“Aku bukan Andra!” Termenung sesaat. Aku baru menyadari kekeliruanku. Euphoria ini membawa nama kak Andra kembali muncul ke permukaan bibirku. Kuakui namanya sampai saat ini memang masih bercokol kuat dalam pikiran bawah sadarku meski sekuat tenaga aku sudah berusaha untuk menghapusnya. “Masuk!” perintah kak Adrian yang membuat aku menggerakkan tubuhku lagi. Ini hanya perasaanku, atau memang sebenarnya begitu. Aku melihat kak Adrian sedikit sedih ketika aku mengucapkan terima kasih tapi memanggil nama kak Andra. “Kak Adrian.” Lariku menghampirinya. Meraih pundaknya dalam genggaman tanganku, dia berbalik, memasang wajah datar dan menatapku. “Terima kasih,” ucapku melempar senyum padanya. “Kak Adrian Surya Atmadja.” Kali ini aku pastikan tidak salah memanggil namanya. Tersenyum. “Sam