Kreeekkk ….
Pintu pun terbuka.
Meisya melihat jika kamar yang dahulu terasa hangat dan penuh cinta, kini berubah menjadi dingin dan hatinya sudah tidak bisa lagi merasakan ada getaran-getaran cinta didalam kamar ini. Meisya pun berjalan masuk dengan langkah kaki yang terasa sangat lemah. Meisya sudah tidak memiliki semangat lagi dalam dirinya, hanya rasa sedih dan juga kecewa yang terus menyelimuti hatinya dan saat dia sudah sampai didepan tempat tidur, yang disana ada Arya yang berbaring sambil menutupnya dengan pulas nya, Meisya pun berhenti tepat didepan tempat didepan Arya dan berdiri tepat didepannya saat ini. Meisya berdiri kaku dan tangannya, dia mengepalkan tangannya dengan perasaan yang sulit untuk di jelaskan.
Tanpa terasa, Meisya pun kembali menitikkan air matanya lagi, namun dia langsung menghapusnya kembali. Dia memiliki sebuah tekad yang kuat dan dia harus tegar dan tujuan utamanya kali adalah memberi pelajaran kepada suaminya agar dia bisa merasa jera dan dia ingin sekali, ingin sekali melakukan balas dendam yang kepada Arya atas apa yang Arya lakukan kepadanya.
"Aku harus kuat! Ya, aku harus kuat! Aku harus membuatnya menyesal karena dia telah menyakitiku," ucap Meisya sambil mengusap air mata yang tersisa di pipinya.
Setelah menatap sebentar wajah Arya.
Meisya pun berjalan mendekati lemari pakaian dan melihat banyak pakaian yang dahulu sering dia pakai dan kini, hanya terpajang sempurna didalam sana.
Meisya mengeluarkannya satu persatu dan melihat jika pakaian itu terlalu kecil karena badannya terlihat jauh lebih berisi dari sebelumnya.
Meisya menatap wajahnya dan seluruh tubuhnya di cermin. Dan kini, Meisya mengerti kenapa Arya sudah tidak tertarik lagi dengannya. Karena, penampilannya saat ini memang sangat tidak pantas untuk disebut istri dari seorang Arya Airlangga. Seorang wakil direktur di perusahaan tempat dia bekerja saat ini.
Meisya pun menutup matanya sejenak dan kini dia memiliki tekad untuk berubah. Dia harus jauh lebih cantik dan juga menarik dari selingkuhannya.
"Aku harus melakukannya, aku …. aku, aku harus! Ya! Aku harus melakukannya. Aku juga bisa seperti w************n itu, kalau hanya bisa merias diri dan menghamburkan uang saja. Tentu saja, aku juga bisa melakukanya. Jadi! aku juga akan melakukan hal yang sama. Hahaha … Arya, kalau kamu menginginkan aku seperti itu, aku akan melakukannya. Aku bisa lebih cantik darinya dan tentunya hanya melayani kamu di tempat tidur? Itu jauh lebih mudah untukku. Tapi …," Meisya menghentikan ucapannya karena dia merasa jijik saat membayangkan Arya menyentuh w************n itu dan seluruh tubuhnya sudah menempel bau wanita itu. Meisya langsung merasa mual saat membayangkannya. Meisya tidak ingin disentuh oleh Arya lagi.
"Tidak! Aku tidak mau disentuh lagi oleh kamu. Lebih baik aku menjauhkan diriku dari kamu. Aku tidak mau disentuh oleh tangan kotor kamu lagi Arya!" Umpat Meisya. Dia meremas keras pakaian yang dia pegang dan terus membayangkan percintaan panas yang di lakukan Arya dengan wanita itu, bahkan mereka sering melakukannya dan bukan hanya sekali.
Semakin memikirkannya, Meisya merasa semakin jijik dengan Arya. Dia bertekad untuk tidak mau lagi disentuh oleh Arya dan menunggu agar Arya merasakan rasa sakit yang dia alami saat ini.
Meisya pun menghela nafas pendek dan dia pun melihat kearah laci yang berada didalam lemarinya.
Meisya pun membuka laci itu dan melihat jika didalam sana ada ijazah dan juga banyak sertifikat saat dia bekerja dahulu.
Meisya adalah wanita yang pintar sehingga dia bisa mendapatkan banyak sertifikat dan piagam penghargaan.
Jika dia tidak berhenti bekerja saat itu. Mungkin saat ini Meisya akan menjadi duta dari perusahaannya yang kebetulan ada di Negara sebelah.
Meisya pun menghela nafas pendek, karena setelah lima tahun, dia harus kembali bekerja dan mengubah penampilannya kembali seperti dahulu.
"Baiklah, mulai besok. Aku akan berubah dan mencari kerja kembali. Aku bisa hidup mandiri tanpa kamu Arya. Camkan itu!" Ucap Meisya. Dia pun keluar dari kamar itu dan membawa seluruh pakaian dan barang miliknya ke kamar sebelahnya.
Karena mulai saat ini, Meisya akan bertindak seperti selingkuhan Arya dan setelah uangnya sudah cukup. Meisya akan menuntut cerai kepada Arya lalu membawa anaknya pergi sejauh-jauhnya dari Arya.
Dengan rasa perih dan juga sakit yang begitu mendalam.
Meisya pun membawa seluruh barangnya dan memulai kehidupan rumah tangganya dengan dingin.
Tidak ada Meisya si istri yang berbakti kepada suaminya dan tidak ada Meisya yang dikatakan Arya seperti pembantu di rumahnya sendiri.
Meisya pun pergi meninggalkan kamar Arya. Sebelum menutupnya, Meisya menatap wajah Arya dan bergumam, " Karena ini adalah keinginan kamu, maka rasakan lah. Aku sudah tidak mau disentuh oleh pria b******k semacam kamu lagi Arya," ucap Meisya. Dia pun langsung menutup pintu dan pergi secepatnya ke kamar yang mulai saat ini adalah kamarnya dan juga Abian.
Meisya pun berjalan menuju kamar Abian dan merapihkan seluruh pakaiannya dan memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam lemari Abian.
Meisya pun mencari pakaian yang dahulu pernah kenakan dan Meisya pun segera mengenakannya.
Saat Meisya memakai pakaiannya, Meisya pun tersenyum getir, karena dia akhirnya harus kembali ke masa lalunya.
Masa lalu yang membuatnya selalu dipuja oleh Arya dan bukan hanya Arya, tapi banyak pria yang mengejarnya, namun. Meisya sudah terlanjur mencintainya hingga keduanya memutuskan untuk menikah dengannya hingga saat ini.
Meisya menatap pantulan dirinya di cermin dan Meisya melihat jika dirinya ternyata masih saja terlihat cantik.
"Ternyata aku masih terlihat sangat cantik dan …," Meisya melihat tubuhnya yang semakin seksi, karena saat ini. Tubuhnya yang dahulu langsing dan mungil sudah berubah menjadi lebih padat dan berisi.
"Hhhhmmm … ternyata pakaian bisa merubahku secepat ini," gumam Meisya dan dia terus menatap wajahnya. Dia mencoba untuk memakai riasan dan memoles wajahnya agar terlihat lebih segar dari sebelumnya.
Beberapa menit pun berlalu.
Meisya pun selesai dengan riasannya dan saat melihat wajahnya, Meisya tersenyum puas karena dia bisa jauh lebih cantik dari wanita simpanan suaminya.
Meisya sudah melihat wajah wanita simpanannya yang bernama Juwita dari foto-foto yang dia lihat di dalam ponselnya Arya. Jadi, Meisya hanya bisa tersenyum getir didalam hatinya.
"Heehh … ternyata aku jauh lebih baik daripada dia! Kenapa selera kamu sangat rendah Arya!" Ucap Meisya dan air mata pun tanpa terasa mengalir lagi dari sudut matanya. Tapi Meisya langsung menghapusnya karena dia tidak boleh merasa rapuh.
"Jangan menangis Meisya, tolong jangan menangis! Dia pria yang tidak pantas kamu tangisi. Sudah cukup! Sudah cukup! Kamu sudah terlalu banyak berkorban untuknya. Jadi, kini saatnya kamu membahagiakan diri kamu sendiri Meisya!" Ucap Meisya. Dia terus menghibur dirinya sendiri dan terus mengatakan jika dirinya memang tidak pantas lagi untuk mengorbankan dirinya demi pria yang sudah tidak mencintainya lagi.
Sambil menarik nafas panjang dan secara perlahan Meisya pun menghembuskan nafasnya.
Meisya kini bertekad untuk menjadi Meisya yang ad di masa lalu. Meisya yang cantik, kuat, pintar dan tentunya Meisya yang selalu terlihat luar biasa didepan mata pada lelaki.
Meisya pun mencoba tersenyum sendiri dan setelah selesai dengan riasannya, Meisya mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya.
Dia pun mendekati putranya dan tersenyum kepadanya.
"Abi, ayo kita pergi jalan-jalan. Abi mau ikut kan?" Ucap Meisya.
Abian pun tertawa gembira saat mendengar jika dia akan pergi bersama ibunya.
"Hore! Jalan-jalan ma! Mau ma, Abi mau!" Jawab Abian.
Meisya pun segera mengganti pakaian Abian dan setelah selesai. Meisya pun mengambil kunci mobil suaminya dan secepatnya dia pun pergi meninggalkan rumahnya.
Meisya sengaja melakukan itu, karena dia akan memulai misi balas dendamnya dengan cara yang lebih cantik lagi.
Jika dia melakukannya seperti wanita-wanita yang lain. Mungkin, itu akan membuat Arya merasa bangga dan untuk wanita simpanannya, dia pasti akan merasa sangat puas karena sudah mengalahkannya.
Meisya bukanlah wanita yang bodoh, jadi dia tidak mau jatuh ke tempat yang lebih buruk lagi jika dia melakukan hal semacam itu.
Maka dari itu, Meisya melakukan pembalasan dendamnya dengan cara yang berbeda.