Hati Safa bagai tertusuk belati. Ia baru saja merasakan kebahagiaan, tetapi seolah hilang oleh fakta Azril yang ternyata memiliki rahasia besar. Kini, dirinya termenung di dalam kamar, menangis dalam diam dan pikirannya kalut tak karuan. Tidak seharusnya Azril mengabaikan sesuatu yang sudah menjadi rencananya. “Kamu jahat, Ril!” lirih Safa pelan. “Neng, Neng Safa.” Terdengar suara panggilan yang dipastikan itu Amih. Dengan segera menghapus air matanya yang mengalir, tidak ingin membuat Amih khawatir. “Iya, Mih, ada apa?” jawab Safa dengan suara serak. Ia berusaha tersenyum, meski tidak sesuai pada hatinya. “Ayo makan dulu,” kata Hamidah lembut. “Mata kamu sembab, kamu habis menangis?” “Ah, enggak, Mih, mungkin karena terharu tadi lagi baca buku soalnya,” ujar Safa berbohong sembar