Flower 27

1483 Kata

Menjelang pukul empat sore aku dan Bu Rukiyah tiba di desa tujuan. Suasana desa ini tidak seramai desa tempat tinggalku. Kata Bu Rukiyah kebanyakan orang-orang desa ini bekerja sebagai petani di sawah. Setelah dari sawah semua orang akan masuk rumah masing-masing dan jarang keluar rumah kecuali ada kepentingan mendesak. Becak yang dikayuh pria paruh baya yang belakangan aku tahu bernama Pak Herman berhenti di depan sebuah rumah bergaya joglo. Bentuk rumahnya persis seperti rumah-rumah rakyat jelata dalam film kolosal. Pagar rumahnya terbuat dari kayu yang mudah dibuka. “Ayo, Mbak Monic,” ujar Bu Rukiyah karena aku tak kunjung masuk meski pagar telah dibuka. “Oh, iya. Pak Herman tunggu di sini ya,” kataku. “Saya tunggu sambil tiduran di bawah pohon mangga itu ya, Mbak,” jawab Pak He

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN