Pertanyaan yang terlontar dari mulut kecilnya membungkam Selly, ia tidak bisa mengatakan apapun pada si kecil tampan yang dipeluknya. Kalimat apa yang harus ia jelaskan pada Ardham agar dirinya mengerti dan memahami. Ini sudah masalah dewasa, dan anak kecil seusia Ardham mempertanyakan.
Selly pun ikut meneteskan air mata, pertanyaan yang Ardham lontarkan adalah bentuk tuntutan kasih sayang terhadap dirinya juga keluarga kecilnya.
Bagaimana selama ini Olla sering mengabaikan Ardham, ia selalu mementingkan dirinya sendiri. Tanpa melihat malaikat kecilnya dulu sudah mulai tumbuh remaja.
''Sudah ya, Ardham tidak usah memikirkan itu. Itu urusan orang dewasa jadi Ardham tidak boleh tau, karena masih kecil. Sekarang bobok ya, mba Selly temani.''
Tanpa mengatakan apapun lagi ia pun membenamkan dirinya kedalam selimut, Selly pun ikut berbaring disebelah dan memeluknya.
Sementara ditempat lain Hendra sedari tadi masih terduduk diruang kerja di apartemennya. Tempat inilah yang menjadi pelariannya kala bertengkar dengan Olla. Tempat ini yang dulunya ia tempati sebelum menikah, namun setelah menikah ia pindah kerumah yang lebih besar dan mewah.
Namun siapa sangka, pernikahannya selama ini menjadikannya tidak bisa tenang dan bahagia dirumah mewahnya itu. Bahkan ia sudah memiliki malaikat kecil pun tidak merubah keadaan untuk tidak bertengkar dengan Olla.
Olla yang selalu merasa benar dan tersakiti karena menikah dengannya yang katanya tidak pernah ia cintai sedikitpun. Selalu mengiris-iris hatinya, Hendra yang mencoba mencintai Olla dulu pun sia-sia. Saat cinta mulai tumbuh dan bersarang dihati Hendra, tapi sikap Olla semakin dingin padanya.
Bahkan yang kabarnya ia mulai dekat dengan mantannya Alan pun sudah terdengar ditelinga Hendra. Namun Hendra masih tutup mata, ia belum melihat dan membuktikannya sendiri.
Perjodohan yang dulu ia juga menolaknya karena tidak ada cinta apapun, namun terbantahkan yang katanya suatu saat setelah menikah akan tumbuh cinta dengan sendiri seiring berjalannya waktu, namun itu tidak bagi Hendra. Yang katanya cinta akan tumbuh karena terbiasa itu tidak ada pada kamus hendra, itu hanya kata kiasan yang tidak mengubah hidupnya.
Hendra pun tau dan menyadari akan cintanya Olla pada dirinya itu memang tidak ada. Dia hanya menuruti orang tuanya dulu untuk menikahinya, begitu juga dirinya dulu yang menolak Olla sebagai istrinya. Namun seiring berjalannya waktu cinta memang tumbuh buat dirinya, namun tidak bagi Olla. Yang Hendra rasakan Olla semakin dingin setiap hari, ia hanya menjalankan kewajibannya sebagai istri tanpa ada cinta untuknya.
Hendra pun semakin menyadari bahwa kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk bisa mencintai kita. Cinta tumbuh dalam hati manusia itu sebab kerana tuhan yang mentakdirkan, bukan karena keterpaksaan atau kebiasaan.
Buktinya Olla yang sudah 9 tahun bersamanya, namun hatinya masih untuk Alan. Ia memang terbiasa dengan Hendra, namun hatinya sudah nyaman dengan Alan. Kita memang tidak pernah tau akan menjatuhkan hati kita pada siapa, karena kita tidak bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta.
***
Pagi-pagi Hendra pun sudah bersiap untuk pulang kerumah, sekalian mengenakan pakaian kerja. Ia ingin pulang dan bicara dengan Ardham, putra satu-satunya yang selama ini jarang ia perhatikan akibat masalahnya dengan Olla yang selalu menguras pikiran.
Dirumah Ardham pun bersiap dengan pakaian sekolahnya, ia pun keluar dari kamarnya dan menuruni tangga untuk serapan.
Ia melihat sudah ada Daddy nya disana, namun ia tidak melihat Maminya.
''Selamat lagi jagoan Daddy,'' sapa Hendra pada putranya.
''Pagi Daddy,'' jawab Ardham datar.
''Duduk sini nak, samping Daddy,'' sambil menepuk kursi disampingnya.
''Ardham duduk sini aja Dad!,''
''Oke, terserah Ardham,'' ucapnya dengan senyum mengembang dibibirnya.
''Daddy baru pulang ya?''
''Enggak, Daddy tadi malam pulang tapi Ardham sudah bobok deh kayaknya.''
''Ouhh ... ''
''Ardham, Daddy mau bicara boleh?''
''Bicara aja, Daddy!'' jawabnya datar.
''Sambil makan ya, biar tidak terlambat sekolah.''
''Mba Selly tolong ambilkan makanannya Ardham,'' pinta Hendra.
Selly yang sedari tadi berkutat di dapur pun bergegas kemeja makan buat mengambilkan makanan si tuan muda.
''Iya, tuan!''
''Selly, nanti saya mau bicara sebentar sama kamu.''
''Baik tuan,'' sambil mengambilkan nasi goreng di piring Ardham.
''Ini sayang, Ardham serapan dulu ya. Mba Selly mau lanjut cuci piring,'' ucap Selly yang menyodorkan nasi goreng didepan Ardham.
''Makasih mba Selly!''
Hendra pun tersenyum melihat hubungan baik putarnya dengan baby sister nya dulu. Semenjak Ardham berusia 5 tahun, Selly merangkap sebagai asisten rumah tangga di rumah Hendra.
Itu semua permintaan Ardham, yang tidak membolehkan mba Selly pergi dari rumahnya. Karena Ardham sudah besar dan tidak butuh pengasuh lagi, akhirnya Selly beralih pekerjaan.
''Ardham, maafin Daddy ya nak! Kalau Daddy sering berantem terus Mami, kita tidak pernah memperhatikan Ardham. Tapi percayalah nak, kita sayang sekali sama Ardham.''
Ardham pun belum menyahuti pembicaraan Daddy nya, ia masih sibuk menyendok nasi goreng kedalam mulutnya.
''Ardham dengar Daddy, nak!''
''Kenapa Daddy sama Mami berantem terus, tidak kaya orang tua teman Ardham yang selalu bersama dan bahagia. Pas Ardham ke taman sama mba Selly, semua anak-anak main ditemani sama orang tua mereka. Tapi Ardham sendiri yang ditemani mba Selly. Tidak ada orang tua mereka yang berantem, soalnya Ardham tanya pada Riko. Kata Riko orang tua Riko tidak pernah berantem, terus kenapa Daddy sama Mami berantem terus.''
Pertanyaan yang meluncur dari bibir putranya bak hantaman batu besar di dadanya, mendadak sesak dan sulit untuk bernafas. Bagaimana tidak, perkataan yang dilontarkan Ardham semuanya benar, tidak ada yang salah ucapan yang keluar dari mulut kecil itu.
''You Will know later, baby!'' Ucapnya sambil berdiri dan berjalan untuk memeluk putranya. Ia mengecup keningnya dan menenggelamkan kepala putranya dalam pelukannya.
Olla yang baru saja turun dari kamarnya melihat anak dan suaminya berpelukan pun segera menghampirinya.
''What happen, sayang?'' ucapnya yang tiba-tiba datang dan langsung duduk disamping putranya dan merangkul bahunya. Seolah tidak terjadi apa-apa semalam. Padahal masih terekam jelas di pikiran Ardham Tetang kejadian-kejadian semalam.
Ardham yang merasa jengkel pada Maminya pun menepis tangannya yang ada dipundaknya.
''Ardham sudah selesai makan, Ardham mau berangkat,'' ucapnya berlalu pergi begitu saja, tanpa menghiraukan maminya yang berekspresi kaget karena tingkah putranya.
''Ini pasti kena hasutan mu mas untuk membenci saya.''
''Kenapa kamu selalu menyalahkan aku, kau tidak lihat dirimu sendiri bagaimana menjadi seorang ibu untuk anakmu.''
''Kenapa kau balik menyalahkan ku?''
''Sudahlah saya capek, saya mau kerja.''
Berlalu pergi meninggalkan istrinya yang masih terpaku melihatnya.
Ardham yang baru saja melangkah pergi sudah mendengar keributan orang tuanya lagi. Ia pun menutup telinganya dan berlari pergi menuju mobil. Didalam mobil Ardham pun melihat mobil Daddynya sudah keluar.
''Kenapa den lari-lari?'' Tanya si sopir.
''Tidak pak Jaka, Ardham buru-buru saja. Ayo jalan!''
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang selalu padat pengendara di jam segini. Dimana orang semua pada berangkat pada aktivitas masing-masing.
Dikantor Hendra pun duduk dikursi kebesarannya dengan memijit keningnya yang sedikit pening.
''Permisi pak, apa saya mengganggu?''
''Tidak Stef, ada apa, silahkan duduk!''
''Besok ada jadwal pemberangkatan keluar kota, semua sudah saya siapkan. Apa bapak siap pergi besok, biar saya urus tiketnya.''
''Astaga, saya hampir lupa stef!'' Sambil menepuk jidatnya dan menyandarkan kepalanya.
''Itulah, makanya hari ini saya mengingatkan bapak. Takutnya seperti sebelum-sebelumnya bapak lupa, dan akhirnya buru-buru,'' Ucapnya sambil tersenyum.
''Oke, kamu urus semua besok saya siap berangkat.''
''Baik pak, kalau begitu saya permisi!''
Stefani yang sudah lama menyukai bosnya itu ada getar tersendiri saat memasuki ruangannya. Hendra yang masih mudah baru memiliki anak satu memiliki daya tarik tersendiri Dimata kaum wanita. Terutama karyawan perempuan dikantornya yang tergila-gila sama hot Daddy alias bos nya sendiri. Walau tau sudah beristri dan memiliki anak, tidak menyurutkan para wanita untuk mencari perhatian sang bos.