang mengkilap. "Aaarrrgghhh!!!" teriak Vani kesakitan. "Jangan!!!" pekik Yohana langsung mendekati Vani. "Tuan, aku mohon jangan sakiti putriku!" ucap Yohana memohon pada Reno sambil menangis, namun Reni sama sekali tidak bergeming dan terus menginjak kaki Vani hingga patah. Kkkreettakkk .... "Aarrrghhh!!!" teriak Vani terdengar hingga keluar rumah. Shafira yang baru saja hendak dimasukkan ke dalam mobil, dapat mendengar jeritan Vani. "Kak Vani!" ucap Shafira tampak khawatir dan ingin kembali masuk kerumah. Hal tersebut membuat Leo marah padanya. "Apa kau ingin aku mematahkan kakimu seperti apa yang terjadi pada sepupumu itu, hah?" ancam Leo menatap Shafira dengan tajam. Shafira terdiam. Tentu saja ia tak ingin merasakan hal yang sama dengan Vani. Leo mendorong tubuh Shafira segera masuk ke dalam mobilnya, begitu pula dengannya. Lalu ia memerintahkan supir pribadinya untuk segera bergegas menuju kerumah sakit. "Dasar kejam!" gerutu Shafira yang terdengar sayup-sayup di telinga Leo. "Jika kau bertingkah seperti ini, aku akan benar-benar bersikap kejam padamu!" kata Leo mengancannya lagi. "Apa harus seperti itu? Kau menyuruh Reno untuk mematahkan kaki kak Vani!" pekik Shafira kesal. "Masih mending aku menyuruh Reno untuk mematahkannya saja, aku bahkan ingin sekali melihat kakak sepupumu kehilangan kedua kakinya karena dia telah menginjak kaki istriku!" ucap Leo begitu bengis untuk menunjukkan sisi kejamnya kepada Shafira. Shafira memalingkan wajahnya dari tatapan bengis Leo. Kemudian ia mencoba untuk duduk bersandar namun seketika ia meringis kesakitan lantaran punggungnya baru saja terkena bubur yang panas. "Iiissshh ...." Leo menoleh melihat Shafira meringis kesakitan. Kemudian secara tiba-tiba Leo menutup kain tirai di dalam mobilnya, agar supir pribadinya tidak bisa melihat dirinya dan juga Shafira. "Buka bajumu!" seru Leo. "Apa?" ucap Shafira kaget. "Aku bilang buka bajumu!" seru Leo lagi. "Apa kau sudah gila? Bisakah kau menahan gairahmu sebentar saja? Kau benar-benar ingin memakan tubuhku di dalam mobil disaat aku seperti ini???" pekik Shafira kesal dan salah mengartikan perkataan Leo. Leo berdengus kesal sejenak, lalu ia meraih tubu Shafira lalu menarik seragam sekolah yang Shafira kenakan, sehingga kancing kemejanya terlepas semua. "Dasar kau pria menyebalkan, Leo!!!" pekik Shafira lagi sibuk menutupi bagian dadanya yang kini terpampang jelas. Kemudian Leo menarik tubuh Shafira sedikit membungkuk sehingga bagian wajah Shafira beradu dengan kedua pahanya. Pikiran gadis belia itu traveling kemana-mana.  "Aku tidak mau! Aku jijik!" pekik Shafira meronta. "Hah? Apaan sih?" gumam Leo dalam hatinya. Sementara itu supir pribadi yang tengah menyetir hanya bergeleng kepala saja mendengar pekikan Shafira yang menjurus entah kemana-mana. Leo menyetuh kulit punggung Shafira yang tampak memerah akibat terkena bubur panas yang disiramkan Vani. "Ini harus segera ditangani dokter!" ucap Leo membuat Shafira berhenti berontak. "Eh?" Lalu Leo kembali menutup tubuh Shafira dengan menggunakan jas miliknya. Namun posisi Shafira masih seperti sebelumnya. "Ka-kau hanya ingin melihat punggungku saja?" tanya Shafira. "Kau pikir apa?" Leo balik bertanya. "Eeemm ... tidak-tidak! Bukan apa-apa!" sahut Shafira cepat-cepat. Leo menyunggingkan senyuman di bibirnya. "Heh, kau pasti berpikir kalau aku akan melakukan sesuatu di dalam mobil ini kan?" kata Leo berbisik pada Shafira. "Ti-tidak!" sahut Shafira gugup. "Sayang, aku pikir kita perlu melakukan apa yang kau pikirkan sebelumnya tadi setelah kita sampai dirumah ... anggap saja sebagai pemanasan, hehehe ...." bisik Leo lagi. "Aku tidak mau!!! Kau menyebalkan!!! Dasar gila!!!" pekik Shafira kesal, sementara Leo terus terkekeh jahat dan merasa puas telah membuat Shafira ketakutan pada ucapannya. Tiba dirumah sakit, Shafira lantas ditangani dengan cepat lantaran supaya luka di punggungnya tidak infeksi. Dokter juga mengatakan bahwa kaki Shafira harus diperban karena terkilir akibat ulah Vani yang sengaja menginjaknya. Setelah semuanya selesai, dokter dirumah sakit itu menyuruh Shafira pulang dan memberikannya resep obat. "Dokter, apa dia tidak perlu dirawat dirumah sakit?" tanya Leo. "Tidak perlu, tuan! Luka bakar dipunggungnya tidak terlalu parah ... cukup diolesi dengan obat saja, dalam waktu kurang lebih seminggu lukanya akan segera membaik." sahut dokter itu. "Jangan lupa untuk mengkonsumsi obatnya secara rutin." sambung dokter itu lagi. Setelah mengurus semua biaya administrasi dirumah sakit itu, Leo membawa Shafira kembali ke mobil dan bergegas pulang kerumah. Setibanya dirumah, Huria dan pelayan lainnya tampak panik melihat kondisi Shafira yang berada di dalam gendongan Leo. "Apa yang terjadi pada nona, tuan?" tanya Huria. "Tanyakan sendiri padanya! Dia membuatku kesal seharian!" gerutu Leo sembari merebahkan tubuh Shafira diatas ranjang tidurnya. Kemudian Leo memberikan obat yang harus dikonsumsi Shafira kepada Huria. "Jangan sampai telat memberikannya!" perintah Leo. "Baik, tuan," sahut Huria. Kemudian Leo beranjak pergi keluar dari kamar itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN