1. Menantu Tak Berguna Yang Dicampakkan

1639 Kata
“Kalau aku bisa membereskan masalah warisan keluargamu, bisakah aku menjadi suami yang sesungguhnya dan mendapatkan seluruh tubuhmu?” Pertanyaan itu mendapat sebuah ejekan dari perempuan yang mendengarnya. “Sudahlah, Zul! Aku merasa nyaman dengan pernikahan di atas kertas yang kita jalani. Masalah aku tidak bisa merebut kembali harta warisan orang tuaku, itu urusanku. Kamu hanya seorang pelayan yang tidak punya kekuatan untuk ikut campur!” Dengan mata yang berapi-api, pria dengan nama ‘Zul’ itu berucap penuh ketegasan. “Aku tidak bisa diam! Kau selalu menjadikan posisimu dalam keluarga sebagai alasan pernikahan palsu kita! Pernikahan kita ini sakral, Shina! Nantikan saja, aku akan mendapatkan kekuatan untuk mengembalikan milikmu! Dan saat itu terjadi, kau harus siap menjadi milikku!” ** Shina Adreyna Handoko, seorang yatim piatu yang akhirnya dirawat oleh sang om dan tante. Dia adalah pewaris resmi dari sebuah yayasan dan rumah sakit terbesar di Indonesia. Tapi ... karena dia ditinggalkan oleh kedua orang tua saat masih remaja, sehingga seluruh aset perusahaan jatuh ke tangan adik dari papanya tersebut. Shina tumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik. Dia mendapatkan pendidikan yang layak di universitas bergengsi karena beasiswa. Ya, beasiswa. Dia termasuk dalam mahasiswi tidak mampu karena setelah berusia tujuh belas tahun, om dan tantenya tak mau lagi menjadi wali. Tapi saat dirinya hendak mengambil beasiswa kuliah kedokteran spesialisnya di Korea, sesuatu terjadi. “Kau tidak bisa pergi dari rumah ini begitu saja!” larang sang om kepada Shina. “Bukankah kalian sudah mengeluarkan aku dari kartu keluarga? Aku sebatang kara sekarang! Kalian tak bisa menentukan jalan hidupku!” tolak Shina. “Kau boleh keluar, hanya jika kau sudah menikah!” Om dan tantenya menjodohkan Shina dengan seorang tukang bersih-bersih di rumah sakit yang dikenal tak berpendidikan. Usia mereka berbeda tujuh tahun, Shina lebih muda. Pria itu dipanggil dengan nama Zul. Penampilannya tampak biasa saja. Pakaiannya tidak terlalu modis, sebagaimana seorang pelayan yang hanya memakai baju berharga murah. Ditambah dengan kacamata yang menambah kesan cupu pria ini. Tapi demi kebebasannya, Shina menerima perjodohan dan membuat sebuah kontrak dengan pria tersebut secara diam-diam. “Zul! Kontrak ini hanya diketahui oleh kita berdua!” tutur Shina pada suaminya. “Baik, Istriku! Aku akan menurutinya!” “Kau tidak ingin membacanya lebih dulu?” Zul menggelengkan kepala. “Dalam kontrak ini, aku berhak untuk tidak pulang ke Indonesia selama waktu yang aku inginkan!” lanjut Shina. Kali ini Zul tetap mengangguk. “Tidak pernah ada kontak fisik di antara kita dan pernikahan kita hanya sebatas status di atas kertas saja! Kau tidak keberatan?” tanya Shina lagi. “Aku tidak keberatan, istriku! Aku menuruti semua keinginanmu asal kau dan aku tidak pernah bercerai selamanya!” Sebenarnya Shina keberatan jika mereka tidak boleh bercerai, tapi dia berpikir, toh mereka tidak akan bertemu. Jadi itu tidak akan masalah. “Baiklah!” “Oh, iya! Satu lagi!” Zul mengacungkan jari telunjuknya. “Apa lagi?” “Kau berhak tidak pulang ke Indonesia selama kapan pun yang kaumau! Maka aku juga berhak untuk mengunjungimu kapan pun aku mau!” Syarat yang diungkapkan oleh Zul membuat Shina tertawa. Tapi karena lagi-lagi dia berpikir jika pria itu tak mungkin punya uang untuk menyusul ke luar negeri, maka akhirnya Shina pun menyetujui. “Baiklah, deal!” Begitulah perjanjian itu dibuat dan Shina pun pergi ke Korea. Dia menjalani kehidupan kedokteran spesialisnya yang dibiayai oleh beasiswa. Shina meraih cita-cita dan menjadi dokter residen yang praktik di salah satu rumah sakit kecantikan yang besar di area Gangnam. Perempuan itu menikmati kehidupannya hingga tak terasa lima tahun telah berlalu. Lalu kemudian, dokter muda itu mendapat panggilan dari keluarganya Indonesia yang membuatnya wajib untuk kembali. [Shina, besok adalah perayaan berdirinya yayasan yang ke-35! Apa kau akan absen lagi setelah lima tahun terakhir?] ~ Om “Aku mungkin tidak akan datang,” gumamnya. Saat Shina bergumam demikian, dia pun mendapat sebuah pesan yang lain lagi. Pesan yang tak kalah membuat dia terguncang dan mengubah pikiran. [Sayang, aku sudah berhasil mengumpulkan uang untuk menyusulmu ke Korea! Aku juga sudah mengurus paspor dan visanya! Tunggu aku, Ya!] ~ Zul Membaca pesan itu, Shina pun terburu-buru membalasnya. [Jangan kemari! Sudahlah, aku yang akan kembali ke Indonesia!] ** PERAYAAN BERDIRINYA RUMAH SAKIT SEHAT SEJAHTERA YANG KE 35 “Bagaimana tesismu? Kau sudah sampai final? Aku mendengar kabar jika profesor yang membimbingmu adalah Profesor Ethan! Dia sangat tidak toleran! Dia orang paling susah untuk memberi nilai dan merupakan profesor yang tak bisa menerima sogokan uang!” Pria bertubuh jangkung nan kurus bertanya pada adiknya. “Sudahlah! Ini adalah acara penting di bisnis rumah sakit keluarga kita! Kakak jangan ingatkan aku dengan urusan perkuliahan yang memuakkan! Profesor Ethan tak pernah mau menemuiku! Aku kesal setiap dia hanya memberikan bimbingan dan memeriksa tesis lewat surel saja!” jawab sang adik yang memiliki wajah bulat dan rambut keriting. “Ah, kau ini! Aku tidak mau tahu, bagaimana kalau papa menanyakan kuliahmu dan orang-orang pasti akan membandingkan dirimu dengan Shina! Kabarnya dia mendapat peringkat terbaik di Korea sana!” Dua orang pria yang sedang mengobrol ini merupakan anak pimpinan. Mereka adalah sepupu Shina yang juga merupakan dokter. “Permisi, Tuan!” Seorang pelayan mengambil gelas kosong yang telah tak terpakai di antara mereka. “Kakak, bukankah itu Zul? Dia yang dijodohkan oleh papa pada Shina!” “Ah, kau benar! Apa mereka masih menjadi suami istri? Mereka belum bercerai?” “Aku tidak tahu, coba kakak tanya!” Salah satu dari mereka memanggil pelayan tersebut. “Hei, benarkah kau adalah Zul?” Pelayan tersebut senyum dengan ramah. “Benar, Tuan! Ada yang bisa saya bantu!” Kedua pria itu pun tertawa. “Kau suami dari Shina, kan? Aku hampir tidak mengenalimu! Kau ternyata sudah dicampakkan oleh Shina! Dia hanya menggunakan dirimu agar bisa mengambil beasiswa luar negerinya! Sungguh mengenaskan.” Pria yang disebut sebagai Zul itu ditertawakan oleh kedua bersaudara tersebut. Saking ributnya ucapan mereka, sampai akhirnya semua orang yang hadir juga mendengar hal itu dan ikut membicarakan Zul si pelayan dengan sang istri. “Saking tidak ingin bertemunya denganmu, bahkan saat ada acara yang penting seperti ini pun, Shina lebih memilih untuk tidak hadir!” Bersamaan dengan ejekan itu, seseorang berjalan di depan Zul. Orang tersebut tanpa sengaja menumpahkan minuman oranye ke seragam putih yang dikenakan oleh pelayan tersebut. “Aduh, maaf! Aku tak sengaja!” Dia berkata tak sengaja, tapi dari bibirnya terlihat jika ia sedang tertawa. “Jadi dia pelayan yang menjadi suami dari Shina?” “Dia dicampakkan oleh Shina!” “Shina adalah keturunan keluarga pemilik Yayasan Sehat Sejahtera, mana mungkin dia benar-benar mau menikahi pria sepertinya!” “Lihatlah Shina tak pernah hadir karena tak ingin menemuinya.” Pelayan berbaju putih itu berdiri dari posisinya. Dia membereskan gelas yang sempat berantakan. Bahkan dia juga mengelap sisa air yang tumpah dengan lap yang tersampir di pundaknya. Saat berdiri, dia pun menatap pada semua orang yang ada di sana. Lalu dengan tegas dan percaya diri, Zul berkata, “Shina berjanji padaku, dia akan hadir hari ini.” Begitu Zul pergi, semua orang yang ada di sana melayangkan ejekan dan hinaan untuk pelayan tersebut. Dia mengatakan jika Zul sedang mengkhayal semata, ada juga yang mengatakan jika pria tersebut sedang berhalusinasi, bahkan mereka juga tega berkata Zul adalah b***k cinta yang ditelantarkan dan hanya dimanfaatkan kekasihnya. “Kalian semua!” Zul berdiri sambil menatap tajam para undangan yang membicarakannya. “Jangan bicara buruk tentang Shina! Dia tidak sekejam itu padaku! Dia ... berjanji akan hadir di acara hari ini.” Setelah berkata demikian, Zul pun memutuskan untuk pergi dan meninggalkan aula tempat pesta diadakan. Pria tersebut menunggu dengan cemas, apakah sang istri menepati janjinya kali ini? Lalu acara pun dimulai dan sang pimpinan pun mengucapkan sambutannya. “Sebenarnya perayaan kali ini sangat spesial!” ucap pimpinan yayasan di tengah sambutannya. “Hal itu dikarenakan kedua menantu perempuanku memberikan sumbangan yang cukup besar untuk rumah sakit ini. Di tahun berdirinya yang ke tiga puluh lima ini nanti, rumah sakit Sehat Sejahtera akan menjadi rumah sakit yang lebih besar dan memiliki teknologi paling canggih se-Asia Tenggara!” Pimpinan terus menerus meninggikan kedua menantu perempuannya. Hal itu memicu para undangan yang hadir untuk membandingkan dengan menantu lelaki sang pimpinan yang hanya merupakan seorang pelayan. “Rumah sakit kita mendapatkan hadiah sebuah Air Ambulance untuk menolong pasien darurat yang jauh dan harus dibawa dengan pesawat. Lalu kita juga mendapat tambahan alat untuk dialisis dan MRI sehingga rumah sakit bisa merawat orang yang membutuhkan alat-alat itu lebih banyak. Semua berkat keluarga dari kedua menantu perempuan saya! Beri tepuk tangan untuk mereka.” “Sangat berbeda jauh menantu perempuan dengan menantu laki-lakinya!” sahut seorang hadirin bergunjing di mejanya. Menantu laki-laki sang pimpinan adalah pelayan payah yang tersiram jus di acara ini tadi, Zul. “Malang sekali nasib Shina! Tapi kudengar dia dijodohkan!” “Kenapa pimpinan menjodohkan Shina dengan laki-laki seperti itu? Itu tidak mungkin!” “Ah, tidak mungkin pimpinan memilih jodoh untuk anak perempuannya sembarangan seperti itu!” “Shina hanya anak angkat! Dia pasti pemberontak dan memilih jodohnya sendiri!” “Kudengar, Shina adalah anak pimpinan sebelumnya!” “Iya, pasti begitu! Dia pasti memberontak dan ingin menikahi pria tak berguna! Setelah tahu, maka ia pun menyesal. Makanya sampai sekarang dia tak pernah mau kembali ke Indonesia dan mencampakkan suami payahnya!” Zul yang mendengar hal itu dari belakang merasa kesal. Dia mengepalkan tangan, tapi tak bisa melakukan apa-apa. Dan pada saat itu, pria pelayan tersebut mendapat pesan baru yang menyambar pikirannya. [Zul, sepertinya aku tidak bisa hadir di acara! Aku tidak mau digunjingkan karena mereka membandingkan kita dengan anak dan menantu pimpinan yang lain! Maafkan aku!] ~ Shina. ** Sementara itu, seorang pria tua yang juga menjadi tamu undangan di acara tersebut hanya tersenyum miring melihat kekacauan yang ada. "Dasar, orang-orang tidak peka! Mereka tidak sadar jika orang yang sedang mereka cerca itu sedang menggunakan topeng di statusnya yang tidak berguna!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN