“Ada kamu kan, Mas. Jadi kalau Meta akan berbuat yang macam-macam, kamu bisa mencegahnya. Jadi bagaimana? Kapan kita menjenguk Meta?” ucapku dengan tatapan serius pada Mas Haikal. Mas Haikal bergeming. Dia sepertinya sedang menimbang apakah akan menuruti keinginanku atau tidak. Hingga terdengar deru mobil memasuki halaman rumah kami. Aku dan Mas Haikal sontak melangkah keluar rumah untuk melihat siapa yang datang. Rupanya kedua mertuaku yang datang. “Assalamualaikum.” Kedua mertuaku menyapa kami setelah mereka keluar dari dalam mobil. “Wa’ alaikumsalam,” sahutku dan Mas Haikal secara bersamaan. “Pasya ke mana? Lagi nonton TV, ya,” tebak ibu mertuaku setelah mencium pipi ini. “Pasya sudah tidur, Bu. Dia tadi tertidur saat masih di mobil.” Aku menjawab pertanyaan beliau setelah membal