Chapter Four

1059 Kata
Khatrine sedikit lega setelah selesai menutupi mata bengkaknya dengan make up, ia pun segera keluar kamar untuk menghampiri Thomas yang sudah menunggunya di ruang makan. "Hai. Maaf jika aku lama," Thomas mengerdikan bahu. "Sudah biasa," Ia kemudian menatap wajah Khatrine lekat. "Matamu kenapa?" Khatrine gelagapan dan segera mengalihkan pandangannya karena tak berani menatap mata Thomas. Astaga! Ia sudah berusaha menutupi bengkak dimatanya dengan make up, tapi kenapa Thomas masih tetap tahu? "Tidak apa-apa, Thom. Ayo kita sarapan. Aku sudah lapar." Khatrine langsung menyantap omlet yang ada di depannya. Dari rasanya, Khatrine tahu jika ini pasti buatan Thomas--sebab pria itu sering membuatkan Khatrine sarapan. "Kau habis menangis 'kan?" Tanya Thomas, yang jelas saja membuat Khatrine langsung tersedak. Thomas berdecak lalu memberikan segelas air pada Khatrine. "Pelan-pelan saja makannya. Aku juga tidak akan mengambilnya." "Aku tidak menangis!" Bantah Khatrine setelah menelan air dimulutnya. "Ini hanya karena kurang tidur." "Kau tidak bisa bohong padaku, Khat. Kau tipe orang yang langsung tertidur jika menyentuh bantal, jadi tidak mungkin kalau kau kurang tidur." Ucap Thomas sambil melipat kedua tangannya diatas meja. Khatrine menghela nafas. Rasanya percuma saja ia mengelak, karena Thomas pasti akan gencar menyuruh Khatrine mengatakan yang sebenarnya. "Iya! Aku memang habis menangis." "Kenapa?" Khatrine menunduk, memainkan sendoknya. "Aku merindukan kedua orangtuaku." Ucapnya lirih. Bukan sepenuhnya berbohong, karena Khatrine memang merindukan kedua orang tuanya, rasanya sudah lama ia tidak berkunjung. Sebuah usapan Khatrine rasakan dikepalanya, dengan otomatis kepalanya mendongak, menatap Thomas yang saat ini menatapnya dengan senyum manis. "Pulang nanti, apa kau ingin mengunjungi orang tuamu?" Tanya Thomas lembut. Tangannya menghapus airmata Khatrine--yang tak ia sadari telah mengalir. Khatrine mengangguk. "Kau tidak keberatan?" "Tentu tidak. Aku tidak keberatan sama sekali." "Terima kasih," Thomas tersenyum tipis. "Iya. Sudah jangan menangis lagi. Kau terlihat jelek jika menangis." Khatrine berdecih. Lalu melanjutkan sarapannya. Sementara Thomas masih setia terkekeh. *** Hampir satu jam berada di perjalanan bersama Thomas, Khatrine akhirnya tahu kemana pria itu mengajaknya pergi. Khatrine benar-benar tidak menyangka jika Thomas akan mengajaknya kesini. Yaitu, tempat terakhir kali ia merayakan ulang tahun ke-18 bersama kedua orang tuanya--sebelum kecelakaan itu merenggut kedua orang tuanya. Sebenarnya Khatrine tidak ingin kesini lagi, karena tiap kali kesini, ia pasti akan mengingat kenangan buruk itu. Kenangan dimana ia melihat kedua orang tuanya meninggal. Ia sudah berjanji jika ia tidak akan pernah menginjakkan kakinya kemari lagi. Tapi kenapa Thomas malah mengajaknya kesini? "Thom...kenapa kau mengajakku kesini?" Tanya Khatrine pelan. Ia mengerjap untuk menahan air matanya. Thomas mendekat, berdiri di depan Khatrine sehingga menutup pandangan Khatrine ke lautan lepas. Ia meletakkan kedua tangannya dipundak wanita itu. "Jangan membohongi dirimu lagi, Khat. Aku tahu, kau merindukan tempat ini." Satu tetes air mata mengalir di pipi Khatrine. Wanita itu menatap Thomas dengan tatapan campur aduk. Ia pun mulai terisak pelan. Dan Thomas langsung menarik kepala Khatrine agar bersandar di dadanya. "Selama ini aku tidak ingin ke tempat ini karena aku takut, Thom." Isaknya. "Orang tuaku meninggal karena aku memaksa untuk kesini waktu itu. Dan aku menyesal," Khatrine menggenggam erat baju bagian depan Thomas. "Andai aku tidak memaksa mereka untuk kesini, semuanya pasti tidak seperti ini. Aku juga tidak akan sendirian." "Semuanya bukan salahmu, Khat. Berhenti menyalahkan dirimu." Ucap Thomas sambil mengusap rambut Khatrine pelan, membiarkan wanita itu menumpahkan segala kesedihannya. "Lagi pula kau tidak sendiri, aku akan selalu ada untukmu kapan pun. Jadi jangan pernah berpikir seperti itu." "Tapi waktu itu kau meninggalkanku." Khatrine kembali mengungkit saat dimana Thomas menjauhinya karena berhubungan dengan Raveno. "Untuk itu aku minta maaf. Aku sebenarnya tidak benar-benar meninggalkanmu, kadang diam-diam aku menyuruh Bertha untuk mengabari semua yang kau lakukan." "Bohong." "Kau bisa tanya Bertha jika tidak percaya." Khatrine perlahan mengurai pelukan, menatap Thomas dengan sedikit sesenggukan yang tersisa. "Kenapa kau melakukan itu?" "Karena kau sahabatmu." "Hanya itu?" "Iya." Khatrine mengangguk pelan. "Terima kasih." "Tidak masalah. Sudah merasa lebih baik?" "Lumayan," "Sekarang, apa kau siap untuk berpetualang bersamaku?" "Kemana?" Tanya Khatrine dengan suara serak. "Kau masih ingat 'kan dengan pulau yang disana?" Thomas menunjuk sebuah pulau di depan sana. "Tentu saja aku ingat!" "Nah, aku akan mengajakmu kesana." "Untuk ap--tunggu! Apa kita akan menaiki banana boat?!" Tanya Khatrine girang. Thomas tersenyum. "Menurutmu bagaimana?" Khatrine langsung bersorak heboh. Ia segera menarik Thomas menuju kapal yang akan membawa mereka ketengah pulau. *** 20 menit duduk diatas boat yang akan membawanya ke tengah pulau, Khatrine tak berhenti tersenyum. Ia sangat menikmati detik-detik ketika boat melaju. Ia menghirup nafas dengan mata terpejam. Astaga! Sudah lama sekali ia tak merasa sebebas ini. Mungkin sekitar satu tahun belakangan? Entahlah, Khatrine bahkan tak terlalu mengingatnya. "Kau senang?" Khatrine membuka matanya, menatap Thomas yang duduk disebelahnya. Ia meletakan rambutnya dibelakang telinga, baru kemudian mengangguk. "Iya. Aku sangat senang. Terima kasih sudah membawaku kemari, Thom." Ia melebarkan senyuman. Thomas ikut tersenyum. "Sama-sama, Khaty." "Berhenti memanggilku seperti itu! Aku bukan kucing!" Thomas terkekeh geli. Tak berapa lama boat yang mereka tumpangi sampai dipulau. Khatrine turun dari boat dibantu oleh Thomas. Wanita itu menggigit bibir bawahnya untuk mencegahnya berteriak--karena saking senangnya dia. "Thom! Ayo!" "Kau benar-benar tidak sabaran, ya." Ucap Thomas sambil mengikuti langkah Khatrine. Sementara Khatrine tidak peduli pada apa yang diucapkan Thomas. Wanita itu langsung menuju ke arena banana boat. Dan selagi Thomas berbicara dengan pemilik banana boat, Khatrine memilih untuk memakai pelampung. Sekarang Khatrine tahu, alasan Thomas menyuruhnya untuk memakai celana pendek dan juga baju kaos biasa. Ternyata pria itu sudah merencanakan ini semua, untungnya Khatrine menuruti ucapan Thomas itu. Ia tidak bisa membayangkan jika ia kepantai menggunakan gaun. Ugh! Pasti merepotkan sekali. "Sudah siap?" Tanya Thomas yang ternyata sudah siap dengan pelampungnya. Pria itu bahkan sudah melepaskan bajunya, menyisakan celana pendek selututnya. "Siap!" Jawab Khatrine semangat. Thomas terkekeh. Ia mengerdikan bahunya ke arah banana boat yang sudah disiapkan untuk mereka berdua. "Ayo." Khatrine mengangguk. Ia berjalan lebih dulu, menaiki banana boat dan duduk di atasnya. Ia menggenggam pegangan banana boat sambil menoleh kebelakang. "Thom, aku benar-benar tidak sabar!" Teriak Khatrine. "Aku juga!" "Kalian siap?" Pengemudi boat bertanya pada Khatrine dan Thomas. Kedua orang itu mengangguk. Perlahan banana boat mulai ditarik. Awalnya mungkin terlihat pelan, tapi lama-kelamaan banana boat itu mulai melaju kencang. Khatrine berteriak kencang hingga tenggorokannya terasa sakit, tapi anehnya ia merasa baik-baik saja. Ia bahkan semakin bersemangat berteriak, hingga tak lama teriakannya hilang ketika pengemudi boat membalikan banana boat, membuat Thomas dan Khatrine terjatuh ke air. "Kalian baik-baik saja?" Tanya pengemudi boat tadi. Thomas menaikan jempolnya, mengatakan jika semuanya baik-baik saja. Ia kemudian mendekati Khatrine, membantu wanita itu yang tengah terbatuk-batuk karena tak sengaja menelan air laut--tapi senyum tetap menghiasi wajahnya. "Kau baik-baik saja 'kan?" Khatrine mengangguk meski ia masih sedikit terbatuk. "Iya. Aku baik-baik saja." "Mau menaikinya lagi?" Sontak saja Khatrine langsung mengangguk semangat. Membuat Thomas hanya bisa pasrah menuruti kemauan wanita itu. And yeah! Terima kasih untuk Thomas, karena berkat pria itu, Khatrine bisa sedikit melupakan kesedihannya semalam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN