"Hey," panggil Samuel kepada Livy yang sedang menyuap makanan ke dalam mulut. Livy melirik dan terdiam sambil menatap Samuel, ingin menyahut juga sulit, karena mulut yang sedang penuh dengan makanan. "Em, bagaimana kalau pindah saja??" sambung Samuel dan seketika membuat kerutan pada dahi Livy menyembul. Ia percepat kunyahannya, lalu ia bantu dengan dorongan segelas air juga. Menyeka bibirnya baru menimpali perkataan Samuel. "Pindah??" ulang Livy dengan raut wajah yang sudah mulai terlihat tidak suka. Karena setiap pembicaraan mereka, pasti arahnya selalu berujung dengan mengatur dan ikut campur. "Iya. Pindah. Kamu bisa mencari guru kelas dansa yang lain. Yang lebih profesional. Lebih berbakat dan bersertifikat." "Di sana semua gurunya bersertifikat kok. Mereka juga bisa dan berbakat.