Aku mendengar suara ketukan pintu kamarku di malam hari, sekira jam 3 subuh. Malas-malasan aku bangun, rasanya tubuhku masih capai banget. Tapi itu seperti suara Yasa yang kebingungan. "Bundaaa... ayaaah bun..." Teriak Yasa sambil memelukku erat ketika pintu kamar sudah terbuka. Sontak mataku terbuka. "Ayah kenapa?" "Badan ayah panas bun, dan tadi mengigau memanggil nama Mas Ilyas. Kepala ayah geleng ke kanan dan ke kiri terus, sambil manggil Mas Ilyas. Bun, ayah kenapa? Yasa takut." Isak Yasa sambil memelukku erat. Segera aku ke kamar Yasa. Kulihat Mas Nino yang tampak semakin pucat wajahnya. Masih kudengar dia memanggil nama Ilyas. Ternyata penolakan Ilyas sangat melukainya. Kudekati dia, kuletakkan tanganku di dahinya. Panas memang. "Mas..." kugoncang perlahan badannya. "Mas bangun