Mengantar amih menuju pembaringannya. Biasanya hal ini selalu dilakukan oleh suster atau anak-anaknya, papaku dan om Hans. Jarang sekali melihat amih meminta tolong pada cucunya seperti sekarang, apa amih sedang kesal dengan semua keluarga om Hans? "Duduk, Mih." Perlahan kududukkan amih di tepi ranjang menata bantalnya dan setelah itu, amih berbaring. Amih dan apih sudah tidur terpisah. Mereka bilang, orang tua kalau tidur itu butuh tempat yang luas. Wajar saja, sudah tua, mereka sudah tidak ada hasrat melakukan hubuungan suami istri. "Adrian ...," panggilnya lirih. "Iya, Mih," jawabku. "Di mana dia?" "Maksud amih, siapa?" "Aruna. Di mana dia?" "Kenapa amih bertanya padaku? Aku tidak tau." Aku mencoba mengelak dengan tegas. Amih menghela napasnya cukup panjang, ia pun menatapku.