LYU-6

1229 Kata
Setelah masa orientasi selesai kami semua masuk kuliah seperti biasa setelah pembagian dosen wali sampai kami lulus. Fajar sendiri sudah mulai jarang terlihat di kampus kecuali untuk Bu Retno ataupun teman-teman BEM dan antar jemput Indira, sampai detik ini Indira tidak menjawab pernyataan Fajar karena memang tidak membutuhkan jawaban. Fajar sendiri sering berbicara dengan Aris setiap kerumah dan mengenai psycho camp Indira berhasil lolos dengan bantuan Fajar yang berbicara langsung pada Wahyu. Kedekatan kami menjadi pembicaraan seluruh fakultas membuat Indira tidak tahu harus menjawab apa karena pada dasarnya Indira sendiri tidak tahu bagaimana perasaanku. "Dira, Mas Romi itu gimana orangnya?" tanya Mala membuyarkan lamunannya. "Baik" jawab Indira singkat membuat Mala mencibir mendengar jawabannya. "Makan siang dimana nanti?" tanya Lia menatap kami dan kami semua tidak tahu harus makan dimana. Semester awal kami tidak bisa mengambil mata kuliah seenaknya karena sudah dibuat paket, jadi masuknya masih seperti anak sekolah pada umumnya. Mengenai makan siang kami masih makan di kantin fakultas belum mencoba di fakultas lain karena tidak berani dan ketika Lia bertanya kami sendiri bingung menjawab apa. "Dira" panggil seseorang membuat Indira langsung menatap sumber suara di mana ada Romi dan Wahyu "makan siang barengan yuk kita mau ke kantin fakultas fisip, mau?" ajak Romi. Indira menatap teman lain yang langsung mengangguk membuatnya hanya bisa pasrah mengangguk, mereka berjalan menuju kantin Fisip tapi selama perjalanan Mala terlihat asyik dengan Romi sedangkan Indira sendiri berjalan bersama Wahyu dan Lia. Setelah sampai kantin mereka langsung memesan makanan bergantian karena kondisi yang ramai. "Apa kabar Mas Fajar?" tanya Wahyu yang tiba-tiba ada disebelah Indira setelah memesan makanan. "Baik" jawab Indira singkat. "Masih hubungan?" Indira menatap bingung namun hanya bisa mengangguk "jarang juga dia kesini kalau gak hubungan sama Bu Retno" Indira mengangguk membenarkan perkataan Wahyu. "Dir, gimana kamu sama Mas Fajar?" tanya Mas Romi yang duduk di depannya. "Gimana apanya?" tanya Indira bingung menatap Romi namun Indira hanya diam karena tidak tahu harus menjawab apa. "Tanya langsung sama Mas Fajar jangan sama Dira" ucap Wahyu membuat kami semua diam dan sibuk dengan makanan. Makan siang di kantin fisip memberikan kesan tersendiri pada Mala dan Romi dimana setelah itu mereka berdua mengirimkan Indira pesan menanyakan bagaimana sifat satu dengan yang lain, sampai Indira tidak sadar akan kehadiran Fajar yang bermain kerumah setiap ada waktu. "Kenapa?" menatap Indira dengan tanda tanya karena dari tadi Indira tersenyum membalas pesan mereka berdua. "Gak ini Mala sama Mas Romi bisa gitu barengan mengungkapkan perasaannya ke aku" jawab Indira tanpa menatap Fajar. "Maksudnya?" tanya Fajar bingung. "Mala suka sama Mas Romi begitu juga sebaliknya dan mereka curhat ke aku bisa gitu barengan" Indira menatap Fajar dengan tersenyum. "Kamu gak papa?" Indira menatap Fajar bingung "Romi kan kakak kelas kamu di SMA dan idola pula, apalagi kamu juga suka sama dia" Indira membelalakkan mata menatap Fajar atas pernyataannya. Setelah pertemuan di gazebo itu Fajar meminta Indira untuk menceritakan semuanya tanpa ditutupi dengan alibi status mereka yang pacaran dan Indira berkali-kali meyakinkan jika rasa suka sama Romi lebih ke suka sebagai seorang kakak, masalah Erry Indira menolak untuk bercerita karena memang tidak terlalu penting. "Gak masalah lagian mereka cocok Mala cantik, baik, lembut cocoklah sama Mas Romi. Aku yakin mereka jodoh" Indira tersenyum menatap Fajar. "Terus kamu?" Fajar menatap lembut membuat Indira salah tingkah. "Terus ya aku kuliah sampai selesai, kak. Oh ya Kakak kapan ikut wisuda?" Indira mencoba mengalihkan pembicaraan. "Bulan depan datang ya" Indira hanya bisa mengangguk. **** Kuliah akan segera dimulai namun Mala belum masuk kedalam kelas sebenarnya Indira tahu keberadaannya namun tidak akan memberitahu jika bukan dari dia pribadi dan ini bukan ranah Indira untuk menjawab. Tidak lama kemudian Mala datang langsung memeluk Indira membuat yang lain menatap mereka dengan tanda tanya ketika melepaskan pelukan Mala duduk dibawah Indira dengan tatapan bahagia membuat yang lain tidak melepaskan tatapan kearah mereka berdua. "Makasih ya gue resmi pacaran sama Mas Romi" belum sempat Indira menjawab Mala mendapatkan ucapan selamat dari teman-teman "akhirnya gue gak jomblo lagi" ucap Mala dengan wajah bahagia membuat Indira hanya bisa tersenyum Lia Mas Romi nembak dia? kamu bantuin? bukannya kamu bantuin buat aku? kalau begitu buat Mas Fajar dekat denganku secara kamu kenal mereka semua, masa begitu saja tidak bisa. Indira menatap pesan Lia dan bingung harus membalas apa pasalnya hubungan Indira dengan Fajar bukan senior junior tapi mereka adalah sepasang kekasih yang orang lain tidak tahu kecuali anak BEM dan Ryan. Lia Lo mau kan bantu gue buat dekat sama Mas Fajar?. Indira menghembuskan nafas beruntung mata kuliah dimulai membuatnya tidak harus membalas pesan Lia, setelah selesai mata kuliah ini Indira segera turun kebawah untuk pulang tanpa berpamitan dengan yang lain. Tapi langkahnya terhenti karena Wahyu memanggil untuk menyampaikan pesan pada Fajar mengenai jadwal yang Indira tidak tahu apa tapi hanya bisa mengangguk agar bisa cepat pulang. "Indira" langkahnya terhenti mendengar ada yang memanggil dirinya dimana Shinta mengikuti langkah Indira "lo bilang apa sama Lia?" Indira menatap Shinta bingung "Lia bilang lo janjiin dia buat jadian sama Mas Romi dan malah lo nikung dia dengan support Mala?" Indira masih menatap Shinta bingung "terus lo juga bilang gak jadian sama Mas Fajar gara-gara gue suka sama Mas Fajar. Kapan gue bilang klo gue suka sama Mas Fajar?" tanya Shinta lagi dan Indira masih mencerna perkataan Shinta "lo jangan suka balikin fakta dech, Dir. Jangan mentang-mentang banyak senior dekat sama lo jadinya lo kaya gini. Gak nyangka gue kalau lo seperti ini" tambah Shinta. "Terserah lo percaya siapa" ucap Indira dengan malas meladeni lalu pergi ninggalin Shinta. "Dir" panggil Ryan pas mereka berpapasan dan Indira hanya tersenyum simpul tidak berbicara pada Ryan. Indira langsung pulang kerumah dan kebetulan rumah lagi kosong hanya ada bibi, Indira langsung masuk ke kamar mencoba mencerna perkataan Shinta yang menuduhnya seperti tadi. Beberapa pesan masuk tidak di hiraukan karena Indira masih tidak menyangka jika Lia dan Shinta bisa menuduh seperti tadi. Suara ketukan pintu membuatnya mau tidak mau membuka pintu karena pasti orang rumah mengkhawatirkan kondisi dirinya. "Ada Mas Fajar di depan" Indira menatap jam dimana masih sore berarti belum waktunya Fajar pulang dari RSJ. "Papa sama mama kemana?" tanya Indira sambil melihat sekitar karena rumah tampak sepi. "Lupa ya? ibu sama bapak ke rumah Mbak Tina soalnya Mas Bagas sakit jadi disana bantuin" Indira mengangguk setelah mengingat semua "udah buruan keluar kasian Mas Fajar" Indira melangkah ke ruang tamu dan melihat Fajar lagi asyik dengan bacaannya namun Indira mengambil duduk agak jauh darinya. Fajar langsung menghentikan bacaannya ketika merasakan gerakan di kursi dan langsung menatapny lama membuat dirinya tidak nyaman. "Kenapa natapnya gitu?" tanya Indira memberanikan diri setelah menetralkan debaran di jantung. "Kamu gak lagi ada masalah kan?" Fajar menatap dirinya dalam. "Mentang-mentang orang psikologi setiap gerak-gerik selalu ditebak" Fajar hanya tersenyum mendengar perkataannya. "Kenapa pesan kakak gak dibales?" tanya Fajar masih menatap dirinya intens. "Capek terus tidur" Indira memberikan alasan masuk akal tanpa menatap wajah Fajar hal ini malah membuat Fajar masih menatap dirinya tajam "pusing kepala aku, kak?" Indira mencoba mencari alasan lain. "Apa gara-gara Romi jadian sama Mala?" selidik Fajar. "Kok tahu mereka jadian?" tanya Indira balik dengan terkejut "pasti dari Ryan" cibirnya membuat Fajar tersenyum. Indira menghembuskan nafas setelah mengingat perkataan Shinta "gak ada hubungan sama jadiannya Mas Romi dan Mala, Mas Romi udah aku anggap sebagai seorang kakak. Rasa sukaku dulu ke Mas Romi lebih seperti ngefans gitu aja tapi gak lebih. Aku malah senang melihat mereka jadian, bukannya dari awal aku sudah menjelaskan sama kakak?" ucap Indira mantap dan menatap mata Fajar. "Ya cuman khawatir saja kamu tadi tidak balas pesan dari Ryan makanya kakak hubungi kamu dan kamu juga gak bales" jelas Fajar dengan wajah khawatir. "Aku gak kenapa-kenapa, kak. Tenang aja" ucap Indira sambil memberikan senyuman terbaik membuat Fajar hanya bisa tersenyum pasrah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN