Chapter 1

1478 Kata
Prolog Pria berpakaian hitam itu melompat masuk ke dalam kamar melalui jendela balkon. Suasana di dalam kamar itu remang-remang dengan sedikit cahaya. Ada ranjang besar di tengahnya dengan tirai transparan gaya abad pertengahan. Kakinya berjinjit pelan di dalam kegelapan, memeriksa satu persatu laci maupun kompartement lainnya di dalam ruangan itu. Setelah dia mencari hampir setengah jam, dia tidak menemukan benda yang dicarinya. Dia berjalan pelan mengitari tempat tidur bergerak ke arah lemari besar yang berisi banyak pakaian. Dia Lalu menghabiskan waktu beberapa menit untuk memeriksa di sana tapi tetap tidak menemukan benda itu. Ah sial! di mana dia menyimpannya? Batinnya kesal Setengah Mati. Seumur hidup dia belum pernah masuk ke kamar perempuan dengan cara yang paling menjijikan seperti ini. Layaknya seorang pencuri. Jika dia ingin, ada ribuan gadis yang mengantri hingga ke gerbang kota hanya ingin agar dia masuk ke kamar mereka. Beberapa gadis bahkan sengaja melemparkan diri ke atas tempat tidurnya. Namun dia bukan pria murahan yang bisa dengan mudah menyentuh gadis manapun. Tapi malam ini dia masuk ke kamar seorang gadis hanya untuk mencari benda sialan itu. Setelah mencari beberapa menit dia berhenti sejenak, merasa menyesal mengapa dia mengabaikan saran dari asistennya. Sam sudah mengajukan diri untuk melakukan tugas ini namun dia menolak. Dan sialnya alasan itu adalah dia tidak ingin pria lain masuk ke kamar gadis ini. Suara tempat tidur berderit membuyar lamunannya, Dia segera menoleh. Sebuah cahaya emas menyilaukan terlihat dari dalam kelambu itu menarik perhatiannya. Apakah benda sialan itu ada pada gadis itu? Dengan kesal dia perlahan mendekat, dia tidak pernah suka bersentuhan dengan gadis manapun termasuk gadis ini. Langkah kakinya berhenti tepat di sebelah tempat tidur. Karena tempat tidur itu besar dia tidak dapat melihat dengan jelas di mana letak cahaya menyilaukan tadi. Jadi dia berinisiatif naik ke tempat tidur dan mendekat ke tubuh gadis itu. Dia memeriksa di sekeliling gadis itu namun tidak menemukan apapun. Mau tidak mau dia harus mendekat lagi untuk memeriksa setiap inci di tubuh gadis itu. Apakah itu berupa sebuah kalung? Dengan menggertakkan gigi karena marah dia mendekati d**a gadis itu tempat di mana benda sialan itu kemungkinan ada. Namun pemandangan yang dilihatnya ternyata membuat bibirnya dan kerongkongannya seketika kering. Gadis ini hanya mengenakan gaun tipis. Tidak itu tidak bisa disebut gaun, itu hanya selembar kain transparan. Penutup d**a merah darah bermain di matanya. Dalam kegelapan dia bahkan bisa melihat renda-renda bunga itu menutupi dua puncak bukit yang membuat dia tanpa sadar menelan ludah. Tidak, ini tidak baik. Dia merasa jantungnya seperti diiris-iris dan berdebar kencang. Tatapannya kemudian turun ke perut yang rata dan putih mulus itu. Semakin dia melihat semakin kering mulutnya. Ah, mengapa pikirannya sekacau ini? Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya dihadapan wanita manapun. Mengapa di depan gadis ini Dia kehilangan integritas dasarnya sebagai seorang pria terhormat. Dia memutuskan untuk pergi karena tidak menemukan apapun. Namun sebelum sempat dia bergerak menjauh sebuah tangan menarik lehernya hingga dia jatuh di tempat tidur. Lalu dia merasakan gadis itu bangkit dan menimpa tubuhnya. Gadis ini memeluknya sangat erat hingga dua bukit kembar itu menempel di dadanya. Hangat dan kenyal. Sialan! Jantungnya hampir melompat keluar. Apa yang dilakukan gadis ini? apakah dia ketahuan sekarang? Bastian hanya bisa menahan nafas agar tidak berisik. Namun pipi gadis itu membelai dadanya, membuat dia merasa ada desiran halus keluar entah dari mana. Dan gadis ini memeluknya sangat erat lagi. Seakan belum cukup gadis ini kemudian mendesah. Dia berpikir di dalam hati, Apakah seorang gadis juga akan mengalami mimpi basah? "ibu..." lirihnya kemudian. Ternyata gadis ini bukan mendesah tapi dia sedang menangis di dalam mimpinya. Tangis gadis itu semakin keras. Bastian tidak punya pilihan selain memeluk dan mencoba menepuk punggungnya untuk menenangkan gadis itu. Benar saja setelah dipeluk, tangisannya mereda dan dia kembali tidur dengan pulas. Bastian bergerak perlahan dan melepaskan gadis itu, meletakkannya di tempat tidur dan menyelimutinya. Kemudian dia perlahan turun dari tempat tidur dan berjinjit menuju jendela balkon. Dia merasa sangat kesal malam ini, dia tidak menemukan apapun, tapi malah ditindas oleh gadis itu. Dasar Risya sialan!Aku akan membuat perhitungan denganmu. *** Hotel SunMoon, Saint Lucia. Seorang lelaki muda menggunakan setelah Tuxedo hitam dipadu kemeja putih masuk dengan gagah ke dalam Aula. Tubuhnya yang tinggi dan atletis bak dewa yunani terlihat sangat mempesona dibawah cahaya lampu hotel yang semarak. Ketika ia berjalan mendekat wajah tampannya mengubar senyum yang bisa mengacaukan dunia. Dari jauh Risya melihatnya dengan semringah, lelaki itu berjalan ke arahnya yang berada ditengah aula, dialah yang menjadi bintang hari ini, dan hari ini adalah hari pertunanganan mereka. Ketika tatapannya mendarat di wajah Risya yang tampak anggun dalam balutan gaun berwarna gading, wajah itu sama sekali tidak tampak bahagia. Risya menunggu sedikit lebih lama, namun lelaki ini hanya berdiri diam dengan acuh tak acuh. Melihat keheningan itu, beberapa tamu mulai berbisik, pada saat itulah Oscar mulai bicara, "Risya, maaf hubungan ini tidak bisa dilanjutkan." Kata-kata itu jatuh ke telinga semua orang. Tidak terlalu keras namun cukup untuk di dengar hampir semua tamu vvip di aula besar itu. Ada banyak pengeras suara di sekeliling ruangan, jadi meskipun letaknya jauh di tengah aula, hampir semua tamu bisa mendengar karena ada pengeras suara disana. Ada lebih dari seratus tamu yang hadir disini. Lebih dari separuhnya adalah rekan bisnis keluarga Steel dan sisanya adalah keluarga dekat. Kegembiraan yang sejak tadi berputar di sekitar aula mendadak diam dan penuh ketegangan. Wajah tampan oscar tampak tenang tidak menimbulkan riak apapun. Seolah tidak ada jejak penyesalan. Risya segera bertanya dengan kaget. "Oscar, apa maksudmu?" Wajahnya berubah pucat. Tenggorokannya kering dan dia segera merasakan firasat buruk. "Aku tidak bisa menikah denganmu." Jawabnya pelan dan tenang. Seolah badai sebesar ini bukan masalah besar baginya. Kerumunan para tamu vvip mulai bergejolak, bagaimana itu bisa terjadi hari ini? Risya menelan ludah dengan susah payah. "Tapi hari ini kita…?" Kata-katanya terputus ketika Oscar langsung memotongnya dengan cepat. "Aku ingin membatalkannya. Maaf jika itu terjadi hari ini. Seharusnya aku mengatakannya lebih awal." Respon Oscar dengan santai, tidak ada jejak kesedihan atau penyesalan. Gelombang riuh para tamu kembali bergema. Wajah apa yang dimiliki Emerald Steel group jika lamaran itu batal tepat di hari H? "Bolehkah aku tau alasannya?" Risya bertanya dengan suara tercekat, ia berusaha menahan gejolak emosi dan tangis disaat yang bersamaan. Gadis mana yang kuat ketika calon suami mereka membatalkan lamaran di hari pertunangan? "Gadis cacat tidak di terima di lingkaran sosialita Saint Lucia." Bisiknya pelan. Kata-kata itu segera menimbulkan nyeri hebat di ulu hatinya. Gadis cacat? "Tapi dokter bilang aku akan segera sembuh." Balasnya lirih. Ini sudah bulan keempat pengobatannya, dokter bilang dalam waktu kurang dari sebulan dia akan kembali normal. Oscar tidak menjawab, namun dia berbalik ke arah Pamannya, Rudy yang berdiri tak jauh dari Risya. "Sebenarnya, aku juga tidak mungkin menikahi putri angkat keluarga Steel, bukan? ini juga tidak adil bagiku. Benarkan Tuan Rudy?" Putri angkat? Hanya keluarga terdekat yang tahu bahwa ia adalah putri angkat, bagaimana orang luar bisa tau? Kali ini ia tidak lagi memiliki peluru untuk menyerang. Pertunangan ini sebenarnya adalah transaksi bisnis namun dibalik semua itu, Risya telah lama menyukai Oscar. Sejak mereka sama-sama menempuh studi di kampus. Oleh karena itu, meskipun disebut pion bisnis, Risya secara pribadi tidak keberatan sama sekali. "Tuan Oscar, kami juga baru saja mengetahui bahwa Risya adalah anak angkat adikku, Lilian..." Rudy berusaha membujuk. "Apapun itu, saya tidak bisa melanjutkan pernikahan politik ini." Potong Oscar tidak sabar. Dia mengeluarkan kotak beludru berwarna biru gelap dan memainkan kotak itu ditangannya. "Paman, jika itu alasannya. Saya tidak bisa membantah." Risya akhirnya menjawab dengan pasrah. Suaranya semakin parau menahan tangis. “Tidak perlu memaksakan diri, masih ada Mikha dan yang lainnya. Mengapa harus gadis ini?” Bujuk Bibinya, Sofia dari belakang. “Dia sendiri yang menawarkan diri seminggu yang lalu.” Jawab Rudy dengan wajah muram. “Itu benar, aku sejak awal ingin menolak ide ini. Di keluarga kita masih banyak putri kandung. Mengapa harus putri angkat?” Ernest, pamannya yang lain ikut menimpali. Sementara itu semua orang terdiam dan acara yang seharusnya bahagia menjadi sangat canggung. Gelombang kejutan kedua muncul. Siapa yang menyangka bahwa putri tunggal pemilik Steel group mengadopsi seorang anak. "Aku merasa ditipu." Potong Oscar dengan suara dingin. Rudy sedikit gugup dan berfikir keras. Ini adalah masalah pertama yang dia hadapi setelah mengambil alih tampuk kekuasaan dari ayahnya yang kini telah pensiun. Perjodohan ini pun adalah idenya. "Tuan Oscar, tidak ada satu orangpun yang berniat menipu anda. Saya juga tidak ingin hal seperti ini terjadi." Jawab Risya pelan. Oscar meliriknya dengan tatapan dingin. "Kalau begitu sudah beres. Saya tidak bisa melanjutkan urusan bisnis dengan pihak Emerald Steel group" "Saya tidak bisa menikahi gadis yang asal usulnya tidak jelas." Lanjutnya lagi. Kalimat ini sangat menusuk, semakin membuat nyeri di d**a Risya. Matanya mulai perih. Tangannya yang menggenggam sandaran kursi roda mengepal dengan erat hingga buku jarinya memutih. "Paman, kalau begitu biar aku saja." Sebuah suara selembut air muncul di belakang Risya. Semua orang menahan napas ketika gelombang kejutan lainnya muncul.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN