Merasa bersalah pada Kino

1239 Kata
“Vivi menghela napasnya, aku tidak tahu dia serius tidak. Tapi aku juga curiga dengannya.” “Dia tidak serisu menikahi Fina, aku tahu saat dia mengancam Fina di penjara.” Ucap Kino, dia masih belum bisa ikhlas atas pernikahan Fina dan Bagas. Rasa ceburu membakar pikirannya. “Lebih baik kita temui Fina, kita support dia. Dia butuh semangat dari kita.” Timpal Gio, menepuk pundak Kino. “Iya.. Setelah kejadian orang tua Fina tadi. Dia pasti sangat sedih. Lebih menyakitkan dari pada pernikahan ini.” Saut Virgo. Tidak mau kalah. “Iya, benar kata Gio dan Virgo, lebih baik kita pergi temui Fina sekarang, dia butuh bantuan kita.” Vivi melangkah mendekat. “Kita juga bisa tanyakan tentang semuanya. Lalu, kita susun rencana untuk membantu Fina lolos dari semua masalahnya.” Lanjut Vivi. Wajah mereka mulai serius memikirkan apa yang di katakana Vivi. Virgo merah bahu Vivi, menariknya masuk dalam dekapannya. Mencengkeram bahu kanannya. “Benar kata calon istriku ini.” Ucap Virgo, memberikan sebuah kecupan pada Vivi. Mengusap lembut ujung rambutnya, lalu mengacak-acaknya. Di balas pukulan pelan di kepala Virgo. “Ih.. Jijik tahu, jangan seperti ini di depan umum. Malu!” Bisik Vivi, melepaskan pelukan Virgo. “Dan, jangan coba-coba mengacak-acak rambutku.” Lanjut Vivi. Gio dan Kino hanya diam menatap kemesraan mereka bedua yang membuat mereka semakin iri. Kino menggelengkan kepalanya dan segera pergi meninggalkan Virgo dan Vivi. Sementara Gio berjalan mengikuti Kino pergi. ---- Setelah kejadian tadi yang membuat malu dirinya, Fina berlari ke kamar mandi. Dia berdiri tepat di depan kaca besar. Mencengkeram wastafel yang ada di depannya. “Arrrrggg….” Teriak keras Fina, air matanya semakin menjadi. Dia melupakan rasa kesal yang terpendam di hatinya. “Kenapa semua ini terjadi padaku. Hidup aku sekarang hancur. Orang tua yang tidak perdulikan ku. Dan, sekarang. Aku harus menikah dengan orang yang sama sekali tidak pernah aku kenal. Aku juga tidak cinta dengannya..” Gerutu Fina, dia menghela napas kasarnya. Menatap wajah yang sangat menyedihkan di bayangan kaca depannya. Kenapa hidup aku seperti ini? Kenapa harus aku yang mengalami semuanya. Kenapa… Apa aku memang tidak pantas untuk merasakan bahagia.. Vivi yang mendengar suara di dalam kamar mandi wanita. Dan segera berlari masuk ke dalam. Mencoba memastikan jika itu benar Fina. “Fina..” ucap Vivi, dia merasakan kesedihan yang Fina alami. Fina menoleh ke belakang, melihat Vivi sahabatnya berada di depannya matanya. Seketika tangisannya semakin menjadi. Fina memeluk tubuh Vivi, meluapkan kesedihan yang dia rasakan saat ini. “Vivi.. Aku takut..,” ucap Fina. “Apa yang kamu takutkan, kamu harus kuat. Fina yang aku kenal bukanlah wanita lemah. Jadi, kamu harus kuat.” Ucap Vivi membalas pelukan Fina, dia mengusap punggung Fina, menenangkan hati Fina yang terus menangis tersedu-sedu. “Vivi… Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa harus aku yang mengalami ini semua. Aku takut, takut jika apa yang aku rasakan sekarang akan perlahan membunuhku.” Ucap Fina. Meski dia terlihat sangat tegar di luar, tetapi sebenarnya hatinya sangat rapuh. Dia menyimpan semua masalah yang di hadapinya sendiri. “Fina, aku tahu. Kamu pasti sangat sakit. Tapi, aku janji padamu akan memikirkan cara agar kamu bisa keluar dari dunia kejam ini.”ucap Vivi. “Fina.. kamu baik-baik saja, kan?” Kino yang semula mendengar suara Fina di dalam toilet wanita, dia segera berjalan masuk ke dalam. Tanpa perdulikan itu toilet untuk wanita atu laki-laki. Dia berjalan menghampiri Fina dan Vivi. Fina melepaskan pelukannya, dia menyeka air mata yang sedari tadi membasahi pipinya. Mencoba untuk tetap tersenyum, menatap ke arah Kino. “Kino, kenapa kamu disini?” Tanya Fina, ke dua matanya menunjukan rasa bersalah pada Kino. Dia telah menyakiti hati Kino. “Aku khawatir denganmu, dari tadi aku mencarimu, Fina.” Ucap Kino. “Sekarang ayo kita pergi dari sini.” Kino memegang pergelangan tangan Fina, mencoba menarik tangannya. Fina yang menolak hanya diam, memegang tangan Kino. Melepaskan dari pergelangan tangannya. “Kino, pergilah!” ucap Fina lirih. “Aku tidak bisa ikut denganmu. Aku harus menerima semua yang aku lakukan. Ini hukuman untukku.” “Tapi, aku tidak mau kamu hidup menderita!” ucap Kino semakin khawatir. “Kino, aku tahu kamu sangat khawatir padaku. Tapi aku akan segera menemui kalian lagi saat semua ini sudah berakhir. Dan, laki-laki itu sudah puas menghukumku maka aku akan kembali lagi padamu.” Vivi mencoba untuk tersenyum. Kino meraih ke dua bahu Fina. Menatap lekat ke dua matanya. “Fina, jangan membohongi hatimu sendiri. Aku tahu jika kamu pasti sangat tertekan sekarang. Kamu hanya pura-pura tersenyum di depan kita. Tapi, sebenarnya hati kamu terluka.” Ucap Kino. Fina terdiam tertunduk meratapi semuanya. “Sekarang kesempatan untuk kita pergi dari sini. Aku tidak mau kamu terus menderita. Aku janji akan menjaga kamu, kita pergi dari kota ini.” Kino mencoba menyakinkan Fina. Fina melepaskan tangan Kino yang mencengekram bahunya bergantian. “Kino, makasih kamu sudah khawatir padaku. Tapi, saat ini aku tidak bisa pergi denganmu. Aku akan tetap disini.” Ucap Fina, dia mencoba menguatkan dirinya. Dalam satu tarikan napasnya. Fina melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Kino dan Vivi. Dengan cepat Kino meraih pergelangan tangan Fina. “Fina, jangan pergi.” Ucap Kino, ke dua matanya berkaca-kaca. Mencoba memohon pada Fina. Perlahan Fina menoleh menatap ke dua mata Kino. “Maafkan aku!” ucap Fina. Melihat pembicaraan mereka yang mulai serius. Vivi merasa menganggu ke duanya. Dia segera pergi meninggalkan Kino dan Fina berdua. “Fina, aku mohon padamu. Jangan pergi dari sini. Tetaplah bersamaku.” Kino menarik tangan Fina, hingga tubuhnya masuk ke dalam dekapan hangat tubuh Kino. Tangan kanan Kino memegang pinggang ramping Fina, menatap lekat ke dua mata Fina. Ke dua mata mereka saling beradu satu sama lain. Fina hanya diam, melihat ketulusan di mata Kino membuatnya tidak tega menyakitinya. Tapi dia terpaksa melakukan menebus dosanya telah membunuh orang. “Apa kita masih bisa dekat nantinya?” Tanya Kino, memegang dagu Fina. Menariknya mendekat. “Bisa, aku akan tetap menjaga hubungan kita. Apapun hubungan kita. Aku ingin selalu dekat denganmu.” Tanpa terasa air mata mulai menetes untuk kesekian kalinya. “Fina, aku sangat mencintai kamu. Aku tidak mau kehilanganmu.” Ucap Kino. Ibu jari tangan kirinya menyeka air mata yang terjatuh di pipi Fina. “Aku juga!” Fina menatap dalam ke dua mata Kino. “Aku harap kamu mau menungguku. Aku akan kembali lagi padamu.” Ucap Fina. Tanpa menjawab ucapan Fina, Kino membalasnya dengan sebuah kecupan yang mendarat sempurna di bibir mungil Fina. Tanpa menolaknya, Fina menikmati kecupan Kino. Saling membalas satu sama lain, Kino menyandarkan punggung Fina di dinding. Kecupan itu semakin dalam, tanpa terasa Fina memeluk leher Kino. Semakin memperdalam kecupannya. Tiba-tiba dia tersadar statusnya sekarang. Sebelum ada orang yang melihatnya. Fina segera mendorong tubuh Kino menjauh darinya. “Maaf! Sepertinya aku harus pergi sekarang.” Ucap Fina. “Kamu mau kemana?” Tanya Kino. “Kamu tahu sekarang status aku adalah stri orang, tolong jaga sikap. Aku rakut jika nanti ada orang yang melihat kita.” Ucap Fina. Dia segera berlari keluar meninggalkan Kino di dalam toilet wanita. “Arrrggg…” teriak Kino sangat keras. Dia memukul dinding di depannya. Hingga tangannya mengeluarkan darah segar. Rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya saat ini. “Fina… Aku akan merebut kamu lagi darinya. Aku tidak akan tinggal diam. Aku akan mengambilmu lagi nanti. Tunggu aku!” ucap Kino, mengepalkan ke dua tangannya. Kepalanya terasa mendidih. Sekujur tubuhnya di penuhi emosi yang membara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN