PG - 03

1078 Kata
Gaven memasuki ruangannya dengan rasa malasnya. Sebenarnya Gaven malas bekerja hari ini, namun, dirinya harus terpaksa bekerja dengan menampilkan sebagai boss yang baik hati, akan menyambut sekretaris barunya.                 Beberapa hari yang lalu, memang dirinya minta dicarika seorang sekretaris baru pada HRD. Mengingat sekretaris lamanya sudah Gaven pecata. Dengan kurang aajrnya sekretaris lamanya itu, merayu Gaven dan membuka pakaiannya di hadapan Gaven. Berharap Gaven suka gitu dengan tubuhnya. Gaven tidak suka dengan w************n. Ingat itu.             “Malas banget gue harus ke kantor hari ini. Mending di rumah tidur sampai sore,” ucap Gaven menghempaskan bokongnya di atas kursi kebesaran miliknya.             Gaven memang berbeda dengan ayahnya dan kembarannya yang rajing sekali datang ke kantor dan bekerja sampai malam terkadang. Gaven adalah tipe orang yang malas, dan maunya enjoy aja dan nggak boleh tersiksa kali dengan pekerjaan.             Walaupun Gaven suka malas bekerja, dirinya juga tidak akan kekurangan uang sedikitpun. Mengingat dirinya juga pewaris Harrison Group dan juga memiliki beberapa kafe yang sudah tersebar di berbagai daerah. Gaven rencananya, juga mau membuka sebuah distro mana tahu bisnisnya itu nanti sukses juga seperti kafe miliknya.             Gaven mendengar pintu ruangannya diketuk dan dirinya menjawab dengan kata masuk. Biar orang di luar segera masuk dan tidak berisik mengetuk pintu ruangannya terus menerus. Gaven yakin, kalau yang  mengetuk pintu adalah sekretaris barunya.             “Siang Pak. Ini sekretaris baru anda, namanya Kim Heura.”             Gaven mengangguk dan memainkan ponselnya, mendengar ucapan Dini—ketua HRD di perusahaann miliknya, membuat Gaven mau tidak mau menyingkirkan ponselnya, dan menatap pada Dini dan juga sekretaris barunya yang namanya Kim Heura. Gaven tertawa geli, karena nama sekretaris barunya seperti nama orang Korea.             Gaven dan sekretaris barunya saling terkejut menatap satu sama lain. Gaven terkejut mendapati, kalau sekretaris barunya adalah gadis yang ditemuinya seminggu lalu dan mengatakan dirinya adalah seorang pelayan kafenya sendiri.             Sedangkan gadis yang bernama Kim Heura kaget melihat siapa boss-nya di perusahaannya sekarang. Lelaki yang disangkanya seorang pelayan, dan Heura sudah menghina lelaki itu dan tidak percaya lelaki itu adalah orang kaya. Heura merasa sangat malu sekali. Ternyata memang benar dia orang kaya.             Salah Heura juga, tidak melihat kartu nama yang diberikan oleh lelaki itu seminggu yang lalu. Heura main buang saja dan mengatakan tidak penting. Ternyata … matilah dia.             “Heura, kamu akan menjadi sekretaris Pak Gaven mulai sekarang, saya harap, kamu nggak bakalan kayak sekretaris Pak Gaven yang lain.” Dini berpesan pada Heura dan memohon undur diri pada Gaven, karena dirinya untuk kembali ke ruangan kerjanya.             Gaven mengangguk, dan berdiri dari tempat duduknya setelah Dini pergi dari ruangannya. Gaven menghampiri Heura dengan langkah pelannya, dan menekan remot di atas mejanya, agar pintu ruangannya terkunci.             Heura mencoba untuk mundur dan merasa gugup ditatap dengan intens oleh Gaven. Sial. Dirinya terjebak dalam ruangan bersama dengan pria yang dihinanya selama seminggu kemarin. Heura merasa sangat menyesal, tidak percaya dengan pria itu. Seharusnya dirinya percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.             “Kau masih tidak percaya, kalau aku adalah orang kaya?” tanya Gaven, menyudutkan Heura ke dinding dan tersenyum manis pada gadis itu. Gaven mengukung Heura, dan membuat Heura tidak bisa bebas dari kukungan Gaven.             “Maaf. Aku tidak percaya kemarin,” ucap Heura pelan. Dan takut Gaven akan memecat dirinya, di hari pertamanya bekerja.             Heura susah payah untuk masuk ke perusahaan ini. Karena perusahaan ini yang menjanjikan gaji yang sangat besar dan membuat Heura tidak perlu bingung membayar angsuran mobil dan angsuran apartemennya ke mana lagi.             Heura sudah berjanji pada orangtuanya untuk mandiri. Dan mandiri yang dimaksu oleh orangtuanya, berarti Heura harus menanggung semua kebutuhannya, termasuk tempat tinggal dan kendaraan. Keluarga Kim tidak akan membantu setiap anggota keluarga ingin mandiri.             “Kau sangat cantik. Aku ingin menciummu sekarang, tapi, kau bukan siapa-siapaku. Kau mau menjadi kekasihku?” tanya Gaven tersenyum pada Kim Heura.             Heura yang mendengar pertanyaan Gaven, mendorong tenaga pria itu sekuat mungkin dan menatap pria itu dengan tatapan kesalnya. Ternyata Gaven masih sama. Sama-sama menyebalkan. Dan Heura tidak akan mau menjadi kekasih pria itu. Tidak akan pernah mau.             “Saya tidak mau. Saya di sini mau bekerja bukan menjadi kekasih anda!” ucap Heura dengan nada kesalnya.             Gaven tertawa mendengarnya dan mengangguk. Siapa juga yang mengatakan Heura jualan cabe di sini. Gaven menjilat bibirnya dengan gerakan seksinya. Mana tahu Heura khilafa dan memerkosa dirinya. Gaven akan senang hati diperkosa oleh Heura, setelah itu dirinya bisa menikah dengan Heura.             “Kamu memang bekerja di sini. Kamu bisa menjadi kekasih dan sekaligus sekretarisku. Atau kamu mau aku langsung melamar dirimu. Kita nggak usah pacaran, nanti nambah dosa. Jadi, kita langsung menikah saja,” ucap Gaven dengan tatapan harapannya dan dijawab ya oleh Heura.             Heura mendengkus mendengar ucapan atasannya ini. Mungkin atasannya kekurangan obat, dan sehingga menjadi orang gila seperti sekarang. Siapa juga yang mau menikah dengan Gaven. Heura ogah menikah dengan pria itu. Ntah kenapa, Heura memang tidak suka dengan Gaven. Benih-benih cinta tak ada dalam hati Heura untuk Gaven.             “Bapak sudah gila? Mana mungkin saya mau menikah dengan Bapak. Saya tidak cinta dan tidak suka pada Bapak!” tunjuk Heura di d**a Gaven.             Gaven memegang dadanya dan pura-pura patah hati mendengar ucapan Heura yang menolak dirinya. Gaven sangat yakin, kalau nanti Heura akan jatuh cinta padanya dan mau menikah dengannya. Gaven hanya perlu menunggu dengan kesabaran penuh.             “Kau membuat hatiku patah. Belum berjuang, kau sudah menolak diriku. Kau sungguh kejam.” Gaven menunduk.             Heura memutar bola matanya, dan berusaha membuka pintu ruangan Gaven. Sial. Pintu ruangan ini dikunci. Heura menatap Gaven datar dan meminta pria itu untuk membuka pintu ruangannya, karena Heura ingin bekerja sekarang. Tidak mau meladeni kegilaan Gaven lagi.             “Pak, buka pintu ruangannya. Saya mau keluar sekarang.”             Gaven kembali melihat pada Heura dan menggeleng. “Kamu mau pintu ruangannya dibuka?” tanya Gaven dengan senyuman jailnya.             Heura mengangguk, dirinya mau keluar sekarang. “Ya, saya mau mulai bekerja. Jadi, tolong buka pintu ruangannya sekarang.”             Gaven semakin melebarkan senyumannya dan melangkah mendekati Heura, menunduk di depan wajah gadis itu. Membuat Heura menjauhkan wajahnya.             “Kamu boleh keluar dari sini. Dengan syarat…” Gaven menghentikan ucapannya dan menatap Heura yang balik menatapnya dengan tatapan penasaran gadis itu. Sungguh mengemaskan.             “Kamu boleh keluar. Tapi, cium pipi saya dulu,” ucap Gaven menunjuk pipinya.             Heura mengeram kesal dan berteriak memaki Gaven. Memang kurang ajar atasannya ini. Semakin menjadi saja.             “Bapak gila!!” teriak Heura membuat Gaven tertawa.             Gaven berjalan menuju mejanya dan menekan remot untuk membuka pintu ruangannya. “Saya hanya bercanda, tidak perlu tegang seperti itu. Kamu boleh keluar sekarang,” ucap Gaven menunjuk pintu ruangannya.             Dengan tangan mengepal Heura keluar dari dalam ruangan Gaven dan dan menyumpahi atasannya itu, agar dapat istri yang cerewet.             *olc*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN