Happy Reading. Ekspresi Kesya benar-benar menunjukkan kesakitan. Keringat dingin membasahi pelipis Kesya, sementara napasnya sesak. Kesya mencengkram pundak Sean sebagai pelampiasan. Sedangkan bibirnya digigit untuk mengurangi rasa sakit yang berasal dari bawah tubuhnya. Bulir-bulir cairan panas menetes dengan derasnya dari sudut mata Kesya. Dan sebelum bersuara, Kesya menarik napas dalam-dalam. "Karena kau tak pernah bertanya." mata Kesya terbuka, menatap langsung ke dalam mata Sean. "Aku tidak serendah yang kau pikirkan." sambung Kesya perlahan, sekali lagi menghela napas mencoba untuk mengusir rasa sesaknya yang semakin menjadi-jadi. Kata-kata Kesya membuat jantung Sean seolah tercabut paksa dari rongga dadanya. Dia teringat sikap kasarnya yang menghina Kesya dan merendahkan perempua