Kedua orang tuaku datang ke ruang tengah setelah mendengar cucu mereka menangis. Mereka terkejut juga ketika melihat mas Haikal yang meringis menahan sakit, sambil memegang pinggang kirinya. “Haikal, Manda, ada apa?” tanya papa dan mama bersamaan. “Pasya saking senangnya bisa digendong papanya lagi, langsung heboh dan gerakannya itu menimbulkan nyeri di pinggang mas Haikal yang terluka itu,” sahutku. “Oh, begitu. Ya sudah, kita antar Haikal ke rumah sakit. Supaya diperiksa lukanya. Misal ada apa-apa, bisa langsung diobati,” ucap papa, yang kemudian melangkah menghampiri mas Haikal. “Ayo, Haikal!” “I-iya, Pa.” Mas Haikal dengan perlahan beranjak dari sofa, dengan dibantu oleh papa. “Kamu di rumah saja, Manda. Pasya mana mau kamu tinggal dalam keadaan menangis,” titah papaku. “Iya, Man