Defan Atau Fano

1087 Kata
Kinan baru saja selesai merapikan barang-barangnya di kamar yang akan ia tempati di apartemen milik Defan."Sudah selesai,”ucap Kinan lega sambil bertepuk tangan.Ia lalu memindai ke sekelilingnya dan tersenyum puas melihat tempat yang akan ia tempati mulai hari ini.   Khusus hari ini dia tidak ke kantor, Defan memberinya izin untuk merapikan barang-barang serta menyesuaikan dirinya dengan apartemen milik pria itu.Melirik ke arah jam di atas nakas,sudah menunjukan pukul dua siang,cukup lama juga ia mengatur barang-barangnya sejak ia sampai di apartemen itu pukul 10 pagi tadi.   "Aku ngapain lagi ya?"tanya Kinan pada dirinya sendiri.   Kinan memutuskan keluar dari kamarnya dan berniat berkeliling apartemen 2 lantai itu. Sebuah apartemen dengan 3 kamar tidur. 2 kamar di atas, dan 1 di bawah,serta ada sebuah ruang kerja di lantai atas. Selebihnya untuk lantai atas tak ada ruangan lain selain satu sudut sebelah kamarnya yang sepertinya di gunakan pria itu untuk bermain musik karena ada sebuah piano serta drum di sana,ada juga gitar di dekat meja televisi serta beberapa biola di dalam lemari kaca.   "Dia suka musik? "   Kinan mendekati piano dan duduk di kursi,perlahan jemarinya menyentuh tuts piano dan menekannya asal.Matanya terpejam seolah dia sangat pandai bermain piano itu,hingga tiba-tiba matanya terbuka saat seseorang menyentuh dan menghentikan pergerakan tangannya.   "Eh ... maaf,"lirih Kinan saat membuka mata dan menoleh ke samping di mana wajah Defan berada sambil satu tangannya menutup telinganya.   Defan tadi setelah mengantar Kinan dan menjelaskan sedikit tentang apartemen itu, pria itu pergi ke kantor karena ada meeting dengan beberapa manager di sana.   "A ... hmm ... maaf,saya tidak tahu jika anda sudah pulang.”   Defan menatap Kinan dengan datar,lalu mengisyaratkan Kinan agar bangkit dari duduknya.   "Iya Pak."   Setelah Kinan berdiri,Defan segera mengambil alih kursi piano itu,tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita cantik di depannya jemari Defan perlahan menyentuh tuts piano dan memainkan nada-nada dengan indah.   Kinan begitu menikmati dentingan piano yang di mainkan oleh Defan dengan mata terpejam.Dia tidak menyangka jika pria itu bisa memainkan piano seindah ini.Kinan membuka matanya saat dia tak lagi mendengar suara piano di depannya.   "Sudah selesai lagunya? "   Defan tersenyum."Kamu tahu apa judul lagunya?"tanya Defan dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Kinan.   Defan tetap tersenyum."Lagu tadi judulnya Clair de Lune,artinya cahaya bulan."   Kinan menganggukan kepalanya."Lagunya bagus."   Defanpun ikut mengangguk,"Kamu benar lagu itu bagus  dan itu lagu favoritku,cahaya bulan."Defan menatap dalam mata Kinan."cahaya bulan mengingatkanku pada seseorang yang terlihat sangat indah saat ia berada dalam pelukanku dengan mata terpejamnya."   Kinan menegakan tubuhnya saat mendengar alasan di balik Defan menyukai lagu itu.Bisa Defan lihat ekspresi gugup di wajah Kinan dan itu membuatnya semakin yakin.   "Mata yang terpejam dengan air mata yang mengalir dari tiap sudutnya,dan apa kamu tau?Bulir air mata yang keluar dari matanya malam itu,terlihat seperti berlian saat terkena cahaya bulan malam itu."   "Aku ... aku,maaf saya mau turun ke bawah."Kinan akan berbalik namun dengan cepat Defan mencegahnya dengan menahan tangannya.   "Kamu mau kemana?"   Kinan terlihat bingung sesaat hingga ia teringat sesuatu."Saya belum makan siang pak,saya mau buat makan siang."   Segera Kinan melepas tangan Defan dari pergelangan tangannya dan berlalu pergi dari hadapan pria itu.   "Mau sampai kapan kamu mengelaknya Kinan,akuilah kamu adalah Kinanku."   ...   Malam hari Defan baru keluar dari ruang kerjanya. Ia melihat jam di dinding menunjukan pukul 7 malam.Segera ia turun ke lantai bawah dan ia mencium sesuatu yang terasa harum dan menggiurkan. Langkah kakinya tanpa sadar menuju ke arah sumber harum itu.   "Cantik sekali,"gumam Defan saat melihat Kinan tengah berada di dapur,wanita itu memakai hotpants berbahan jins dan juga blouse off shoulder model sabrina berwarna pink yang memperlihatkan bahu indahnya,rambut panjangnya dicepol asal dan jelas memperlihatkan leher putih jenjangnya.Defan menarik nafasnya panjang,Kinan benar-benar mengujinya.Apa yang Kinan kenakan membuat Defan ingin meninggalkan jejak di sana.   "Snow cone chilly Get it free like Willy In the jeans like Billie You be poppin' like a wheelie."   Kinan terus menyanyi sementara tangannya tengah memegang spatula sambil sesekali menyentuhkan spatula di wajannya.   "Even in the sun,you know I keep it icy.You could take a lick but it's too cold to bite me."   Kinan hampir terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluk pinggangnya dan mengendus lehernya.   "Astaga,Pak Defan lepas,”protes Kinan.   "Kamu lanjutkan saja memasak dan bernyanyi!"ujar Defan tak peduli.   Kinan semakin risih dengan perlakuan bosnya,segera ia mematikan kompor dan memaksa berbalik menghadap Defan yang sialnya pria itu tetap tak melepaskan tangannya dari pinggangnya.   "Pak lepas atau tidak?"protes Kinan dengan nada marahnya."kalau Bapak tak melepasnya saya bisa melaporkan bapak dengan kasus pelecehan,”ujar Kinan yang semakin kesal.   Defan menghela nafasnya."Kinan apa kamu benar-benar tak mengingatku?"tanya Defan sendu,jujur ia tak tahan dengan perasaannya,dia yakin jika Kinan ini adalah Kinannya di masa lalu.   Kinan menatap mata Defan dalam,entah kenapa dia merasa melihat ada sebuah kerinduan yang teramat dalam di sana.   "Kinan,aku Fano,dan aku yakin kamu adalah Kinan, Kinan yang. "   "Cukup pak Defan."Kinan memejamkan matanya sesaat,lalu dengan sedikit kuat mendorong tubuh Defan agar menjauhinya."saya benar tak mengenal anda sebelumnya,"ucap Kinan sambil membuang mukanya.Kemudian kembali menoleh menatap Defan."maaf."Kinan berbalik sesat sebelum ia kembali menatap Defan.   "Makan malam anda segera siap, sebaiknya anda segera duduk,"ujar Kinan dingin.   Defan menghela nafasnya,sepertinya Kinan belum mau mengakuinya,entah ada apa dengannya tapi Defan yakin jika Kinan tidak amnesia.Kerena jelas sekali di mata Kinan jika dia menyembunyikan sesuatu terlebih beberapa kali Kinan mengetahui kebiasaannya,termasuk alergi udang.   Defan hanya bisa duduk menatap Kinan yang tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka.Defan tersenyum membayangkan jika adegan ini adalah adegan suami istri.   Kinan meletakan satu persatu hidangan yang telah ia siapkan,sedikit terlambat memang,itu karena tadi bosnya itu yang memintanya menunggunya menyelesaikan sedikit pekerjaannya untuk belanja kebutuhan bersama.   "Kenapa senyum-senyum sendiri Pak?"tanya Kinan heran.   Defan semakin melebarkan senyumnya."Ini seperti kita adalah pengantin baru.”   Meski pipi Kinan bersemu tapi Kinan tetap tak mau ikut membayangkan hal itu,ia menggelengkan kepalanya."Ada-ada saja, kalau bukan karena sudah terjebak kontrak saya juga tidak mau melakukan ini pak,kasihan kuku cantik saya."Kinan mencium bau tubuhnya sendiri.”dan saya jadi bau bawang,saya harus mandi lagi,”ucapnya kesal.   Defan tersenyum melihat polah Kinan,lalu menatap beberapa hidangan di meja makan,ada kare ayam,tempe goreng,juga sayur sawi."Kamu pinter masak sepertinya dari tampilannya si enak."   "Jelas enak lah,kalau mau,saya bisa tuh ikut master cheff,"ujar Kinan begitu percaya diri dan merasa bangga.   "Percaya,”ujar Defan.’karena Kinan memang pandai masak,dan ini akan semakin membuktikan dirimu sayang,aku bukan sekali dua kali memakan masakanmu,dan aku yakin sedikit paham rasa masakanmu,'imbuh Defan dalam hati.   "Cepat ambilkan!"titah Defan yang masih menumpukan kedua tangannya di atas meja.   "Kenapa tidak ambil sendiri,"gerutu Kinan.   "Tapi saya maunya di ambilkan. "   "Mau di suapi sekalian tidak?"tanya Kinan dengan nada semakin kesal.   "Ide bagus." . . myAmymy
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN