Scott menatap Ellie yang juga menatapnya. Sungguh, mereka berdua tak habis pikir dengan keinginan wanita di hadapan mereka sekarang ini. Bagaimana bisa, saat semua orang berlomba-lomba berkeinginan untuk masuk ke SECTOR 72, menyelamatkan diri dari bahaya dan mempertahankan hidup mereka lebih lama, sementara dirinya, sangat ingin pergi ke luar dari tempat paling aman di bumi saat ini tersebut.
Eliie mendesah sambil menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal.
"Akan kami usahakan. Tapi, sebaiknya kau ikut aku dulu, kita makan. Aku tahu perutmu kosong, kan?" Ajak Ellie sambil menggoyangkan tangan, berharap Megumi ikut bersamanya.
Tapi, Megumi dengan keras kepalanya tetap menolak dan ingin tetap mengambil Katana juga semua persediaan makanan juga obat miliknya untuk bisa segera ke luar dari tempat itu. Hanya saja, karena dia ditahan di sana sini, Megumi tidak bisa berkutik, terlebih, gadis bernama Hamzi itu pun berusaha mengajaknya juga, menarik tangannya tanpa suara. Hingga akhirnya gadis ini pun tidak bisa menolak.
"Baiklah ...." Megumi mengiyakan ajakan orang-orang itu.
Sambil menggandeng tangan Hamzi, Megumi terus berjalan mengikuti Scott juga Ellie. Sepatu dengan sol tebal yang dipakai oleh Megumi menghentak, mengikis debu yang ada di jalannya, sedikit. Meski sedikit, tapi, itu cukup membuat debu tersebut berterbangan. Bukan hanya langkah Megumi yang demikian tapi langkah setiap orang yang ada di sana pun sama. Karena jalanan yag berdebu dan kotor, Jika saja hujan turun, maka tanah akan berubah jadi lumpur dan semakin kotor.
Hamzi terus menggenggam tangan Megumi, seolah tidak ingin kehilangan kontak fisik sedikit pun dengannya. Sementara Megumi yang merasa sedikit risih dengan kelakuan anak itu, mencoba untuk bersikap biasa saja. Dia berharap, kalau anak itu akan segera melepaskan tangan darinya dan membiarkan dirinya sendirian.
Mereka menggiring Megumi hingga ke sebuah tempat di mana ada banyak sekali meja dan kursi. Bukan hanya itu, di sana juga, di sudut ruangan itu ada beberapa orang sedang mempersiapkan makanan, dengan banyak sekali panci-panci berisi makanan dan piring yang tertata sangat rapi.
“Ini adalah ruang makan kami. Semua orang, yang berhasil mencapai SECTOR 72 akan makan bersama di tempat ini.” Jelas Scott sambil menuntun mereka ke salah satu meja yang ada di barisan depan.
“Kami juga membangun semua fasilitas yang ada di sini, mengumpulkan bibit-bibit tanaman yang bisa ditanam dan dimanfaatkan dalam waktu singkat, juga semua hal yang bisa digunakan dalam jumlah besar dan melimpah untuk semuanya. Dengan imbalannya, orang-orang yang kami selamatkan atau berhasil datang kemari dengan selamat, harus membantu kami untuk membangun tempat ini. Mengurus ternak, kebun dan ladang obat. Beberapa dokter yang berhasil selamat pun, harus mau bekerja tanpa dibayar dengan imbalan keselamatan dan makanan juga kelompok untuk terus bertahan hidup dan berkembang biak agar populasi manusia tidak punah.” Kali ini Ellie yang menjelaskan. “Kau pasti sudah melihat kubah-kubah yang ada di sini?” tanya wanita itu pada Megumi.
Mendapat pertanyaan sederhana begitu, akhirnya Megumi pun mengangguk.
“Di sana ada banyak sekali kebutuhan logistik yang kita butuhkan selama kita di tempat ini. Mulai dari makanan, obat-obatan, juga beberapa bahan untuk membuat pakaian.”
“Kami di sini benar-benar bertindak seperti orang primitif dengan semua keperluan hidup yang coba kami maksimalkan dan semuanya berasal dari alam.” Scott menimpali. "Kecuali persenjjataan."
“Kami benar-benar saling mengandalkan di sini. mereka mengandalkan kami para militer untuk menjaga mereka dan kami meminta mereka untuk membantu kami menyiapkan semua makanan dan berbagai macam keperluan hidup untuk kami semua.”
Sedikit banyak Megumi paham dengan apa yang dikatakan oleh mereka. Hanya saja, karena Megumi tidak terlalu tertarik dengan semua cerita mereka tentang SECTOR 72 ini jadi, dia tidak terlalu banyak berkomentar. Karena, lagi pula, tujuannya bukan berakhir di tempat ini. Megumi punya tujuan yang lebih besar dari hanya sekedar bersembunyi di tempat seperti ini dan menjaga orang-orang yang tidak dia kenal, lalu melupakan dendam yang tercipta usai p*********n klan –nya.
“Halo, boleh ikut duduk di sini?” ujar seorang pria berkacamata dengan sedikit janggut yang tumbuh di dagunya.
Megumi yang sudah mengenal orang itu, hanya bisa melirik Dean, si pria hacker yang bekerja untuk RINGS, THE AEGIS, dan pria itu bertingkah seolah dia sudah sangat akrab dengan mereka yang ada di bangku itu. Mungkin, hanya Megumi saja yang berpikiran demikian, karena saat pria dengan janggut tipis itu tiba di sana, Scott yang bertingkah sangat dingin, hanya mendecih saat Dean datang dan bertingkah sok akrab. Sementara Ellie malah bertingkah kebalikannya dengan Scott, Ellie terlihat sangat akrab dengan Dean, entah karena Scott merasa kalau hubungan mereka hanya sekedar kerjasama antar tim atau apa, Megumi tidak peduli karena bagaimana pun mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
Ellie memukul Dean yang datang tiba-tiba, berisik dan sangat mengganggu. Di meja yang sama, membuat keributan di ruangan yang sudah mulai ramai dengan orang-orang yang datang untuk makan malam, dan hanya dengan dengan dua orang manusia saja membuat ruangan itu sangat ramai hanya karena omelan-omelan Ellie dan jeritan Dean yang tidak ingin dipukul oleh Ellie terus menerus.
“Hei, aku Dean. Kita sudah bertemu tapi, kita belum kenal satu sama lain.” Ujar Dean sambil menjulurkan tangannya pada Megumi.
“Silva Everlard.” Jawab Megumi tanpa menyambut tangan Dean.
Mengetahui dirinya tidak ditanggapi, Dean hanya bisa menggigit bibirnya sambil menahan rasa malu yang tidak bisa dia jelaskan. Tapi, Dean berusaha menguasai dirinya dan mengganti topik mereka. Sambil mengeluarkan laptop miliknya, Dean memperlihatkan sebuah lokasi di mana titik-titik merah berada. Dan saat Megumi memperhatikan, itu adalah adalah sebuah denah tempat yang mirip sekali dengan dinding besar yang membentengi SECTOR 72.
“Itu ...?” Megumi bersuara.
“Phantom.” Dean menyahut penuh antusias, karena melihat bagaimana antusiasnya Megumi juga untuk apa yang gadis itu lihat.
“Tempat ini tidak seaman seperti yang kalian bilang pada mereka.” Megumi mengomentari. Wajah gadis berambut panjang dengan kuncir kudanya ini terlihat sedikit tidak ramah. Namun, Dean hanya tersenyum menanggapi ucapan Megumi barusan.
“Kau bisa berkomentar tapi, kau harus lihat ini.” Dean kembali melanjutkan sambil menyodorkan tab miliknya pada Megumi, agar gadis itu bisa melihat bagaimana titik-titik merah yang berusaha memanjat dinding tinggi yang menjadi benteng kokoh untuk menjamin kelangsungan umat manusia.
Di layar monitor seukuran delapan inci itu memperlihatkan bagaimana titik-titik merah yang mencoba naik ke atas dinding itu. Namun, selang beberapa detik, beberapa titik merah itu menghilang. Megumi paham kalau orang-orang yang berjaga di atas dinding itu bekerja sesuai dengan apa yang diperintahkan pada mereka.
‘Menarik’ pikir Megumi. Hanya saja, dia tidak bisa berkomentar banyak, selain memberikan tab itu kembali pada pemiliknya.
“Kau lihat, tempat ini sangat luar biasa.” Seloroh Dean. “Tapi, yang kuheran, sedang apa kau di luar sana? kau seperti bukan orang yang sedang tersesat. Sedang mencari ap— “
“Hello, Dean, bagaimana kabarmu?” sapa pria bernama Gutz, yang entah sudah sejak kapan pria itu berada di sana tapi, kali itu Gutz sudah membawa beberapa orang dibersamanya. Gutz menepuk pundak Dean, membuat pria itu spontan berdiri dan memberi hormat pada Gutz sambil memanggil Gutz dengan sebutan komandan. Tapi, Gutz tidak terlalu memedulikan panggilan itu dan kembali menyuruh Dean untuk duduk.
“Dean, bagaimana keadaan sekitar?”
“Aman.”
“Terima kasih, tolong untuk terus pantau.”
“Baik.” Jawab Dean bersemangat.
Sementara Dean memperlakukan Gutz seperti pembesar di tempat itu, Scott dan Ellie hanya mengangguk pelan pada Gutz yang berdiri di belakang Megumi.
“Baiklah Scott, setelah makan malam, bisakah kau mengantarkan Silva ke ruanganku? Ada hal yang harus kuberikan padanya.”
“Aku akan ikut denganmu sekarang.” ujar Megumi saat dia mendengar kalau Gutz mungkin saja akan mengembalikan semua barang-barang miliknya. Tapi, di luar dugaan. Gutz melarang hal tersebut.
“Sebaiknya kalian makan malam lebih dulu, setelah itu kita baru bicarakan tentang semua barang milikmu yang ada di ruanganku.” Ucap Gutz kembali menepuk bahu Dean yang mengangguk-angguk seperti orang bodoh.
Usai mengatakan apa yang ingin dia katakan. Pria paruh baya dengan rambut yang hampir semuanya sudah berubah menjadi putih itu pun pergi bersama beberapa orang yang mengikutinya.
“Kenapa kau bertingkah seperti penjilat?” Ellie berkomentar.
“Hei, apa salahnya? Mungkin saja dengan aku berbuat seperti ini, Gutz akan menaikkan jabatanku dari pengawas menara yang kadang ikut berpatroli, jadi orang yang bekerja di dalam sana.” tunjuk Dean entah ke mana.
“Di dalam sana? Maksudnya?” Megumi mencoba ikut menimbrung pembicaraan mereka.
“Sistem.” Ellie menyahut. “Kami semua punya sistem di sini. Meski kau melihat kami di sini seperti tidak terikat dengan apa pun tapi, ada beberapa orang yang menjadi ‘sistem’ untuk SECTOR 72 tapi, hanya Gutz yang benar-benar menyebalkan.”
Megumi melirik ke semua orang yang duduk di sana, termasuk Scott yang hanya tertunduk. Melihat Megumi yang melihat ke arah Scott, Dean yang sejak tadi bersikap seolah dia adalah pemenang, kali itu dia pun ikut menunduk.
“Gutz adalah orang yang membiarkan Phantom memakan kakaknya Scott.” Dean menyahut. Megumi sempat merasa tertarik dengan obrolan orang-orang ini tapi, dengan cepat Scott menghentikan semua pembicaraan yang tidak dia sukai tersebut.
"Sudahlah, sebaiknya kita makan, sebelum makanan habis dan kita puasa lagi sampai besok pagi." Scott berdiri dan mulai berjalan ke arah meja prasman di mana ada petugas yang membantu mereka mengambil makanan, membagi semua makanan yang ada di meja tersebut agar cukup untuk semua orang.
Makanan itu terdiri dari mashed potato, sepotong kecil ayam yang dimasak dicampur dengan jamur, beberapa lembar sayuran dan sepitong roti. Makanan yang cukup terlihat mewah untuk ukuran sebuah 'camp pengungsian'
Dan Megumi mendapat jatah makanan yang sama dengan yang lainnya. Tidak ada yang dibedakan dan tidak ada yang diberi makanan lebih sedikit atau lebih banyak. Semua orang dibagi sama rata, bahkan, tidak ada siapa pun yang berani menyerobot. Baik itu militer dengan s*****a atau rakyat biasa yang renta. Pemandangan yang cukup familiar untuk Megumi yang sudah terbiasa hidup berkelompok dengan klan -nya, merasa kalau ini adalah sesuatu yang dia rindukan.
"Tempat yang luar biasa." Puji Megumi dengan suara cukup pelan.
Malam itu, mereka berempat makan dengan cukup tenang. Tak adaobrolan, tak ada suara lain kecuali sendok dan piring yang saling bersentuhan. Hingga setelah makan mereka selesai, Ellie meembawa Megumi ke sebuah bangunan aula di mana ada banyak sekali tempat tidur satu orang di sana.
"Malam ini, kau bisa tidur di sini, besok. Gutz dan Allende akan menemuimu."
"Bukannya dia bilang setelah makan malam?" Megumi ingat bagaimana pria bernama Gutz itu mengatakan bahwa setelah makan malam, mereka baru bisa bertemu untuk memberikan Megumi semua barang miliknya. Tapi, kenapa malah sekarang berbeda?
"Biarkan mereka. Sekarang, sebaiknya kita berpatroli." ajak Scott sambil menepuk punggung Dean dan dijawab anggukan oleh pemuda dengan janggut tipis di dagunya itu.
_