3. Pertunangan

1640 Kata
Lucas memasuki area ballroom. Dia mendorong Papanya yang berada di kursi roda dan menggandeng Mamanya. Pria itu dapat melihat keluarganya ada di sisi sebelah kiri ballroom. Lucas kemudian mengantar papa dan mamanya di tempat yang sudah disediakan. Dia kemudian duduk di kursi di tengah kedua orang tuanya. Di depannya dia dapat melihat ada 5 kursi kosong. 3 di bagian depan dan 2 di bagian belakang. Lucas sudah dapat menebak untuk siapa-siapa saja kursi itu. Keluarga Irawan mempunyai 3 anak. Yang pertama namanya Ray Irawan, sang pewaris takhta dari Grup keluarganya, yang kedua adalah Luna Irawan, dia juga seorang pewaris takhta Grup namun untuk bidang usaha lain, hanya saja Luna sepertinya tidak tertarik dengan harta keluarganya, dia memilih mengembangkan bisnisnya sendiri. Terbukti dengan majunya bisnisnya bahkan mungkin bisa mengalahkan bisnis keluarganya. Anak ketiga adalah Nana Irawan. Untuk yang 1 itu, Lucas belum pernah bertemu karena memang Nana bersekolah di Singapura. Ibunya, Nabila Irawan adalah seorang sosialita kelas atas negeri ini. Intinya mereka keluarga yang sangat kaya jika harus dibandingkan dengan keluarga Lucas yang hanya pengusaha tambang. Apalagi dengan dirinya yang seorang dokter anak. Tidak lama kemudian lampu sorot bergerak ke arah pintu. Di sana Lucas dapat melihat Ayah Luna yang tengah mengapit lengan putrinya itu. Luna tersenyum ke arah tamu, dia terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna ungu dengan sentuhan putih tanpa lengan. Rambutnya panjangnya ditata mengurai dengan poni tipis disisi dahinya. Riasan wajahnya yang glamor tapi tidak menor itu sangat sempurna. Luna terlihat seperti seorang putri, ah tidak. Luna memang seorang putri. Tanpa sadar Lucas tersenyum melihat Luna. Luna juga tampak membalas senyum Lucas. Biar saja kalaupun dia harus menikah tanpa cinta, setidaknya calon istrinya tidaklah buruk. Sesi perkenalan keluarga pun dimulai. Dimulai dari silsilah keluarga Alexa yaitu keluarga Lucas. Dimulai dari Papanya, Diego Alexa yang merupakan pria keturunan Amerika Latin. Dan Ibunya, Vivi Alexa serta dirinya Lucas Alexa. Kemudian dilanjutkan keluarga Luna yaitu keluarga Irawan. Lucas baru kali ini melihat seluruh keluarga Irawan dan dia sedikit terkagum dengan banyaknya anggota keluarga mereka ditambah dan hampir semua dari mereka adalah pengusaha-pengusaha sukses di negeri ini. Beberapa dari mereka bahkan adalah tokoh berpengaruh di politik negara ini. Lucas menelan ludahnya sendiri agak takjub dengan calon keluarganya ini. Mata Lucas bertabrakan dengan mata Luna yang sedari tadi tampak memperhatikannya. Lucas mengembangkan senyumnya melihat wajah Luna membuat wanita itu kembali menunduk malu. Sesuatu yang sangat disukai oleh Lucas. Wajah tersipu malu Luna. Wanita itu berwajah garang dan bertemperamen tapi kalau sudah senyum malu begitu, dia jadi lebih mirip anak kucing. Mata Lucas kemudian bertatapan dengan mata Ray, kakak Luna. Dia tampak memperhatikan Lucas dari atas sampai bawah. Matanya seolah menyiratkan pesan pada Lucas. Lucas tidak suka dengan tatapan itu makanya ia mengalihkan pandangannya ke MC yang masih berbicara, berpura-pura memperhatikannya. Satu yang tidak Lucas tebak adalah ternyata usia dari adik bungsu Luna. Ketika mendengar bahwa anak itu bersekolah di Singapura, Lucas membayangkan bahwa dia adalah anak kuliahan atau mungkin anak SMA. Lucas tidak menduga bahwa anak itu adalah anak yang kemungkinan berusia 6 tahun. Bagaimana mungkin anak umur 6 tahun bersekolah di luar negeri sedangkan orang tuanya ada di negara lainnya? Orang kaya memang aneh. “Baiklah, sekarang kita akan masuk pada acara inti yaitu pemberian cincin pertunangan dari Lucas untuk Luna. Kepada keduanya silakan maju ke depan,” kata sang MC. Tangan Lucas di genggam ayahnya, membuat pria itu tidak jadi berdiri. Papanya hanya tersenyum sambil menggenggam tangannya. “Papa percaya kamu akan jadi lelaki baik untuk wanitamu. Tolong jaga dia,” kata Papanya membuat Lucas hampir menangis. “Udah Pa, itu udah ditunggu Lucas-Nya,” kata Mamanya. Papanya kemudian melepas tangan Lucas. Lucas kemudian mengelap sedikit air matanya yang tadi sudah tertampung di pelupuk matanya. Lucas berjalan ke depan, berdiri di tengah panggung. Luna juga ikut berdiri dan berjalan ke arah tengah panggung di ikuti adik kecilnya. Nana, adik Luna kemudian memberikan sebuah kotak dari dalam keranjang kecil yang ditentengnya. Lucas mengambil kotak cincin itu dan mengucapkan terima kasih pada Nana sebelum anak itu kembali berlari menuju Ibunya. “Baik, sebelum acara tukar cincin, kita akan mendengar beberapa kata untuk masing-masing mereka pada calon mereka” kata si MC. Gampang, Lucas sudah menghafalnya tadi. Lucas kemudian membuka kotak cincin itu, mengambil cincin itu dan bersiap memasangkan cincin itu ke jari manis Luna. Dia hanya tinggal mengucapkan kembali kalimat yang sudah dihafalnya, tapi kemudian semua kosong. Lucas tidak mengingat satu kata pun. Bagaimana ini? Bagaimana mungkin dia bisa menghafal semua materi kedokteran tapi tidak bisa menghafalkan beberapa kalimat?. Lucas mulai panik. Luna menyadari kalau Lucas panik. “Kamu kenapa?” tanya Luna. “Hah?” jawab Lucas bingung. “Hei.” Luna menggenggam tangan Lucas, mencoba menenangkannya. Lucas seperti tersadar dari lamunannya, dia memandang wajah Luna yang terlihat tenang. “Hobi kamu apa?” tanya Luna. Lucas memandang wanita itu dengan ekspresi bingung. “Jawab aja!” kata Luna lagi. “Main game!” jawab Lucas. “Ya udah, anggap aja kamu lagi ngomong untuk game kamu itu,” kata Luna. Lucas mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum mencoba mencerna kata-kata Luna. “Ya, sepertinya calon laki-lakinya gugup ya,” kata si MC mencoba memecahkan suasana hening di dalam ruangan. Lumayan berhasil karena ada beberapa dari tamu mereka yang tertawa. Lucas menarik nafas panjang mencoba untuk membuat netral rasa paniknya. “Luna, aku harap kedepannya kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak dan lebih lama. Aku ingin kamu selalu ada sama aku di saat kita susah dan senang. Selalu menghabiskan waktuku sama kamu, baik pagi, siang maupun malam. Banyak harapan aku untuk kamu, tapi yang paling penting, aku ingin memiliku dulu. Will you marry me?” kata Lucas disambut dengan tepuk tangan meriah. “Bisa-bisanya kamu melamar wanita pakai kata-kata untuk game,” kata Luna sambil berusaha tersenyum. “Maaf,” kata Lucas lagi sambil tersenyum. Keduanya memang harus tetap tersenyum karena mereka sedang di abadikan si fotografer. Lucas pun memasangkan cincin berlian itu di jari manis sebelah kiri milik Luna. Cincin itu tampak makin cantik di jari lentik Luna. Lucas kemudian mengambil tangan Luna yang sudah bercincin itu kemudian mencium tangan Luna membuat wanita itu agak kaget dengan aksi spontan Lucas. Beberapa tamu bahkan bersorak untuk mereka. Setelahnya mereka berdua kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Papa Lucas menatap Lucas dengan tatapan bangga. Dia berkali-kali menepuk bahu Lucas dengan senyum bangga di wajahnya. Sesuatu yang sangat diharapkan Lucas dari kecil. Di sinilah, di momen penuh dusta dalam hidupnyalah dia baru melihat wajah bangga Papanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan memilih tanggal pernikahan untuk Lucas dan Luna yang akan di adakan bulan depannya. Lucas agak terkejut mendengarnya begitu juga dengan Luna. Mereka tidak menyangka pernikahan mereka menjadi sangat cepat. *** Acara sudah selesai dari tadi, tapi Lucas tidak bisa beristirahat. Matanya masih terbuka sempurna, pikirannya dipenuhi rasa bersalah pada Regina. Wanita itu masih menguasai pikiran dan juga hatinya. Luna memang cantik, tapi Regina tetap masih ada dihatinya dan sepertinya enggan untuk pergi. Lucas berkali-kali menelepon nomor wanita itu tapi tidak ada jawaban. Semua pesan yang dikirimkan ke wanita itu juga tidak dibaca walaupun statusnya sudah di baca. Dia tahu ini mungkin berat untuk Regina, tapi ini juga berat untuk Lucas. Dia ingin Regina tahu bahwa dia sudah berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan Regina disisinya tapi dia tidak bisa. Setidaknya wanita itu harus tahu bahwa wanita itu akan selalu bertakhta dihatinya. *** Lucas kembali bekerja tapi pikirannya tidak fokus. Dia sudah mencari Regina tapi menurut info yang ia dapatkan, Regina tidak masuk hari ini padahal pria itu ingin menjelaskan semuanya pada Regina. Tentang rencana pernikahan tanpa cintanya yang mungkin tidak akan bertahan sampai setahun itu. Dia sudah punya rencana yang akan membuat Luna menceraikannya hanya dalam setahun atau mungkin kurang. Dengan langkah gontai, Lucas masuk ke dalam ruangannya. Lucas menyandarkan tubuhnya di kursi. Entah efek pesta semalam atau karena rasa bersalahnya, yang jelas saat ini dia sangat lelah. Tiba-tiba ponselnya berdering, dengan malas ia meraih benda itu dari kantongnya. Nama Regina muncul dilayar ponselnya. Dengan cepat Lucas mengangkat panggilan telepon itu. “Halo Gin. Kamu di mana? Kita ketemu dulu ya?” Kata Lucas. “Di tempat parkir,” jawab Regina, suaranya terdengar lemah. Tanpa perlu basa-basi lagi, Lucas segera berlari menuju ke tempat parkir tidak peduli ada yang menyapanya atau memanggil namanya. Yang dia inginkan hanyalah bertemu Regina. Lucas mengetok jendela mobil Regina pelan, Regina membuka wajahnya yang ia tutupi dengan tangan. Wanita ini terlihat kacau, matanya bengkak khas mata sehabis menangis, wajahnya juga terlihat pucat. Dengan perlahan wanita itu membuka kunci pintu mobilnya. Lucas segera melesak masuk. Dia segera memeluk tubuh Regina. “Maaf.” Hanya itu yang dapat di ucapkan Lucas. Dia sudah punya kalimat panjang yang akan dia ucapkan pada Regina tapi yang dapat dia katakan sekarang hanya kata maaf. Perlahan Lucas dapat merasakan tubuh Regina yang terguncang. Suara isak tangisnya yang pelan memenuhi mobil. Membuat hati Lucas semakin terluka. “Kamu cinta sama dia?” tanya Regina disela-sela isak tangisnya. Lucas menggeleng. “Kamu tahu aku cuma cinta sama kamu, Gin,” kata Lucas. “Ada hal yang membuat aku harus melakukan ini,” sambungnya. Lucas merengkuh wajah Regina, mengelap sisa air mata wanita yang dicintainya itu. Kemudian mengecup bibir Regina lembut. “Aku akan kembali ke kamu, Gin. Tolong kasih aku waktu setahun aja,” kata Lucas lagi. “Harus selama itu?” tanya Regina. “Aku akan usahakan agar secepatnya aku dapat kembali ke kamu,” kata Lucas lagi. dia kemudian menjelaskan latar belakang kenapa dia bisa bertunangan dengan Luna dan akan menikah dengan wanita itu. Dia meyakinkan pada Regina bahwa tidak ada cinta yang tumbuh antara dia dan Luna dan kalaupun Luna kemudian tumbuh rasa cinta padanya dia berjanji akan membuat cinta itu mati secepatnya. “Aku mohon, tunggu aku,” Kata Lucas lagi sebelum kembali memadukan bibirnya dengan bibir Regina. Tanpa mereka sadari sepasang mata mengawasi mereka dari tadi. Sepasang mata yang sudah penuh dengan emosi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN