“Bahkan kalian pun tahu jika Veronica sangat membenci kita,” ucap Brandon dengan suara lemasnya.
Medina menatap datar wajah anak bungsunya itu.
"Brandon, aku tahu bahwa kesalahan yang telah terjadi sangat menyakitkan bagi Veronica. Namun, aku percaya bahwa cinta dan pengampunan masih memiliki tempat dalam hatinya."
Brandon mendengarkan dengan hati yang terbuka, namun ekspresinya terlihat tegang.
Dia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ibu, aku juga merasa sangat menyesal atas segala yang telah terjadi. Aku tahu aku telah menyakiti Veronica dengan tindakan dan keputusanku. Tapi bagaimana aku bisa yakin bahwa dia akan mau kembali padaku setelah semua yang telah terjadi?"
Medina menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk menguatkan hati Brandon.
"Brandon, aku tidak ingin mendengar alasan apa pun darimu! Memangnya kau tidak menyangkan semuanya, huh? Veronica pewaris kaya raya di kota ini, Brandon. Kau akan menjadi pebisnis hebat setelah berhasil menarik hati Veronica kembali.”
Medina menatap anaknya dengan penuh. "Veronica masih mencintaimu, Brandon. Meskipun dia telah menyatakan bahwa dia tidak ingin kembali padamu, aku yakin bahwa dia juga terluka dan terombang-ambing oleh perasaannya sendiri. Yang mesti kau tanamkan adalah, Veronica masih mencintaimu!”
Brandon meresapi kata-kata Medina dengan cermat. Meskipun masih ada keraguan dalam hatinya, dia merasa terdorong untuk mencari jalan menuju rekonsiliasi dengan Veronica.
Medina memandang Brandon dengan tatapan penuh keingintahuan. "Brandon, aku penasaran, apa sebenarnya yang sedang Veronica lakukan di desa saat kau temukan dia?"
Brandon mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, mengingat kembali momen-momen itu.
"Waktu itu, aku menemukan Veronica sedang menanam tanaman di kebun milik neneknya. Dia sedang sibuk mengurus tanaman-tanaman itu, memelihara kebun seperti yang neneknya lakukan selama bertahun-tahun."
“Dan ternyata nenek itu hanyalah keluarga yang pernah menolong Veronica.”
"Dan apa yang membuatmu terpikat pada Veronica saat itu? Apa yang membuatmu menyatakan cinta padanya?" tanya Medina lagi.
Brandon menatap ibunya dengan mata yang penuh dengan kilauan kenangan. "Ketika dia menyebutkan bahwa dia memiliki banyak tanah di sana, aku merasa terkesima. Tapi lebih dari itu, aku terpesona oleh kegigihan dan kecantikannya saat dia bekerja di kebun. Sederhana namun begitu kuat dan menawan. Itu adalah saat di mana aku menyadari bahwa hatiku telah dicuri oleh Veronica."
Medina mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami betapa pentingnya momen itu bagi Brandon.
“Kau harus mengambil kembali Veronica, Brandon!” ucap Medina dengan tegas.
**
Setelah semua yang telah terjadi, Veronica memutuskan untuk memulai kehidupan barunya dengan penuh semangat dan tekad yang tidak tergoyahkan.
Meskipun telah menjadi seorang janda, dia tidak akan membiarkan keputusan Brandon untuk meninggalkannya menghentikan langkahnya.
“Status bukanlah penghalang untukku maju. Justru aku harus membuktikan bahwa aku sangat berharga!”
Dengan keberaniannya yang luar biasa, Veronica memutuskan untuk mengambil alih peran sebagai pemilik hotel bergengsi di kota itu.
“Hh! Sangat nyaman sekali. Semua orang akan tunduk padaku. Mereka tidak akan menilaiku dengan hina lagi. Ah! Sudahi semua penderitaan itu, Veronica. Kau harus bangkit dan bahagia dengan hidupmu sekarang.”
Veronica tidak mau lagi terpaku pada masa lalunya yang pahit. Dia memilih untuk melihat ke depan, mengukir takdirnya sendiri, dan membangun masa depan yang cerah tanpa tergantung pada siapapun.
Setiap langkah yang dia ambil adalah manifestasi dari kekuatan dan keteguhan hatinya.
Meskipun terkadang rasa sakit masa lalu masih menghantuinya, Veronica tidak membiarkan itu menghalangi langkahnya ke arah kehidupan yang lebih baik.
“Oh, Veronica. Hidup penuh dengan penderitaan itu telah sirna. Kau sudah menjadi wanita anggun penuh karisma,” ucapnya menghibur diri yang selalu saja teringat penderitaan yang ia alami selama tiga tahun lamanya itu.
Namun, ketenangan itu terusik saat Brandon tiba-tiba datang menghampirinya.
“Veronica,” panggil Brandon menatap Veronica.
“Brandon? Ada apa kau datang kemari?” tanyanya dengan nada datarnya.
Brandon menarik napasnya dalam-dalam menatap Veronica. “Aku ingin meminta maaf padamu dan aku ingin kita memulai semuanya dari awal kembali.”
Dengan mata yang berapi-api dan suara yang penuh dengan keberanian, Veronica menatap Brandon dengan tajam. "Kau yang telah mencampakkanku," katanya, suaranya dipenuhi dengan keputusan yang tak tergoyahkan. "Lalu untuk apa kau berlutut di kakiku dan meminta agar aku kembali padamu?"
Kata-kata Veronica terdengar tajam, menggambarkan kekesalannya yang mendalam atas perlakuan yang telah dia terima dari Brandon.
“Mengapa kau bersikap kasar seperti ini, Veronica? Aku tidak menyangka jika sikapmu akan berubah jadi kasar seperti ini,” ucap Brandon, seolah tak percaya dengan sikap tegas Veronica ini.
Perempuan itu tersenyum miring. “Inilah aku sebenarnya, Brandon. Bukan wanita lemah, seperti yang kau ketahui selama ini, yang seringkali kau injak-injak harga diriku!”
"Kau pikir kau bisa memperbaiki segalanya dengan sekadar permintaan maaf? Kau pikir kau bisa memperbaiki hatiku yang telah hancur dengan sekadar berkata 'aku minta maaf'?"
Dia menggelengkan kepala dengan tegas, menunjukkan penolakannya yang tegas terhadap permintaan maaf Brandon. "Aku tidak ingin melihatmu di sini lagi. Kau telah membuat pilihanmu, sekarang biarkan aku menjalani hidupku tanpa keberadaanmu."
“Tapi, Veronica ….”
“Sekali tidak tetap tidak!”