"APA!" Teriak Steven saat mendengar permintaan konyol dari putranya.
Dia tidak mungkin mengikuti keinginan putranya yang menurutnya tidak masuk akal.
"Ray, jangan mengatakan hal yang tidak mungkin terjadi. Papa … papa tidak bisa mengabulkan permintaan kamu, tidak! Papa tidak mau!" Ucap Steven sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.
Dia tidak mau menikahi wanita yang bukan dia inginkan, apalagi karena permintaan konyol putranya, dia harus mengorbankan hidupnya untuk hidup bersama dengan wanita yang tidak dia kenali.
Rayyan langsung cemberut karena ayahnya kali ini tidak mengabulkan permintaannya.
"Papa, aku mohon! Papa mau kan menjadikan Tante Meisya menjadi mama aku! Pa, aku mohon! Aku hanya meminta ini saja pa, aku berjanji pa!" Ucap Rayyan, dia terus memohon kepada ayahnya untuk menjadikan Meisya sebagai ibunya dan Abian sebagai saudaranya.
Steven langsung memijat dahinya dan merasa ingin marah mendengarnya, tapi dia tidak mungkin memarahi putra kesayangannya itu. Karena putranya itu adalah satu-satunya yang paling berharga didalam hatinya setelah dia kehilangan wanita misterius itu.
Steven yang hendak marah pun langsung tersenyum dengan terpaksa lalu menggendong putranya itu.
"Ray, ini tidak sesederhana yang kamu pikirkan. Tapi, papa harus melihat Tante Meisya yang kamu bicarakan itu, apakah Tante Meisya itu sangat cantik? Atau kah ...," Steven menghentikan ucapannya dan membayangkan jika wanita yang bernama Meisya itu sangatlah jelek.
Rayyan pun tertawa saat melihat ekspresi jelek dari wajah ayahnya.
"Hahahaha … papa tidak perlu merasa khawatir, Tante Meisya sangatlah cantik, lembut dan juga baik hati. Aku sangat menyayanginya pa, aku merasa jika dia itu adalah mama ku?" Ucap Rayyan, dia pun kembali mengingat saat pertama kali dia melihat Meisya di tempat permainan anak-anak itu.
Hatinya tertuntun untuk menemuinya dan saat melihat wajahnya untuk pertama kalinya, Rayyan merasakan ada rasa keibuan yang mendalam dari diri Meisya. Itulah mengapa dia langsung memeluknya dan bersikap seperti anak kecil biasanya.
"Pa, aku merasa sangat iri dengan kak Abian," ucap Rayyan dengan nada suara lirih.
Steven mengerenyitkan dahinya dan dia pun bertanya, "Kenapa kamu merasa seperti itu?"
Rayyan menatap wajah ayahnya yang kini tepat didepannya saat ini.
"Kak Abian memiliki mama sedangkan aku, hanya memiliki papa dan juga nenek. Tidak ada mama disini pa!" Ucap Rayyan, dia pun memeluk Steven dengan erat dan melanjutkan ucapannya lagi, "Pa! Aku mohon, aku mohon pa! Jadikan aku sebagai putranya Tante Meisya."
Mendengar ucapan putranya, Steven merasa hatinya sangat sakit, dia merasa sedih karena belum bisa menemukan ibunya dan juga, Steven juga belum.bisa menemukan wanita yang cocok dengan Rayyan.
Kini, Rayyan menemukan wanita yang ingin dia panggil sebagai seorang ibu. Tapi pertanyaannya adalah, apakah wanita itu mau menjadi ibunya atau tidak.
Steven pun merasa sangat bingung dan dia sedang berada didalam sebuah dilema. Dilema yang membuatnya tidak bisa berpikir apa-apa lagi.
"Papa tidak bisa berjanji sama kamu. Tapi, kalau Tante Meisya mau menjadi ibu kamu dan menolak papa. Jadi, bagaimana Ray?" Tanya Steven sambil menatap kearah putranya.
Rayyan pun terdiam sejenak dan dia pun memiliki sebuah ide, ide untuk mendekatkan ayahnya dengan Meisya.
Rayyan pun tersenyum dan dia pun melihat kearah ayahnya.
Rayyan benar-benar bukan seperti anak-anak berumur empat tahun tapi dia terlihat seperti anak berumur 10 tahun dan dia sama seperti Abian. Baik tingkah bahkan semuanya sangatlah sama.
Steven menatap wajah putranya yang sedang tersenyum misterius lalu, Steven pun langsung menepuk pelan bahu putranya.
"Hai Ray, kamu sedang memikirkan apa? Sampai-sampai kamu bisa tersenyum sendiri.
Rayyan pun menatap kearah ayahnya dan langsung tertawa gembira.
"Papa! Aku memiliki sebuah ide,ya ide yang bagus!" Ucap Rayyan yang kini, sedang tertawa sangatlah keras.
Steven mengerenyitkan dahinya dan bertanya, "Apa itu?"
Rayyan pun mendekati telinga ayahnya dan berbisik ditelinganya, "Papa, aku ingin satu sekolah dengan kak Abian. Jadi, besok papa. Bisa bertemu dengan Tante Meisya," ucap Rayyan sambil mengedipkan matanya.
Dia pun menjauhi telinga ayahnya dan menatapnya dengan tatapan memohon.
Sekali lagi, Steven pun mengerenyitkan dahinya dan berkata, "Sekolah? Kamu ingin sekolah umum? Bukankah kamu, tidak mau masuk sekolah umum?" Tanya Steven sambil menatap serius putranya.
Tapi, jauh didalam hatinya. Steven merasa sangat senang, karena putranya mau bergaul dengan dunia luar, karena sebelumnya. Dia tidak mau keluar dari rumah dengan alasan, dia merasa sangat malu karena dirinya tidak memiliki ibu dan dirinya merasa berbeda dengan yang lainnya.
Rayyan terus menatap wajah ayahnya dengan tatapan memohon. Dia benar-benar ingin bertemu dengan Meisya dan juga Abian. Dia ingin jika Meisya dan Abian harus menjadi bagian dari keluarganya.
Steven melirik kearah putranya yang untuk pertama kalinya, dia memohon seperti itu dan melihat itu semua, Steven merasa sangat tersentuh dan juga dia merasa sangat tidak tega sama sekali.
"Hhmppthh … baiklah! Kamu boleh masuk sekolah, tapi ada syaratnya!" Ucap Steven dengan serius.
Mendengar itu, Rayyan merasa sangat bahagia. Dia merasa sangat bahagia karena ayahnya mengizinkannya untuk sekolah di sekolah yang kini Abian juga belajar disana.
Dengan suasana hati yang luar biasa bahagia, Rayyan pun terus tersenyum dan menganggukkan kepalanya, dia akan menyetujui apapun syarat yang diberikan ayahnya, asalkan dirinya bisa bertemu lagi dengan Meisya dan juga Abian.
"Hehehe … papa! Apa syarat yang papa berikan? Ayo pa, cepat katakan?" Ucap Rayyan, dia merasa sudah tidak sabar lagi, untuk mengetahui syarat apa yang ayahnya berikan kepadanya.
Steven pun langsung tertawa saat melihat ekspresi wajah putranya yang begitu antusias dan juga penuh dengan semangat.
"Syaratnya adalah, kamu harus menjadi anak-anak seperti biasanya, jangan mengatakan ke semua orang jika kamu adalah putra dari Steven Zuriel yang tampan dan kaya ini, bagaimana? Apakah kamu sanggup Ray? Apakah kamu sanggup, menjadi putra dari pria biasa-biasa saja?" Tanya Steven sambil mengangkat tubuh kecil putranya dan dia pun menggendong tubuh Rayyan.
Rayyan tidak merasa keberatan sama sekali, asalkan dia bisa dekat dengan Meisya dan juga Abian, apapun syaratnya. Dia pasti akan melakukannya.
"Baik! Aku setuju dengan persyaratan papa, tapi …," Rayyan menghentikan ucapannya dan dia tersenyum misterius kearah ayahnya.
Steven merasakan, jika ada sinyal buruk yang terpancar dari senyuman aneh putranya.
"Tapi apa Ray?" Tanya Steven.
Rayyan pun mendekati telinga ayahnya dan berbisik, "Tapi, papa juga harus menemui Tante Meisya sebagai papa aku yang sederhana, bagaimana?" Tanya Rayyan, dia pun menjauhkan wajahnya dari telinga ayahnya.
Steven pun langsung tertawa dengan keras dan dia pun langsung menganggukkan kepalanya.
"Oke! Papa setuju, papa akan menjadi ayah kamu yang biasa dan juga ayah yang normal. Tapi, semua kepintaran kamu ini. Jangan kamu tunjukkan didepan semua orang. Jadilah anak yang polos dan bertingkah lah seperti anak seumuran kamu, kamu mengerti kan!" Ucap Steven sambil mencubit hidung putranya.
Rayyan pun mengangguk setuju, karena dia memang bersikap seperti itu didepan Meisya. Agar dia bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang dia inginkan.
"Baik pa! Aku akan bertingkah sangat manis dan sesuai dengan apa yang papa inginkan, hehehehe … jadi, kita sekarang sepakat kan pa!" Ucap Rayyan sambil menjulurkan kelingkingnya kearah Steven.
Steven pun tertawa dan dia pun memberikan kelingkingnya dan mengikatnya dengan jari kelingking Rayyan yang sangat kecil.
"Baiklah! Kita sepakat," jawab Steven sambil tertawa.
Keduanya pun tertawa bersama dan Steven membawa tubuh kecil putranya untuk masuk ke dalam rumah.
Setelah masuk ke dalam rumah, Steven pun membawa masuk putranya ke dalam kamarnya dan menyuruh pengasuhnya yaitu kakek Er, untuk mengurusinya.
Setelah mengantar putranya masuk ke dalam kamar.
Steven pun kembali ke dalam kamarnya dan dia pun duduk di sofa sambil menutup matanya.
Steven merasa sangat lelah, karena dia baru saja kembali dan belum istirahat sama sekali.
Namun, saat Steven memejamkan matanya. Tiba-tiba, bayangan lima tahun yang lalu pun mulai datang kembali.