Sepuluh menit berlalu, Kinanti merasa jenuh, karena Tantenya tidak kunjung datang. Hingga tepukan di pundaknya membuat Kinan merasa kaget dan membuat Kinan takut untuk menoleh ke belakang. Kinan mencoba mengatur nafasnya, keringat dingin mulai membanjiri keningnya. Dengan perlahan, Kinan mencoba membalikkan badan, ingin mengetahui siapa yang sudah membuatnya ketakutan. ‘Ya Allah semoga Tante Lusi yang menepuk pundak ku,’ ucap Kinanti dalam hati. Setelah membalikkan badan, Kinan merasa lega, karena Tantenya, sudah berdiri dengan senyum mengembang. “Tante ...” Kinan memeluk erat wanita yang masih terlihat muda dan cantik itu. Meski sudah memliki dua anak. Lusi membalas pelukan keponakannya. “Apa kabar Kinan, kamu sangat cantik ya,” ucap Lusi saat Kinan sudah melepaskan pelukannya. “K