Wenny tersenyum kecil mendengar suara sosok laki-laki muda yang duduk di sampingnya itu, suaranya terdengar renyah di telinganya. Wenny menduga laki-laki itu sedang dihubungi kekasihnya dan cara bicaranya yang sangat menyentuh. Laki-laki muda itu menoleh ke Wenny dan tersenyum basa basi, dan Wenny membalasnya, tapi dia kikuk dan canggung. “Menunggu seseorang?” tanya laki-laki itu ke Wenny. “Ya, aku sedang menunggu adikku dari Singapore. Pesawatnya delay dan sekarang sudah setengah jam lebih aku menunggu.” “Oh.” Laki-laki itu tertawa menggeleng. “Terbalik dong. Aku justru datang lebih cepat dan sedang menunggu jemputan yang ternyata terkena macet di perjalanan. Katanya ada demo di jalan umum menuju ke bandara.” “Ah, aku nggak tau kabar demo itu.” Laki-laki itu menyodorkan tangan kanan