“Ya, Kendrick. Dia adalah pria yang memiliki banyak kesamaan denganmu, Veronica. Dia pintar, berbakat, dan memiliki kepribadian yang hangat. Dia juga merupakan orang yang sangat dermawan, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Seorang pengusaha terkenal nan tampan.”
"Apa maksudmu, Ibu? Apakah kamu mencoba menjodohkanku dengannya?" tanyanya kemudian.
Samara menangkap kekhawatiran dalam suara putrinya. Dia mencoba meyakinkannya dengan lembut. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenalnya, Veronica. Tidak ada yang kamu harus terburu-buru. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."
Veronica menatap keluar jendela, merenung sejenak. Dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik baginya, tetapi pikirannya masih berputar-putar dalam keragu-raguan. "Tapi, Ibu, aku belum siap untuk bertemu seseorang. Aku masih ingin fokus pada pekerjaanku dan merencanakan masa depanku sendiri."
Samara menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Aku mengerti, Sayang. Tapi, terkadang, cinta datang kepada kita ketika kita paling tidak mengharapkannya. Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk melihat apa yang bisa terjadi."
Veronica menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan di dalam dirinya. Dia tahu ibunya benar, tetapi bagian dari dirinya masih merasa takut akan perubahan yang tidak terduga. "Baiklah, Ibu. Aku akan mencoba bertemu dengannya."
Senyum lega menyelinap di wajah Samara. "Terima kasih, Veronica. Aku akan mengatur pertemuan kalian berdua."
Mereka berdua duduk di sana, berbagi momen keheningan yang nyaman, menikmati kehangatan satu sama lain.
Veronica memandangi kota yang terhampar di luar jendela dengan tatapan baru, pikirannya berputar-putar tentang apa yang akan terjadi dalam pertemuan dengan Kendrick.
Samara menatap putrinya dengan tatapan tajam, mencari tanda-tanda kebenaran di balik kata-katanya. "Jangan bilang kalau kau masih mencintai Brandon, Veronica?"
Veronica menggeleng tegas. "Tidak. Aku tidak mencintainya."
Dengan napas lega, Samara merasa sebuah beban terangkat dari pundaknya. "Bagus," ucapnya pelan. "Jangan sampai kembali pada pria tak memiliki hati itu lagi."
Veronica memandang ibunya dengan serius. "Aku tahu, Ibu. Aku telah belajar dari kesalahanku."
Samara mengangguk, wajahnya penuh dengan ekspresi pengertian. "Aku percaya padamu, sayang. Tapi, kadang-kadang cinta itu buta. Kita harus waspada."
Veronica menanggapi dengan mantap. "Aku akan, Ibu. Aku tidak ingin terluka lagi."
Samara tersenyum lembut. "Itu yang ingin kubicarakan. Aku hanya ingin yang terbaik bagimu, Veronica."
Veronica tersenyum mengangguk. "Aku tahu, Ibu. Terima kasih."
Keduanya saling bertatapan, penuh dengan makna yang dalam. Meskipun mereka telah melewati banyak hal bersama, kepercayaan dan cinta mereka satu sama lain tetap tak tergoyahkan.
Dan dalam momen itu, di antara kata-kata yang singkat namun bermakna, ikatan mereka semakin kuat.
**
Beberapa hari kemudian, Samara menghubungi Veronica dengan berita bahwa dia telah mengatur pertemuan antara mereka.
“Aku telah memesan tempat untuk kalian bertemu. Malam ini, jam tujuh. Di Yellow Café. Jangan sampai telat.”
“Baik, Ibu. Aku akan datang tepat waktu.” Veronica menutup panggilan tersebut.
Veronica merasa campur aduk antara gugup dan penasaran. Dia berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sempurna, sebelum dia melangkah keluar rumah.
“Apakah penampilanku sudah sempurna?” gumamnya sembari memutar-mutar gaun yang ia kenakan.
Veronica menarik napas dalam-dalam. Pertemuan pertama ini harus memberi kesan baik. Ia tak ingin mengecewakan ibunya yang telah mengatur rencana ini.
Kendrick sudah menunggu di kafe yang disarankan oleh Samara. Ketika Veronica memasuki kafe, matanya bertemu dengan Kendrick yang sedang tersenyum hangat ke arahnya.
Dia merasa sedikit lega melihat bahwa Kendrick terlihat ramah dan tidak begitu menakutkan seperti yang dia bayangkan.
“Hi! Aku Kendrick.”
“Veronica. Senang, bertemu denganmu.”
Mereka berdua duduk di meja yang telah dipesan oleh Kendrick. Percakapan awal mereka agak canggung, tetapi seiring berjalannya waktu, Veronica merasa semakin nyaman berbicara dengan Kendrick.
Mereka berbagi minat yang sama dalam beberapa topik dan tertawa pada lelucon satu sama lain.
“Kendrick. Kau tahu kan, aku adalah seorang janda?” tanya Veronica gugup.
Kendrick tersenyum lalu mengangguk. “Ya. Tentu saja aku tahu. Mengapa kau bertanya seperti itu?” tanyanya lembut.
Veronica menggeleng. “Tidak. Aku hanya tidak ingin kau kecewa saat tahu statusku.”
Kendrick terkekeh. “Tidak ada yang harus aku kecewakan. Kau sangat cantik dan baik hati. Aku senang bisa berjumpa denganmu.”
Veronica mengulas senyumnya. Senyum paling sempurna yang ia terbitkan. Kendrick sangat tampan, namun memiliki hati yang indah. Ia tak mempermasalahkan statusnya sebagai janda dari Brandon.
“Maaf, jika ibuku memaksamu untuk bertemu denganku, Kendrick.”
Lelaki itu dengan tegas menggeleng. “Tidak, tidak. Justru akulah yang tidak sabar ingin bertemu denganmu. Ibumu sangat baik, dan aku berpikir jika kau jauh lebih baik.” Kendrick mengulas senyum menatap lembut wajah Veronica.
Sehingga membuat wanita itu merasakan sedikit ketertarikan pada lelaki tampan di depannya ini.
‘Oh, astaga! Bagaimana mungkin aku langsung tertarik padanya.’ Veronica bergumam dalam hatinya.
“Eum! Kendrick. Apa kau mau mengungkapkan latar belakangmu?”
“Dengan senang hati, Veronica.” Kendrick menghela napas dalam-dalam sebelum menjelaskan siapa dirinya.
“Aku Kendrick Elvran, berusia tiga puluh tiga tahun. Aku seorang pengusaha muda berkat kekayaan yang orang tuaku miliki. Aku berasal dari New York dan tinggal di sini untuk mengembangkan bisnisku di sini.
“Kau memiliki perusahaan perhiasan, bukan? Yang baru saja launching beberapa hari yang lalu? Aku bisa membantumu mempromosikannya ke seluruh dunia. Dengan begitu, kau akan menjadi pengusaha terkenal!”
Mata Veronica berbinar-binar mendengarnya. “Apa kau serius, Kendrick?”
“Ya, tentu saja. Aku tidak akan mengecewakanmu, Veronica.”
“Oh my God. Aku benar-benar sangat senang bisa mengenalmu, Kendrick.”
“Bagaimana, Veronica? Kau setuju, bekerja sama denganku?”
Veronica mengangguk antusias. “Tentu saja. Aku memang sedang mencari partner. Kebetulan kau menawarkan diri, aku senang sekali. Terima kasih, Kendrick.” Veronica tersenyum lebar.
Bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya sebab Kendrick bisa mewujudkan impiannya.
Setelah beberapa jam, mereka meninggalkan kafe dengan senyum di wajah masing-masing. Veronica merasa lega mengetahui bahwa pertemuan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Dia bahkan mulai merasa tertarik untuk mengenal Kendrick lebih lanjut.
“Terima kasih, untuk waktunya, Veronica. Aku harap kau tidak keberatan jika aku ingin mengajakmu bertemu kembali,” ucap Kendrick ketika ia mengantar Veronica pulang.
“Ya. Atur saja jadwalnya. Aku akan menunggu kabar darimu.”
“Baik. Kalau begitu, aku pulang. Sampai jumpa.” Kendrick masuk kembali ke mobilnya. Veronica melambaikan tangannya.
Ia lalu masuk ke rumah, Veronica duduk bersama ibunya di ruang keluarga. Samara menatap putrinya dengan penuh harap. "Bagaimana pertemuannya, sayang?"
Veronica tersenyum. "Itu tidak seburuk yang aku bayangkan, Ibu. Kendrick adalah pria yang sangat menyenangkan."
Samara tersenyum lega. "Aku senang mendengarnya, Veronica. Jadi, apakah kamu akan bertemu dengannya lagi?"
Veronica merenung sejenak sebelum menjawab, "Ya, aku pikir aku akan memberinya kesempatan."
Wajah Samara berseri-seri. "Aku senang mendengarnya, sayang. Siapa tahu, mungkin Kendrick adalah bagian dari takdirmu."
Veronica mengangguk, merasa ringan di dadanya. Dia mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi dia siap untuk melangkah maju dan melihat apa yang ditawarkan oleh masa depan bersama Kendrick.
Dan di situlah, di antara percakapan dan senyum, cerita cinta Veronica dan Kendrick mulai ditulis.
“Tapi, Ibu. Dari mana kau menemukan pria setampan dia? Mengapa dulu kau tak mengenalkanku? Setelah aku telah menjadi janda, kau baru memberi tahuku.”
Samara terkekeh. “Kau terlalu sibuk mencintai Brandon, sampai tak ingin melihat pria lain, Veronica. Tidak penting aku menemukan Kendrick dari mana. Yang paling penting adalah, kau harus segera menikah lagi. Jangan sampai Brandon meracuni otakmu lagi!”
“Oh, satu lagi. Jika kau kembali pada lelaki gila itu, aku tidak akan segan-segan mengambil kembali semua yang telah kuberikan padamu. Ingat itu, Veronica!” ucapnya penuh dengan nada tegasnya.