BAB 7 - Stalker 2

1163 Kata
Pulpen itu bergerak-gerak diantara jari telunjuk dan jari tengah Leyna yang terapit. Ada selember kertas di hadapannya untuk ia menulis sesuatu, matanya tertuju pada Viona yang duduk di hadapannya. Sedang memikirkan sesuatu yang membuat Leyna menyerngit kan keningnya, menunggu apa yang akan Viona katakan. Wanita itu nampak memikirkan sesuatu, beberapa kali ia melirik Leyna lalu matanya mengedar ke segala arah mencoba untuk berkonsentrasi dan mencari-cari sesuatu di dalam kepalanya. "katakan saja padanya, kekasihku yang tampan pergilah ke alam baka." "Apa-apaan itu, bukankah itu terlalu kejam!."protes Viona yang membuat Leyna mendengus sebal. "Apa perlakuannya padamu belum termasuk kejam? kenapa kau terus membelanya padahal kalian sudah putus dan lihat betapa kejamnya dia, aku bersumpah aku akan memukulnya jika dia kembali menemuimu." Viona memutar kedua bola matanya malas, kedua tangannya terlipat di depan d**a, kali ini dia lebih serius untuk memikirkan apa yang akan dia tulis ke dalam kertas tersebut. Rasanya seperti tidak ada kata-kata yang pas yang terpikirkan olehnya, Leyna menghela nafas malas Viona terlalu lama memikirkan apa yang harus ia tuang ke dalam surat perpisahan mereka. Leyna menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi, ia meraih segelas kopi yang Viona buat. "Baiklah sudah aku putuskan?."Tiba-tiba Viona mencondongkan tubuhnya ke arah Leyna yang membuat Leyna ikut mencondongkan tubuhnya ke arah Viona. "Sudah aku putuskan. Tuliskan untukku."Kedua mata Leyna berubah menjadi menyipit menatap Viona dengan kekesalan . "Aku sudah lelah, sudah ke-5 kali kau begini. Seharusnya kau menulisnya sendiri."Ekspresi Viona berubah kesal wajahnya memelas berharap Leyna mau menuliskan surat itu untuknya. Leyna memutar kedua bola matanya malas, terlalu malas melakukan apa yang Viona inginkan. Menuliskan surat untuk kekasih nya yang sangat menyebalkan untuk dibahas. Leyna meraih pulpennya dan menarik kertasnya lebih dekat. "haaaah... baiklah. Apa yang mau kau tulis?." Viona menatap Leyna serius, ia nampak berpikir sebentar sebelum akhirnya ia berkata. "Apa kau punya saran?."Mendengar hal itu membuat Leyna mendengus remeh, bisa-bisanya wanita itu mempermainkannya. Leyna menaruh pulpennya di atas meja dengan gerakan kasar yang menimbulkan suara keras. "Kau ini benar-benar! Lagi pula untuk apa menulis surat untuknya. Laki-laki itu tidak perlu kau tangisi, lupakan saja dia. Kau ini."gerutu Leyna yang membuat ekspresi Viona semakin kusut. Jujur Viona masih menyukai Alex rasanya susah melupakan pria itu. Terlalu berkesan untuknya walaupun Leyna sering kali mengatakan jia putus adalah keputusan yang tepat. Leyna kembali menyuruput coffeenya lalu ia mencoret sesuatu di atas kertas tersebut hingga membuat Viona mencondongkan tubuhnya untuk bisa melihat apa yang tengah Leyna tulis di atas kertas tersebut. Sebuah ucapan SELAMAT TINGGAL menggunakan huruf kapital. Matanya mengerjap terkejut, ketika Viona mendongak Leyna menunjukkan senyum lebarnya. "Carilah pria lain. Kau mengerti." "Kau sendiri. Apa kau sudah tidak berhubungan lagi dengan pria kaya itu!." Leyna tertegun, wajahnya nampak masam bibirnya membentuk segaris senyum tipis yang nampak kaku. Sudah 3 hari sejak insiden itu, Leyna lost contact dengan Jensen dan tak berniat untuk berhubungan lagi dengannya.  "Edward tidak kemari? kemana laki-laki itu." Viona menyipitkan kedua matanya memperhatikan Leyna. "Kau mengubah topik pembicaraan." "Jangan bahas itu. Sudah ku katakan kami hanya rekan kerja." "Tidak seperti itu saat malam-malam sebelumnya."ucap Viona dengan bibir mengulum senyum menggoda. Leyna mengerutkan hidunganya lalu menghela nafas malas. Ia terlalu enggan untuk mengatakan hal itu, baru 2 minggu dan gosip itu terlalu berlebihan bahkan beberapa orang rekan kerjanya mulai bergosip tentang kedekatan Leyna dan Jensen. Hal itu malah membuat Leyna kesal dan tak menyukainya. Ia sudah bisa menduganya jika pengaruh Jensen akan sebesar ini, siapa yang tidak mengenalnya! Jensen sudah seperti selebrity di Seattle. Pegusaha sukses di usia muda yang memiliki banyak penggemar. "ayolah Viona. hentikan itu." "Padahal... akan sangat beruntung jika mendapatkan laki-laki seperti Jensen."Leyna beralih menatap Viona yang tengah menatap cangkir kopinya, ketika tatapan mereka bertemu sebelah alis Leyna mengernyit seolah berkata oh ayolah hentikan itu. "oke... oke.. oke... aku menyerah." Leyna terkejut ketika melihat jam berapa sekarang. Sudah jam 10 malam, ia harus mengerjakan sesuatu di Apartemen dan tubuhnya sudah lelah karena perkerjaan barunya yang lebih banyak dari sebelumnya, waktu penyelesaiannya bahkan lebih singkat di bandingkan di pekerjaan sebelumnya. "kapan kau pulang?." "jam sebelas. Kau mau pulang?." Leyna menganggukan kepalanya, ekspresinya telihat agak lelah, Leyna menyadari ia mulai mengantuk. Kopi itu benar-benar tidak berguna. Rasanya ingin berbaring di atas kasur segera. Leyna beranjak dari kursi lalu mengambil tas nya dan memakinya di bahu. "Aku pulang dulu." "hati-hati dijalan."Leyna menganggukkan kepalanya dan beranjak dari hadapan Viona untuk segera pergi keluar dari tokonya. Tanpa Leyna sadari seseorang mengikutinya dari belakang. Leyna merasa tak enak, perasaannya sangat sensitif ia merasa sedang diawasi. Ia mengehentikkan langkahnya dan berbalik menghadap ke belakang namun tak menemukan siapapun di sana. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah lalu kembali melanjutkan langkah kakinya. Leyna menamjamkan pendengarannya lalu kembali menghentikkan langkahnya dan kembali menghadap ke arah belakang, lagi-lagi tidak ada siapapun di sana. Hal ini mengingatkannya pada penguntit yang beberapa minggu lalu menganggu malamnya karena mengikutinya. Leyna mempercepat langkahnya untuk segera menghindar. Namun semakin Leyna bergerak menjauh ia semakin memikirkan tentang hal tersebut, jika ia semakin pergi hal itu hanya akan membuat kejadian itu terus menerus berulang di dalam hidupnya. laki-laki itu akan terus membuntutinya. Leyna memperlambat langkah kakinya, di dalam hati ia berhitung dari angka satu hingga akhirnya ia menghentikkan langkahnya ketika di angka 5. Tubuh Leyna berbalik seraya melayangkan tas slempangnya ke arah laki-laki itu. "Jensen."ucap Leyna spontan ketika menemukan sosok Jensen yang saat ini berdiri di belakangnya. Leyna menarik tasnya dan memeluknya erat. Diam-diam ia merasa tidak enak pada Jensen karena telah memukul kepalanya. "Kau membuat ku takut! kenapa kau berdiri di sini!."Pandangan Leyna menangkap seseorang yang nampak mencurigakan, seorang laki-laki berdiri di depan Cafe dengan kedua tangan terlipat di depan d**a. Beberapa kali ia kedapatan melirik ke arah Leyna dan Jensen. Pria itu memakai topi yang hampir menutupi sebagian wajahnya, berpakaian serba hitam yang membuat Leyna curiga. Jensen menolehkan wajahnya mengikuti arah pandang Leyna. lalu ia melihat ke arah sang supir sekaligus asistennya yang sudah bersiap berdiri di samping mobilnya yang terparkir di pinggir trotoar. Pria itu menghampiri sang penguntit, yang membuat laki-laki misterius itu berlari menjauh. Tubuh Jensen bergeser menjadi di hadapan Leyna, menatapnya dengan tatapan yang begitu intens hingga membuat Leyna mengalihkan tatapannya dengan canggung. "kenapa kau tidak membalas chatku?."Leyna melirik Jensen enggan. Ia tak mau berurusan dengan laki-laki itu untuk saat ini. ucapannya saat itu kembali berputar di dalam kepala Leyna. "kenapa kita harus melakukan chat."gumam Leyna lirih, ketika ia menatap Jensen pria itu juga sedang menatapnya, ekspresinya tetap dibuat datar namun matanya begitu tajam dan intens hingga membuat Leyna kembali menatap ke arah lain. "Aku hanya ingin dekat denganmu."Leyna tertegun untuk beberapa saat mendengar apa yang Jensen katalan. Di sisi lain ia senang bisa dekat dengan Jensen namun di sisi lain ia merasa kecewa dengan apa yang Jensen katakan. "Aku tidak ingin menjadi selinganmu."Leyna berkata tanpa menatap Jensen, perlahan-lahan wajahnya mendongak ketika tatapan mereka bertemu Leyna bisa melihat wajah Jensen, ekspresinya di biarkan tetap datar akan tetapi tatapannya begitu tajam. "Kau mendengarnya?." "Bagaimana mungkin aku tidak mendengarnya. Aku punya telinga. Jika kau butuh wanita selingan, kau bisa mencari wanita lain karena aku tidak cocok dengan itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN