Pilihan Sena 1

1058 Kata
Dayana melangkah keluar kantor tersebut dengan wajah lesu seperti orang kehilangan energi yang sangat banyak. Namun, tiba-tiba tangannya ditarik cepat untuk mengikuti seseorang ke dalam gedung itu lagi membuat Dayana panik. "Eh ini apa-apaan? Lepasin aku!" kata Dayana yang terseret-seret. Orang-orang yang berlalu-lalang di tempat itu tampak menatap mereka heran karena pagi-pagi sudah membuat kehebohan seperti itu. "Alex?" gumam Dayana yang baru sadar yang menarik tangannya sedari tadi adalah Alex bukan lagi orang asing. Mereka memasuki lift, di dalam lift hanya ada Alex dan Dayana saat ini. Dayana sempat bertanya-tanya dalam hati mengapa Alex membawanya kembali masuk lagi dan apa urusan Alex di kantor papanya? Baru saja Dayana ingin mengutarakan pertanyaannya, Alex seakan tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Dayana. "Lihat saja apa yang akan terjadi, papa kamu sudah diluar batas, Na. Maafkan aku kalau nanti terjadi sesuatu yang tidak mengenakan dipenglihatan kamu," ucap Alex yang memilih untuk meminta maaf pada Dayana, ia tahu bahwa Dayana sangat menyayangi Richard, namun Richard tetaplah Richard pria yang tak tahu diri. Sebenarnya, Dayana sedikit bingung dengan maksud Alex, namun yang ia lakukan adalah hanya mengangguk mencoba paham saja apa yang dikatakan pemuda yang berdiri di sampingnya itu. Ketika lift terbuka mereka langsung menuju ruangan di mana Richard berada biasanya. Dayana sempat bingung mengapa Alex lebih tahu ruangan Richard daripada dirinya. Namun, tidak ingin banyak bertanya, sekali lagi Dayana lebih memilih untuk diam dan melihat apa yang dilakukan oleh Alex kali ini. Tidak ingin berbasa-basi, pemuda berahang tegas itu langsung memasuki ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Benar saja, ketika mereka memasuki ruangan tersebut tampak Richard yang sedang diobati oleh seorang perempuan yang seusia dengannya. "Mama? Papa kenapa?" tanya Dayana yang berlari kecil menghampiri kedua orang tuanya, ia terlihat sangat panik sampai lupa kedatangannya ke Indonesia bukanlah untuk mengkhawatirkan papanya melainkan mencari tahu apa yang membuat papanya itu tidak menginginkan dirinya ke Indonesia. "Yana? Loh kok kamu bisa di sini, Nak? kapan sampai? Kenapa tidak mengabari papa?" tanya Richard yang terlihat khawatir sambil menutupi memar dipelipisnya yang tentu saja Alex tahu itu perbuatan siapa. "Pertanyaan tidak penting! Dasar laki-laki tidak tahu diri! Sudah berumah tangga tapi masih asik selingkuh sana sini sampai perempuan lain hamil," ujar Alex yang membawa secarik amplop tersebut dan melemparnya ke meja kerja Richard, tentu saja hal ini membuat Richard memucat. Pria paruh baya itu tidak menyangka jika Alex akan membongkarnya di depan anak dan istrinya itu. Benar-benar suatu penghinaan harga diri saat ada seseorang yang membongkar aibnya di depan keluarganya sendiri terlebih istri dan anaknya. "K-kamu! Kamu pikir kamu siapa bisa memfitnah saya? Kamu ini anaknya Georgia dan Frans kan?" tanya Richard mencoba membawa-bawa orang tuanya. "Anda sudah tahu siapa saya, mengapa berbasa-basi seperti itu? Apa tonjokkan saya kurang keras untuk menghajar anda?" tanya Alex dengan nada dingin. Dayana maupun wanita paruh baya di samping Richard tampak kaget dengan perkataan pemuda itu. "M-maksud kamu apa, Lex? Kamu kenapa bilang hal semacam itu sih? Maksud kamu apa?" tanya Dayana mendekati Alex dengan tatapan bingung, ia masih ragu dan berharap bahwa pendengarannya salah. "Papa kamu hamilin Sena, Na. Maaf aku harus bilang ini, tapi ini kenyataan. Aku juga sempat tidak percaya, tapi itulah adanya dengan surat yang di dalam amplop itu udah jelas bahwa Sena mengandung anak si b***t ini. Diperut Sena ada saudara kamu," kata Alex dengan tegas ia masih menatap Richard dengan tatapan elangnya. "Hah, ini gak mungkin! Alex tolong bilang sama aku kalau ini bohong! Kamu bohongkan? Iya kan? Papa aku orang baik tidak mungkin begitu," kata Dayana dengan nada tinggi, sementara wanita paruh baya yang ia panggil dengan sebutan ibu hanya bisa terdiam dengan wajah syok dan perlahan menitikkan airmatanya. Richard yang sudah Tidak bisa berkata apa-apa lagi langsung menyeret Alex keluar ruangan. Ia benar-benar seperti pencuri yang tertangkap basah di depan keluarganya. "Lepasin! Saya gak ingin tangan kotor anda menyentuh saya!" tegas Alex dengan tatapan tajamnya. Mereka berjarak hanya sekitar satu meter, Alex menghempaskan tangan kekar Richard dari pergelangan tangannya. "Kamu berani ya sama saya? Mau saya cabut saham saya dari perusahaan orang tua kamu? Nekat sekali kamu mencampuri urusan saya," kata Richard yang berbicara sepelan mungkin. Ia bisa malu jika para karyawannya tahu kelakuan bejatnya tersebut. Alex menatap sekeliling tempat tersebut kemudian tersenyum mengejek Richard yang tampak ketakutan, Alex tahu benar bahwa Richard lebih mementingkan popularitas dan anggapan orang padanya dari pada sesuatu yang seharusnya diprioritaskan. "Memangnya anda kira dengan uang, anda bisa menutup mulut semua orang? Dasar laki-laki picik, jauhin Sena atau saya akan mengumumkan ini semua kepada publik? Seorang pengusaha ternama di Indonesia menghamili seorang gadis dan tidak ingin bertanggungjawab," ujar Alex membuat suatu gambaran dengan kedua tangannya sambil tersenyum mengejek. Richard terlihat gugup dan keringat dingin terbukti dengan keringat yang mulai bercucuran membuat Alex hampir saja tertawa, rupanya mudah sekali membuat pria tua itu ketakutan. "Baiklah, apapun yang kamun inginkan akan saya turuti, tapi saya mohon, cukup kedua orang itu saja yang tahu jangan sampai karyawan saya dan juga publik yang tahu. Apa bisa kamu berjanji?" tanya Richard mencoba membuat Alex berjanji untuknya, namun Alex hanya tersenyum kesal, kemudian menonjok pria tua itu untuk kesekian kali lalu ia pergi dari hadapan Richard. "Dasar anak kurang ajar! Awas aja kamu!" ujar Richard dengan wajah memerah menahan amarah. "Bapak tidak apa-apa?" tanya dua orang karyawan yang kebetulan lewat di depan ruangannya sambil membantu Richard beridir dari posisinya yang tersungkur karena hantaman dari Alex yang cukup membuatnya jatuh. Sementara disisi lain, Sena menatap ragu ke arah pintu berwarna putih yang berada di hadapnnya ini tampak tak yakin dengan keputusannya, namun ia tidak sanggup bila harus hidup dengan derita sepanjang umurnya yang akan ia lihat terus sampai ia meninggal nanti, ia belum siap dengan kesalahan tersebut. Sena pun akhirnya memberanikan dirinya untuk memegang tuas pintu kemudian membukanya dengan penuh ketakutan. Sebenarnya banyak pertimbangan yang ia pikirkan jauh hari sebelum dugaannya menjadi kenyataan. Namun, baru sekarang ia melangkah seberani ini ke tempat yang tidak seharusnya. Keringat dingin mulai bercucuran didahi Sena, ia berkali-kali menghembuskan nafasnya dengan gugup. "Ya, silakan duduk," ucap perempuan berambut panjang dan berjas putih tersebut, wajahnya tidak begitu ramah dan lebih banyak diam setelah Sena berada di hadapannya. "Benar dengan ibu Maria sena?" tanya wanita itu dengan sedikit gugup. Sena mengangguk membenarkan, jantungnya berdebar kencang karena hal ini. Ini sudah berapa tempat yang ia datangi dan Sena berharap bahwa ini adalah tempat yang bisa menerima dan melakukan keputusannya itu dengan baik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN