Mata Safa melebar mencerna ucapan Azril yang didengar membuat hatinya penuh tanya. “Cemburu dan takut, apa mungkin?” “Kenapa diam, Safa?” Azril masih mengunci tubuh Safa agar tidak bisa kabur. “Tapi aku senang itu tandanya kamu sudah mulai mencintaiku, bukan?” Pria itu masih menerka perasaan Safa, sebab sikap dia yang tak biasa membuatnya paham. Bahkan, yang biasanya dia tertidur lebih dulu kini masih terjaga hanya untuk menanyakan hal yang mungkin mengusik hatinya. “Tidak. Jangan terlalu percaya diri,” tegas Safa. “Minggir, aku mau tidur.” Safa mendorong tubuh Azril agar menjauh. Namun, pria itu justru tidak mau menghindar dan Safa semakin murka hingga memukul d**a bidang Azril yang berada di hadapannya. “Awas, Azril.” Rasa emosi juga resah terkumpul menjadi satu dalam hatinya. Hati