Chapter 28

1554 Kata
Hari minggu adalah hari yang di manfaatkan setiap orang untuk bersantai atau meluangkan waktu bersama keluarga. Begitu pun Reina dia sekarang sedang bersantai di taman belakang rumahnya. Reina tengah duduk di bangku kayu sambil melihat ke arah kolam yang di huni beberapa ekor ikan koi dan juga seekor kura-kura kesayangan Beni. Sedangkan Beni abangnya sedang bermain basket tak jauh dari gadis itu duduk. Halaman belakang rumah Reina cukup luas, di sebelah kanan ada taman bunga koleksi Sonya bundanya, sebelah kiri ada kolam ikan dan ada gazebo untuk bersantai, dan di tengah halaman itu di gunakan sebagai lapangan basket sederhana milik Beni. Reina memandang Lucas kura-kura milik Beni yang asik memakan sayuran yang Reina beri. "Makan trus ya biar nggak mati," ucapnya kepada Lucas. "Kamu kasih makan apa itu dek?" Teriak Beni tiba-tiba. "Cuma kangkung doang," jawab Reina. "Jangan banyak-banyak ntar dia kenyang." cegah Beni saat Reina hendak memberikan seikat kangkung lagi pada Lucas. "Sama kura-kura aja sensitive banget. Gue buang juga nih Lucas," ancam Reina. "Heh enak aja kalau ngomong dia itu temen abang paling setia ngerti nggak sih," "Halah ntar kalau dia bosen dia juga hilang lagi kayak waktu itu. Melarikan diri dari abang," ejek Reina. Beni hanya mencebikan bibirnya sebentar dan kembali menatap Lucas. "Bang," "Apa?" "Mau curhat," "Curhat aja," "Kalau ada yang suka sama abang, bang Beni gimana?" "Iya senenglah," ucap Beni enteng masih sibuk dengan Lucas. "Ish bang, serius ini." Beni menegakkan badannya dan menghadap adik perempuannya. "Yang abang lakuin ya menghargai perasaan dia," "Dengan cara?" "Kalau dia nembak kita supaya mau jadi pacarnya, selama kita punya perasaan yang sama iya di terima. Tapi kalau nggak ya coba di omongin baik-baik. Asal jangan buat perasaan orang itu terluka," "Kalau kita ragu gimana?" Tanya gadis itu lagi. "Minta buktiin kalau emang dia sayang, dia pasti mau," Reina mengangukan kepalanya tanda mengerti. Beni mengerutkan dahinya berpikir keras tentang pertanyaan Reina. "Emang siapa yang lo maksud dek?" "Davin," Beni melotot kaget mendengar jawaban dari mulut sang adik. Apa yang Beni pikirkan selama ini benar. Cowok dingin itu ternyata menyukai adik perempuannya. "Davin suka sama lo? Kapan dia bilang?" "Kemaren bang pertama di hari jumat pas sekolah dan kedua kemaren dia ajak aku ke taman yang banyak banget bunga krisan, yang ngebuat aku inget tentang Devan," ucap Reina lesu saat mengucap nama Devan. Beni mengusap punggung Reina lembut. "Kadang ada hal yang harus kita ikhlasin dimasa lalu biar saat kita melangkah itu nggak menjadi beban buat kita," Reina diam masih setia menatap kearah kolam ikan. "Ikhlasin Devan Na. kita nggak tau dia ada dimana sekarang. Apa dia masih inget sama lo atau nggak kita nggak tau. Coba lo nrima apa yang sekarang udah ada di depan mata lo. Sekarang rasa ke Davin itu mungkin belum ada tapi suatu saat dia akan tumbuh dengan sendirinya. Karena semua tercipta karena terbiasa," jelas Beni lembut. "Akan gue coba nrima Davin," jawab Reina. "Setidaknya kasih dia ruang di hati lo secara perlahan, Na. abang yakin kalau cowok itu sebenernya baik," ucap Beni memberi saran. "Iya bang," ucap Reina lirih dan tersenyum lebar kearah Beni. Beni pun mengacak puncak kepala adik perempuannya itu penuh kasih sayang. *** "Iya ma Davin di rumah Rama. Semalam dia mampir trus ikut nonton film eh malah ketiduran sampek pagi," "..." "Dia masih tidur ma, Rama nggak berani bangunin." "..." "Iya. Mama kapan pulang?" "..." "Oh gitu, iya udah deh ma hati-hati disana. Salam ke mama Ratna ya, ma. Rama kangen." "..." "Waalaikumsalam,ma." Rama menutup sambungan telvonnya. Dia melihat sepupunya yang masih terlelap di atas ranjang miliknya dengan posisi tengkurap. Tak berapa lama dia memutuskan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersikan badannya. Davin mengeliat di atas ranjang setelah beberapa menit Rama meninggalkannya. Dia mendongkan kepalanya memandang sekitarnya. Dia mendengar suara gemricik air yang dia pastikan itu adalah Rama yang berada di kamar mandi. Davin bangkit dari tidurannya dia duduk di atas single sofa yang dekat jendela. Memandang keluar jendela melihat suasana minggu pagi ini. Davin melirik jam dinding yang menunjukan pukul 08.00 pagi. "Masih pagi," gumamnya yang masih terduduk di single sofa dan masih bertelanjang d**a. Tak berapa lama suara pintu kamar mandi pun terbuka. Menampakkan Rama yang sudah mengunakan celana berwarna mocca selutut dan kaos putih polos tanpa lengan. Rama mendekati Davin dan duduk di single sofa di seberang cowok itu. "Mama lo barusan telvon," ucapnya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. "Trus?" Tanya Davin tanpa menoleh kearah Rama sedikit pun. "Tanya lo dimana, kenapa nggak pulang kerumah dan nggak ngasih tau orang rumah dulu kalau nginep disini," Davin hanya diam tak ingin menjawab ucapan Rama "Tapi gue udah jelasin semua kemama lo," "Oke makasih," ucap Davin datar sambil beranjak dari duduknya. "Lo mau kemana?" "Mandi, baju gue masih ada yang disini kan?" "Masih. Di lemari sebelah kananm" Tunjuk Rama dengan dagunya. Davin mengambil baju yang berada di almari milik Rama kemudian beranjak memasuki kamar mandi. Cowok itu memang selalu meninggalkan beberapa potong pakaian di almari Rama. Untuk berjaga-jaga jika dia ingin menginap atau kabur dari rumah. Biar tidak repot-repot katanya. Tak butuh banyak waktu Davin sudah menuruni anak tangga dan menyusul Rama yang sudah berada di ruang keluarga. "Mau sarapan?" Davin menggeleng cepat kearah sepupunya. Dia duduk di sofa panjang di sebelah Rama. Dan mengambil roti tawar yang berada di atas meja kemudian menyelipkan di antara kedua bibirnya. "Lo nggak keluar?" "Kemana?" "Iya kemana kek mungkin lo mau ajak Reina jalan gitu," ucap Rama. Davin berfikir sebentar lalu dia teringat akan sesuatu. Dia bangkit dan mulai meninggalkan Rama. Sedangkan Rama cowok itu hanya diam membiarkan sepupunya pergi yang entah kemana. "Gue bawa mobil lo ya," Teriak Davin dari ruang tamu Rama hanya mengangguk yang jelas tidak akan di lihat oleh Davin. namun suara cowokm itu terdengar lagi. "Tolong servicein mobil gue ya, gue nggak sempet bawa kebengkel buat di cek," teriaknya lagi. Namun kali ini Rama tidak mengangguk tapi bersuara yang jelas Davin tidak akan mendengar. "Ngomongnya nggak sempet tapi bisa keluar jalan-jalan. Otaknya kalau ngomong nggak perna di gunain emang," gerutu Rama sebal. *** Seorang cowok tengah duduk di tepi ranjangnya. Memandang sederetan bingkai foto yang tertata rapi di atas nangkas. Dia mengambil sebuah bingkai yang menampilkan enam cowok yang tengah berangkulan. Meraka terlihat tersenyum dan bahagia disana. Cowok itu terus memandangi bingkai foto yang dia pegang. Lalu senyum getir pun tercetak di wajah tampannya. "Seandainya masalah itu tak serumit ini mungkin kita tetep bareng-bareng sampai sekarang," ucapnya dengan nada kesedihan yang mendalam. "Maafin gue yang terlalu cepat percaya dan nimbulin kesalah pahaman sampai ngebuat kita semua kayak gini," sambungnya lagi dia merasa menyesal dengan apa yang pernah dia lakukan. Suara knop pintu yang di putar dan sura pintu yang terbuka membuat pandangan cowok itu beralih. melihat siapa gerangan yang datang menemuinya. "Mama kira kamu masih tidur, tadi mama ketuk pintunya kamu nggak nyaut," ucap seorang wanita berusia 40 tahunan yang masih Nampak cantik ditambah dengan senyum hangat yang dia miliki. Menambah kesan awet cantik dan keibuan wanita itu terlihat. Wanita itu tersenyum dan menghampiri putranya dia duduk di tepi ranjang sebelah putranya "Tumben nggak keluar?" "Lagi males, ma, pengen di rumah aja lagian mumpung mama libur kerja juga," Wanita itu tersenyum, "Maafkan mama ya, gara-gara mama kamu selalu kesepian di rumah karena mama sibuk ngurus pekerjaan," ucapnya sambil mengusap bahu sang putra lembut. "Nggak apa kok, ma, aku ngerti semua mama lakuin demi aku," Wanita itu masih setia dengan senyuman yang dia tampilkan, "Gimana sekolah kamu?" "Seperti biasanya nggak ada yang berubah sama saja," ucap cowok itu lemah. Matanya menunduk masih melihat bingkai foto yang dia pegang. Wanita itu pun ikut memusatkan perhatiannnya pada bingkai itu. Tangannya lalu mengelus pundak sang puta kembali. "Sabar semua pasti kembali baik-baik saja. Percaya sama mama emang semua itu butuh waktu nggak akan bisa sekejap kembali pulih," "Iya ma, aku udah coba sabar kok," ucap cowok itu sambil tersenyum. "iya gitu dong mama seneng liat kamu senyum," beberapa detik pun terjadi keheningan diantara mereka berdua. "Kamu udah jenguk adik mu?" Cowok itu menggeleng lemah, "Belum ma, belum sempet," "Buruan jenguk dia, kasihan dia pasti kangen sama kamu udah lama kamu nggak kesana, " "Habis ini aku kesana kok ma, udah ada pikiran juga dari kemarin," "Ya udah kalau gitu mama ke dapur dulu nyiapin makan buat kamu, kamu cepetan siap-siap, ya." wanita itu berdiri dari duduknya dan meninggalkan putranya sendiri di kamar. Cowok itu hanya tersenyum tipis sambil memandang kepergian mamanya dari kamarnya. dia segera bergegas mandi karena adiknya yang sudah menunggunya cukup lama. *** Butuh waktu setengah jam membujuk Reina agar mau ikut dengan Davin. tadinya gadis itu menolak dengan keras ajakan Davin tapi karena sedikit paksaan dari Beni akhirnya dia pun luluh. Reina sudah berada di dalam mobil Davin. cowok itu masih diam sambil fokus menyetir mobilnya. Sebenarnya cowok itu ingin sekali tertawa setiap melirik kearah gadis yang berada di sampingnya. Reina sangatlah lucu di mata Davin sudah 15 menit mereka berada di dalam mobil tapi gadis itu masih memanyunkan bibirnya kedepan. "Udah kali Reina jangan di tambahin majunya ntar kelindes tuh bibir," ucap Davin sambil menahan tawanya. "Bodo amat," ucapnya ketus dia sebal dengan Davin. Sedangkan cowok itu masih menahan tawanya agar tidak pecah di sebelah Reina yang masih sebal dengannya. "Kita udah sampai," ucap Davin sambil memberhentikan mobilnya dia tempat parkir. "Loh kok kita kesini?" wajah Reina keheranan saat dirinya malah di ajak Davin ke tempat pemakaman umum.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN