Sejak itu, hati Safa menjadi tak karuan. Padahal, baru semalam tidak melihat Azril, tetapi terasa sepi bahkan biasanya saling berdebat kini hampa sekali. Termenung dalam lamunan hingga tak enak mengerjakan apa pun. Niat untuk menyelesaikan naskah pun harus tertunda karena pikirannya yang tak bersahabat. Safa sendiri berusaha mengalihkan dan menyibukkan, tetapi rasanya percuma. Bayangan Azril muncul dalam benaknya. “Argh, kenapa jadi begini, sih?” teriak Safa dalam hatinya. Sedari tadi sibuk dengan ponselnya pun tak membuahkan kesal. Entah mengapa pria itu tiba-tiba menghilang. Mendengar suara deruan mobil membuat Safa turun dari kamar. Wanita itu berlari, berharap Azril datang dan ternyata justru sang ayah hadir di hadapannya. “Kamu kenapa, ko cemberut begitu lihat Ayah datang!” Marla