Seorang wanita berkulit sawo matang keluar dari sebuah kamar rawat inap. Ia mengenakan jas putih dengan bordir nama Dr. Maya pada d@da sebelah kanan. Stetoskop terkalung di lehernya. "Gimana kondisinya May?" Ervan bangkit menghampiri Maya, salah satu temannya saat masih menjadi dokter residen dulu. Maya memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam kantong jas, sedangkan bahunya terangkat. "Kecapean. Stress. Kurang gizi!" jawabnya singkat. Ervan meremas kepalanya, ketakutannya terjadi. Arini pasti kelelahan setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini. Ditambah lagi pekerjaan yang Alexa berikan padanya tadi, sudah pasti Arini begitu tersiksa. "Sekarang jelaskan padaku, Van! Siapa dia??" Maya berganti melipat tangan di depan dad@nya. "Dia-- pasien ku" jawab Ervan lemah. "Bohong! untuk apa