Hembusan angin kencang menerpa kulit Serra dan Olyn, dedaunan bergemerisik saling bersentuhan. Detik kemudian sosok pria tampan dengan aura berbahaya berdiri di depan mereka.
Serra tidak bisa tidak memuji bagaimana gilanya makhluk immortal. Kekuatan supranatural mereka memang luar biasa.
Mata Serra menatap pria di depannya yang tak lain adalah Dark. Hanya dari gestur tubuhnya yang tenang, Serra bisa memastikan jika pria itu sungguh berbahaya.
"Siapa kau? Kenapa kau menghalangi jalan kami?" tanya Serra.
"Jawabannya adalah untuk membunuhmu!" Dark menyeringai iblis. Sepersekian detik ia sudah ada di depan Serra. Mencengkram leher Serra kuat dan hendak mematahkannya.
Wajah Serra membiru. Ia kesulitan bernafas. Nampaknya kali ini ia akan benar-benar mati. Rasa sakit menjalar di batang lehernya hingga ke otak. Matanya berair karena rasa sakit itu.
Suara retakan tulang terdengar. Olyn telah berganti shift, serigala coklat tua bercampur abu-abu terbang ke arah lengan Dark. Hendak mengoyak lengan hewolf yang mencoba membunuh majikannya.
Dengan cepat tubuh Serra terhempas ke pohon. Darah keluar dari mulutnya akibat benturan keras di punggungnya dengan batang pohon.
Dua serigala sedang bertarung. Olyn tentu bukan apa -apa bagi Dark yang sudah membunuh banyak nyawa werewolf. Tubuh besar Gennie - wolf Olyn- terlempar ke pohon. Membentur kuat hingga membuat Gennie kesulitan untuk berdiri dengan keempat kakinya. Tubuh malangnya sudah terluka di sana-sini. Kesadarannya bahkan sudah mulai menghilang. Gelap menyedotnya semakin dalam dan dalam, hingga rasa sakit tidak lagi ia rasakan.
Oliver —wolf Dark, melompat ke arah Gennie. Cakar-cakarnya yang tajam terlihat siap untuk mencabik-cabik tubuh Gennie.
Tiba-tiba Oliver terhempas ke pohon, sesuatu yang kuat telah menerjangnya. Kemudian Oliver merasa ia tidak bisa bergerak, tubuhnya terkunci. Seluruh otot-ototnya seperti kehilangan fungsi. Ia mengangkat kepalanya. Iris birunya terbelalak melihat siapa yang berdiri 10 meter darinya.
Penyihir. Oliver dan juga Dark yang ada di dalam dirinya tak percaya pada apa yang mereka lihat saat ini. Bukankah klan penyihir telah lenyap 20 tahun lalu?
Oliver mengaum —auman kesakitan yang begitu memilukan hati— saat penyihir di depannya menggerakan jemari tangannya yang terlihat seputih porselen. Oliver merasa darahnya dikuras. Dengan cepat tubuhnya menyusut, hingga akhirnya hanya tertinggal kulit berbungkus bulu hitam.
Mata kemerahan milik penyihir yang tak lain adalah Serra, menatap marah gundukan kulit Oliver. Kemudian api merah membakar kulit itu hingga jadi abu.
Dark beserta wolf-nya tewas. Serra yang berpenampilan seperti penyihir dengan surai keemasannya yang menjadi putih kini tidak sadarkan diri setelah membakar Oliver.
Kedua mata Serra terbuka setelah cukup lama tertutup. Kepalanya terasa pusing. Ia mengumpulkan kesadarannya dan menyadari bahwa ia masih hidup.
Keningnya berkerut kemudian. Bukankah tadi ia tidak sadarkan diri di dekat pohon tua? Lalu kenapa ia sudah berada dua puluh meter dari pohon itu? Apakah ia berpindah sendiri?
Pemikirannya terhenti ketika ia mengingat Olyn. Ia mengitarkan pandangannya dan menemukan Olyn tergeletak tidak sadarkan diri dengan darah mengering di tubuh dan pakaiannya.
Serra beringsut mendekat ke Olyn. Ia memeriksa denyut nadi Olyn. Beruntung manusia serigala juga bisa diperiksa apakah masih hidup atau tidak melalui denyut nadi.
"Olyn! Olyn!" Serra menepuk-nepuk pipi Olyn. Berharap pelayannya itu akan membuka mata, tetapi luka yang Olyn alami bukan luka ringan. Atau bisa dikatakan Olyn kritis.
Serra menggendong Olyn. Ia harus membawa Olyn keluar dari hutan agar bisa mendapatkan bantuan. Namun, ke mana ia harus membawa Olyn? Ia yakin tidak ada rumah sakit seperti di dunianya.
Serra mengingat sesuatu. Ia kini tahu ke mana ia harus membawa Olyn.
Setelah dua jam lebih Serra membawa tubuh Olyn bersamanya, ia telah sampai di depan tempatnya mencari uang. Hanya penolongnya yang Serra pikir bisa menyembuhkan Olyn.
Serra masuk ke dalam ruangan besar yang merupakan tempat arena tarung milik Aldebara. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok Sammy. Setelah ia menangkap keberadaan Sammy, ia segera melangkah mendekati Sammy.
"Di mana tuanmu?" tanya Serra tanpa basa-basi.
Sammy melihat ke seseorang yang ada di punggung Serra. "Di ruangannya."
"Tolong antarkan aku padanya."
"Sebentar. Aku akan bertanya pada tuanku terlebih dahulu."
"Tidak ada waktu lagi! Nyawa pelayanku akan melayang! Ayo cepat!" Serra memaksa.
Sammy tidak bisa menolak Serra. Ia segera mengantar Serra ke ruangan Aldebara.
"Tuan, Nona Ariel...,"
"Tolong selamatkan nyawanya." Serra memotong ucapan Sammy.
Aldebara menutup bukunya. Menatap Serra lekat dengan tatapan dingin tak bersahabat.
"Apakah kau pikir aku akan menolongnya?" Aldebara bertanya datar sedatar wajahnya saat ini.
"Aku akan melakukan apapun untukmu asal kau menyelamatkannya," Serra membujuk Aldebara. "Aku mohon." Serra bahkan tak ragu untuk memohon. Ia tidak ingin Olyn tewas karena menyelamatkannya. Ia tak mau ada Dylan lain yang mengorbankan nyawa untuknya.
Aldebara tetep bergeming. Kenapa Serra harus datang padanya? Bukankah Steve bisa menyelamatkan Olyn? Steve juga memiliki kekuatan penyembuh yang hebat.
"Aku bisa bekerja untukmu tanpa perlu kau bayar. Tolong aku. Tolong selamatkan dia." Serra meminta sekali lagi. Ia benar-benar merendahkan dirinya.
Aldebara sungguh tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Serra, tetapi semakin ia tidak ingin terlibat, semakin sering mereka bertemu. Aldebara yakin Serra sama seperti wanita lainnya yang menggunakan berbagai cara untuk mendekatinya. Dan mungkin ini adalah salah satu cara Serra untuk mendekatinya.
"Aku akan membantunya dengan satu syarat."
"Katakan. Aku akan melakukan apapun untuk nyawanya," balas Serra cepat.
"Menjauh dariku sejauh-jauhnya," seru Aldebara pelan tapi tajam.
Serra seperti dihantam godam besar. Hatinya terasa sangat sakit. Kenapa bisa seperti ini? Bahkan ia belum memiliki rasa apapun untuk pria di depannya. Kenapa bisa sesakit ini? Bahkan lebih sakit ketika Allard memalingkan wajah darinyan dan memilih Aera.
"Aku akan melakukannya." Kerongkongan Serra terasa sakit ketika ia mengatakan kalimat itu. Ada satu kesamaan antara pria di depannya dengan Allard. Mereka sama-sama tidak menyukainya.
Aldebara bangkit dari kursinya. Ia mengambil alih tubuh Olyn dari punggung Serra lalu membaringkannya di kursi panjang dalam ruangan itu. Ia memindai sekujur tubuh Olyn. Terdapat banyak luka bekas pertarungan dengan wolf yang jauh lebih kuat dari Olyn.
Tangan Aldebara terangkat. Ia meletakan jarinya ke kening Olyn. Mengirimkan kekuatannya ke tubuh Olyn untuk menyelamatkan wanita itu.
Serra berdiri di belakang Aldebara. Masih dengan hati yang berdenyut sakit. Masih dengan d**a yang berdegub menyesakan.
Luka ditubuh Olyn perlahan sembuh. Aldebara kehilangan sedikit kekuatannya untuk menyembuhkan Olyn yang terluka parah. Beruntung jantung Olyn tidak terkoyak, ia masih bisa diselamatkan.
Mata Olyn perlahan terbuka. Ia terkejut ketika melihat siapa yang duduk di sebelahnya.
"Tuan Aldebara." Mulutnya tanpa sadar mengucapkan nama pria yang menjadi idaman semua wanita termasuk dirinya. Namun, Olyn tidak seperti wanita yang tidak memiliki malu. Ia memendam rasa kagumnya karena ia sadar bahwa omega seperti dirinya terlalu gila menginginkan pria sesempurna Aldebara.
Aldebara berdiri. Ia membalik tubuhnya dan bertemu pandang dengan Serra yang membeku.
"Kau bisa membawanya pergi." Kemudian Aldebara melewati Serra.
Serra merasa udara yang ia hirup saat ini mengandung racun yang perlahan-lahan membuatnya seolah ingin mati.
Tersadar dari rasa sakitnya. Serra membantu Olyn berdiri. Ia kemudian melangkah ke Aldebara.
"Terima kasih karena sudah menyelamatkannya." Meski ia merasa terhina ia tetap mengucapkan terima kasih pada Aldebara.
Aldebara tidak menjawab Serra. Ia melanjutkan kembali bacaan yang sempat terganggu oleh Serra.
Serra keluar dari ruang kerja Aldebara bersama Olyn. Ia tidak menyangka bahwa ada orang lain yang bisa memberikannya rasa sakit melebihi Allard.
Tunggu dulu.
Serra berhenti melangkah. Ia tidak mengerti kenapa ia diperlakukan seperti saat ini. Apa kesalahan yang ia lakukan? Tidak! Ia tidak bisa terima begitu saja tanpa tahu apa kesalahannya.
"Tunggu di sini, Olyn." Serra membalik tubuhnya. Melangkah kembali ke ruangan Aldebara tanpa bisa dicegah oleh Sammy yang sudah diperingatkan oleh Aldebara agar tidak membiarkan siapapun mengganggunya.
Serra berdiri di depan meja Aldebara. Menatap Aldebara tajam dengan kedua tangannya yang mengepal. "Katakan padaku apa kesalahanku hingga aku harus menjauh sejauh-jauhnya darimu? Apakah selama ini aku menempel padamu? Aku tidak meminta kau menyelamatkanku tempo hari. Kau sendiri yang datang seperti pahlawan baik hati. Dan kenapa sekarang kau bersikap seolah aku sengaja mencelakai diriku sendiri agar kau menolongku? Apakah kau berpikir aku sedang mencari perhatianmu? Dengar. Aku datang kemari meminta bantuanmu karena hanya kau yang aku pikir bisa membantu Olyn. Tampaknya aku salah, kau tidak sebaik yang aku pikirkan." Serra bicara panjang lebar.
Aldebara menutup bukunya. Ia menatap Serra yang nampak tidak takut sama sekali padanya setelah mengoceh panjang lebar.
"Lalu, bagaimana aku kelihatannya sekarang di matamu?" Aldebara bertanya pelan.
"Kau tidak lebih dari lelaki picik!"
"Lelaki picik ini yang menolongmu."
"Ah, aku tahu. Kau sengaja menolongku untuk menggodaku, bukan?!" tuduh Serra.
Aldebara tertawa datar. Menggoda? Ia bahkan tak tertarik pada Serra. Aldebara menatap mata Serra dalam-dalam. Ia mencoba membaca pikiran Serra untuk membuktikan bahwa Serra sama dengan wanita lainnya yang mencoba menggodanya.
Tidak bisa. Ini aneh. Aldebara tidak bisa membaca pikiran Serra. Bagaimana mungkin? Ia bahkan bisa membaca pikiran Alpha Kyven yang terkenal sulit untuk dibaca pikirannya.
Aldebara mencoba sekali lagi, tetapi ia tetap tidak bisa membaca pikiran Serra.
"Kenapa kau diam? Tebakanku pasti benar. Tch! Kau membuatku seolah aku mencoba mendekatimu, tetapi kenyataannya sebaliknya. Kau menggunakan trik murahan, Tuan." Serra menatap Aldebara meremehkan.
"Jadi begini caramu membalas orang yang telah membantumu?" Aldebara menaikan sebelah alisnya. "Kau berhutang nyawa padaku, Serra."
"Aku akan segera membayarnya. Secepatnya. Lagi pula aku tidak ingin berurusan lama-lama denganmu." Serra benar-benar kesal. Selain wajah, pria di depannya sama sekali berbeda dengan Allard. Bagi Serra, Allard jauh lebih baik dari Aldebara.
"Kalau begitu aku menarik ucapanku. Kau akan jadi pelayan pribadiku selama 10 tahun."
Serra menganga. 10 tahun? Tidakkah itu terlalu lama?
"Kenapa? Terlalu cepat? 20 tahun."
"Tidak! 10 tahun. Aku akan jadi pelayanmu selama 10 tahun," jawab Serra cepat.
"Sekarang bereskan barang-barangmu. Pelayanku akan menjemputmu besok pagi."
Seperti dicolok hidungnya. Serra mengikuti ucapan Aldebara. Setelah keluar dari ruangan Aldebara ia baru menyadari kebodohannya.
"Sialan kau, Serra! Kenapa kau setuju menjadi pelayannya selama 10 tahun! Aku tidak bisa menemukan orang yang lebih bodoh darimu!" Serra memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia menjadi pelayan. Ia bahkan tidak pernah melayani satu orang pun.
Serra membalik tubuhnya hendak membincangkan kembali mengenai menjadi pelayan dengan Aldebara, tetapi ia urungkan. Ia tidak bisa membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat.
"Sial!" Serra memaki lagi. "Baiklah, Serra. Ambil sisi baiknya saja. Selama 10 tahun kau akan keluar dari kediaman McKenzie." Serra mencoba melihat dari sudut yang lain. Namun, akhirnya ia memaki lagi.
"Kau memang bodoh, Serra! Sangat bodoh!"
Di dalam ruangannya, Aldebara bisa mendengar ocehan Serra. Ia kembali memikirkan kenapa ia tidak bisa membaca pikiran Serra. Jelas-jelas Serra tidak memiliki cukup kekuatan untuk memblokir penerawangannya.
Aldebara akan mencari tahu kenapa ia tidak bisa membaca pikiran Serra selama Serra bersamanya. Ini adalah salah satu alasan kenapa Aldebara menjadikan Serra pelayannya. Dan alasan lainnya adalah karena ia tidak ingin mendengarkan pelayan pribadinya terus memuji dirinya dan memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya. Akan lebih baik jika Serra yang menjadi pelayan pribadinya, ia tidak perlu mendengar pelayan yang berfantasi liar mengenai dirinya.
Terhitung hingga saat ini Aldebara sudah mengganti lebih dari sepuluh kali pelayan pribadinya. Semua pelayan yang pernah menjadi pelayan pribadinya selalu memikirkan hal yang tidak-tidak dengannya. Hingga akhirnya ia menutup kekuatan membaca pikirannya ketika ia di rumah.
Namun, hal itu akan segera berakhir. Ia bisa beristirahat dengan tenang tanpa memblokir kekuatannya sendiri.