Cancri berdiri dengan tubuh menegang, tubuh adik yang ia sayangi kini terbujur kaku dengan mata terpejam. Pria itu hanya menelan kasar ludahnya, tak bisa mengungkapkan rasa sesak di dadanya. “Bergerak lebih cepat! Kalian sangat lambat!” Cancri menatap kesal para perawat yang menangani adiknya. Pria itu mendorong salah satu perawat robot yang sedari tadi hanya membersihkan luka Luzia. “Cancri, hentikan!” Chaeri menatap anak sulungnya yang mulai lepas kendali. Ia juga bersedih, tubuh anak gadisnya terluka begitu parah. Kondisi tubuh itu bahkan sudah rusak sembilan puluh lima persen. “Kalian semua, berhenti. Biar aku yang menangani ini.” Chaeri menatap semua anggota keluarga Snake yang balas menatapnya. “Kau yakin, Sayang?” White menatap istrinya. Ia bukannya tidak percaya,