Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Kalian sepertinya sudah akrab satu sama lain, ya,” ucap Tante Retno, yang kini menatapku dan Siska bergantian. “I-iya, Ma. Aku dan Amanda sedang diskusi sebentar,” sahut Siska dengan senyum canggung di bibirnya. “Diskusi? Diskusi apa?” tanya Tante Retno dengan kening yang berkerut. “Diskusi tentang bisnis, Tante. Siska akan memulai bisnis jualan mpek-mpek, untuk tambahan penghasilan,” sahutku yang sengaja menyebutkan kata ‘tambahan’ agar Tante Retno tak tersinggung. Bagaimana pun keluarganya termasuk keluarga berada. Jadi kalau aku bilang untuk biaya pengobatan anaknya Siska, sudah pasti dia akan murka padaku. Pada dasarnya sudah tak suka denganku, lalu ditambah tersinggung pula maka habis lah diri ini dimaki-maki olehnya. “Oh, bagus itu. Mpek-mpek di rumah makannya Amanda enak lho,”