Keesokan harinya. Livy sudah selesai mandi, tapi masih juga menguap. Mengantuk sekali, karena semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pagi tadi pun, ia bangun terlambat untuk pergi sarapan. Karena memang baru tidur beberapa jam saja. Untunglah, orang rumah mengerti dan tidak ada yang membangunkan. Atau mungkin, sebenarnya ada yang membangunkan. Tapi ia saja yang sulit untuk bangun. Livy pun kini melirik ke arah jam yang menempel pada dinding kamar. Sudah hampir pukul dua siang. Ia hanya tinggal pergi ke bawah dan menunggu Samuel untuk datang menjemputnya. Livy bertolak dari dalam kamar dan pergi ke lantai bawah. Ia akan menunggu di sana saja. Jadi tinggal berangkat saja nanti. Livy mendaratkan bagian belakang tubuhnya di atas sofa. Ia juga menopang kepalanya dengan siku tangan yang