Lian tersenyum pada pria berpakaian rapi yang sedang duduk menunggunya di salah satu meja VVIP restoran. Pria tua yang dia kenali dan masih dia ingat hingga kini. Karena pria itu adalah ayah dari gadis yang dia cintai. “Pak Akmal,” sapanya seraya mengulurkan tangan. Pria di depannya itu langsung menjabat tangannya. Senyuman lebar terkembang di wajah keriputnya. “Oh... Pak Altair. Akhirnya saya bisa ketemu sama Pak Altair juga,” balasnya. Lian tersenyum lalu mengangguk saat Pak Akmal mempersilahkannya duduk. “Pak Altair ternyata masih muda sekali. Berapa usia Anda, Pak? Sepertinya Anda sebaya dengan putri saya.” Lian membalas ucapan Pak Akmal hanya dengan senyuman kecil. “Bisa kita mulai meetingnya sekarang?” ujarnya. “Oh... tentu Pak Altair.” “Maaf kalau saya harus terburu-buru. Soa