Kekeliruan

1015 Kata
Wanita itu terlihat menghampiri kedua orang yang sedang berada di ruang tamu dengan langkah kasar. Plak! Satu tamparan keras berhasil mendarat dipipi kanan Dayana, Alex yang menyaksikan hal tersebut tampak sangat panik dan mulai naik pitam. "Maria Sena! Kamu sudah gak waras, Hah? Kenapa kamu tampar Yana?" tanya Alex yang tidak paham dengan jalan pikiran Sena yang datang ke tempatnya dengan membawa keributan. "Kalian ada hubungan kan? Kamu sok-sokan menyelidiki aku sama Richard, tau-taunya kamu sendiri malah yang berselingkuh di belakang aku!" ujar Sena dengan wajah yang sudah memerah. Alex maupun Dayana terlihat menganga mendengar ucapan Sena, beberapa menit mereka terdiam lalu tertawa kencang. "Sepertinya kamu salah sangka deh, Sen. Aku sama Alex gak ada hubungan apa-apa kok, kita lagi ngobrolin soal papaku, Pak Richard," ucap Dayana dengan polos. Alex menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia benar-benar tidak tahu mengapa ia harus berhubungan dengan wanita-wanita seperti ini yang satu bikin pusing dan yang satunya lagi polos. "Ohh, jadi kamu anaknya Richard?" tanya Sena dengan sorot mata yang berapi-api, setiap kali ia mengingat betapa harmonisnya keluarga Richard, ia ingin sekali melenyapkan anaknya. "Dan ohh kamu yang jadi selingkuhan Papaku?" tanya Dayana balik dengan ekspresi datar sambil melipat kedua tangan didadanya. Sepertinya Alex sedang dalam masa uji kesabaran, pasalnya ia berada ditengah-tengah wanita garang yang susah diatur dan pasti semua orang sudah paham bahwa memisahkan wanita yang sedang bertengkar adalah hal nekat. Ketika wanita sedang bertengkar, tidak ada yang lebih baik selain mengubur diri sendiri daripada mendengar ocehan mereka yang seperti kecepatan cahaya. "Sudah, sudah ayo kita duduk dulu. Aku menyiapkan beberapa bahan makanan di kulkas, apa kalian mau makan?" tanya Alex berusaha sebaik mungkin di hadapan mereka berdua, namun na'as bujukan itu sepertinya tidak manjur untuk mereka berdua. "Aku gak sudi duduk ama cewek kecentilan kayak dia," ucap Sena dengan ekspresi yang tak dapat diartikan. "Iya aku juga gak sudi duduk sama pelakor kayak dia! Penghancur rumah tangga orang," kata Dayana dengan sorot mata tajam, kalau saja tidak ada Alex dan mereka berada di luar pastilah mereka sudah berada di tengah keramaian dengan jambak-jambakan dan menjadi tontonan publik. "Ck, anak tidak diakui saja bangga, Richard hanya mengenalkan dua anak laki-lakinya yang tinggal di Indonesia, dia malah tidak pernah bercerita padaku bahwa punya anak perempuan, sepertinya ini akan menjadi berita besar jika publik tahu." Sena mengucapkan itu dengan wajah penuh kemenangan. Sedangkan Dayana yang mendengar semua perkataan Sena tentu saja syok, pantas jika resepsionis yang bekerja saat itu tidak tahu bahwa Richard mempunyai anak perempuan. Dayana terdiam mendengar perkataan tersebut kemudian keluar dari kamar Alex, pemuda itu hanya bisa pasrah setidaknya tidak terjadi pertengkaran dimana ia harus terlibat. "Duduklah!" ucap Alex dengan nada dingin menyuruh wanita keras kepala itu untuk berkomunikasi dengan hati yang tenang. Sena menuruti pemuda itu kemudian duduk di sofa empuk yang berada di dekatnya. Untuk beberapa saat mereka terdiam, tidak ada satu pun yang mencoba untuk membuka percakapan di ruangan tersebut. "Kamu kenal sama Mbah Momo?" Alex membuka percakapan dengan harapan semua masalah dapat mereka selesaikan dengan baik di sini. "Mbah Momo? Dia siapa?" tanya Sena masih berpura-pura tidak tahu dengan apa yang dimaksudkan oleh Alex. Bahkan wajahnya sedikit memerah dikulitnya yang pucat. Rambut panjang berwarna merah itu ia gunakan untuk menutupi sebagian wajahnya agar tidak terlihat bahwa ia sedang gugup. "Aku udah tahu semuanya, mau sampai kapan kamu berbohong? Bohong itu adalah suatu hal yang bisa membuat seseorang menjadi candu, jangan berpikir kalau kamu berbohong hari ini maka ke depannya kamu bisa terus jujur," ucap Alex, pemuda itu masih enggan untuk melihat wajah Sena, setiap kali ia melihat wajah mungil tersebut ia semakin membenci dirinya sendiri yang tidak bisa membuat Sena lupa dari dendamnya. "Apa yang kamu tau tentang hidup aku, Lex? Jangan mentang-mentang kamu kenal aku dari kecil kelakuan kamu malah kayak gini, sok tahu semua yang aku lakukan." Setelah mengatakan itu, Sena langsung pergi dari tempat itu, Alex hanya bisa memijat keningnya dengan pelan. "Seharusnya aku tidak dilimpahkan amanat yang sangat sulit seperti ini," ucap Alex dengan frustasi. Sementara disisi lain, Dayana hari ini berniat untuk segera pulang ke Australia. Ia tidak ingin berlama-lama di Indonesia karena Richard yang seperti tidak menginginkannya, ia seperti orang bodoh yang menguntit orang tuanya, namun orang tuanya saja tidak ingin mengakuinya sebagai seorang anak. "Seperti rasanya aku tidak memiliki orang tua, mereka begitu egois. Lebih mementingkan reputasi daripada anaknya sendiri, pantas saja aku tidak boleh ke Indonesia dari dulu," gumam Dayana yang masih duduk menunggu kedatangan pesawat. Sekarang ia paham bahwa Richard dan istrinya tidak menginginkan dirinya di sini, ia dibiarkan hidup sendiri di Australia menjalani hari-hari tanpa sosok orang tua disisinya selama bertahun-tahun sampai ia diusia berkepala dua. "Aku sangat menyayangi papa dan mama, tapi bagi mereka aku hanyalah seorang penggemar tanpa arti, mereka kira menyodorkanku dengan banyak uang bisa menggantikan posisi mereka sebagai orang tua?" tanya Dayana dengan wajah sedih sambil melihat pesawat di luar jendela. Ia masih tidak percaya bahwa memang seharusnya ia berdiam diri di Australia dan menganggap papanya adalah orang yang baik, ia tidak perlu tahu bahwa papanya adalah seorang pemain hati, ia juga tidak perlu tahu bahwa ternyata papanya tidak pernah membicarakan dan mengakuinya di depan publik. "Seharusnya aku tidak di sini, memang seharusnya aku tidak pernah mendengar dan berpura-pura bodoh agar semuanya baik-baik saja." Dayana hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar, semuanya sudah terjadi dan ia sudah tahu bagian terburuk hidupnya ketika kenyataan seolah menyadarkannya, ia bukanlah anak yang diinginkan oleh keluarganya. Beberapa menit lagi pesawat yang ditumpanginya akan berangkat, Dayana pun sudah berada di dalam pesawat dengan nyaman. Di dalam sana ia hanya sendirian, ia juga belum mengabari Alex bahwa dirinya akan pulang ke Australia hari ini. Tidak lama pesawat yang ditumpangi Dayana pun lepas landas meninggalkan daratan, di dalam sana gadis berhidung mancung tersebut hanya melihat keluar jendela dengan pikiran yang berkecamuk, mungkin hari ini adalah hari terburuk untuk dirinya, mamanya juga berniat akan menggugat cerai Richard karena mendengar mengakuan dari Alex. Namun, ketika sedang melamun, pesawat yang ditumpangi Dayana seperti kehilangan kendali, semua orang yang berada dalam pesawat pun berteriak histeris termasuk Dayana yang ikut panik kala itu. Beberapa pramugari terus berusaha menenangkan para penumpang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN