Selvia sangat kaget di peluk oleh seorang pria, apakah ini suami Diandra?
Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba tangan lelaki masuk ke dalam belahan bagiam sensitifnya, meremas dengan perlahan membuatnya merasa b*******h. Ia juga sudah agak lama tidak dipelakukan seperti ini oleh seorang pria. Lelaki tersebut membuka tali handuk kimono yang mengikat handuk agar tidak lepas.
"Aku menginginkanmu, sayang," ujar Andre dengan nafsu yang tak tertahankan.
Selvia tak sanggup menolak, biarlah ia dikatakan murahan, tapi suara pria ini sungguh sangat menggoda imannya. Lelaki itu membuka handuk kimono Selvia dari belakang lalu menjilati lehernya.
"Aaaah..." Suara desahan terdengar dari bibir Selvia.
Andra merasa heran mendengar suara desahan yang berbeda. Andre langsung membalikkan tubuh wanita yang ia peluk, betapa kagetnya ia saat wanita yang berada di hadapannya bukan istrinya, Diandra. Ia melihat wanita tanpa busana di hadapannya dengan wajah memucat. Andre langsung membalikkan tubuhnya dengan cepat.
Kenapa ada perempuan tanpa pakaian di dalam kamarku? Ke mana Diandra. Andre berbicara dalam batinnya.
"Ka–mu siapa? Kenapa bisa ada di kamarku?" tanya Andre kebingungan.
"A–ku Selvia. Teman Diandra."
"Kenapa di kamarku?"
"Nanti aku jelaskan, apa boleh aku memakai bajuku dulu yang ada di ranjang di dekatmu. Bisa ambilkan aku baju?"
Andre tidak menjawab perkataan Selvia, ia langsung keluar kamar tanpa menoleh kebelakang.
"Cih... Dasar laki-laki, udah pegang-pegang, melihat aku telanjang langsung main pergi aja gitu? Hmm... awas aja kamu," ujar Selvia dengan menyunggingkan bibirnya.
"Lebih baik aku pakai baju dulu deh dari pada nanti ketahuan Diandra bisa gawat."
"Tapi, suami Diandra kenapa bisa salah pegang ya. Apa dia ga bisa mengenali tubuh istrinya sendiri. Badan aja tinggi aku, memang sih bentuknya sama-sama besar."
"Suami Diandra cakep juga sih, remasnya tangannya di d**a ku bikin napsu aja sih. Sayangnya laki temanku sendiri, kalau ga udah ku isep kaya permen lolly pop deh tuh milik Andre. Duh, udah lama nih ga isep - isep milik orang." Selvia jadi membayangkan bentuk dan ukuran bagian sensitif Andre.
Andre yang berada di ruang kerjanya merasa resah dan gelisah sendiri. Kenapa ia bisa salah mengenali bentuk tubuh istrinya sendiri, Diandra tak setinggi wanita yang bernama Selvia.
"Apa mungkin karena tuh perempuan pakai handuk kimono Diandra ya? Terus aroma sabun lavender yang di pakai perempuan itu kan, sabun Diandra. Aduh aku harus bagaimana ini, kalau Diandra tahu bisa gawat," ujar Andre gelisah.
"Aku harus tanya Diandra, kenapa perempuan itu bisa di kamar dan ke mana juga Diandra."
Andre mengambil ponselnya langsung menekan nomor istrinya.
"Halo Mas," sapa Diandra.
"Di mana?" tanya Andre.
"Aku jemput anak-anak, Mas."
"Cepetan pulang."
"Mas di mana?"
"Di rumah."
"Loh kok udah pulang Mas, tumben pulang cepat."
"Kamu lagi nyetir?"
"Iya Mas."
"Cepetan pulang, aku tunggu di ruang kerja."
"Iya Mas... oh iya Mas di rumah udah ketemu teman ku?"
"Siapa?"
"Selvi, dia temanku kuliah dulu."
"Ooh wanita yang tadi."
"Udah ketemu Mas?"
"Udah. Cepetan pulang!"
Andre memutuskan sambungan komunikasinya dengan Diandra. Ia lupa kalau sekarang jam pulang Richie dan Keira, anak-anaknya yang sudah bersekolah. Ia sengaja cepat pulang hari ini untuk menyalurkan hasrat nalurinya sebagai seorang lelaki yang meminta jatah pada istrinya. Sudah 5 hari ia tak mendapatkan jatah dari Diandra karena tamu bulanan yang selalu datang menganggu kebutuhan biologisnya, tapi yang ada ia malah salah memeluk wanita lain.
Andre memutuskan untuk tetap di dalam ruang kerjanya, ia malu jika harus bertemu dengan Selvia. Tapi, ia juga khawatir Selvia menceritakan kejadian tadi pada Diandra.
"Aku harus bagaimana ini, mati aku kalau Diandra tahu. Apa aku harus bicara dengan perempuan itu ya? Tapi, aku malu untuk bertemu perempuan itu."
Andre merasa ragu sendiri, ia berharap Selvia tidak mengatakan pada Diandra tentang kejadian yang baru saja terjadi. Ia tak tega sampai istrinya menangis dan kecewa, ia sangat menyayangi Diandra.
"Apa aku harus memastikan kalau si Selvi itu tidak akan mengatakan apapun ke Diandra? Kalau wanita itu ga mau gimana yaa. Aduuh, aku jadi bingung sendiri. Kenapa aku bisa begitu bodoh!"
Selvia berjalan dengan santai keluar dari kamar pribadi Diandra. Mia, asisten rumah tangga Diandra menghampirinya.
"Permisi Bu, kamar Anda sudah saya rapikan," ujar Mia.
"Terima kasih Mbak Mia."
Selvia mengikuti langkah kaki asisten rumah tangga, ia memperhatikan interior rumah Diandra yang di desain minimalis. Saat akan menuju kamarnya ia melihat ada seorang asisten rumah tangga lagi di sana yang menyiapkan makanan di meja makan.
"Ada berapa orang kerja di sini Mbak Mia?" tanya Selvia.
"Untuk bersih - bersih rumah ada 2 orang bu. Saya dan Mbak Wati lalu ada Joko yang tukang kebun juga mengurus hewan peliharaan Pak Andre jdan ada 2 orang supir Mas Agus dan Mas Budi," ujar Mia.
"Banyak juga yaa kerja."
"Dulu malah lebih banyak Bu. Ada baby sitter nguruh Mbak Keira dan Mas Richie tapi sudah berhenti."
"Kenapa?"
"Bu Diandra bilangnya sih sudah kalau Mas Richie dan Mbak Keira sudah cukup besar jadi tidak memerlukan baby sitter lagi, khawatir nanti jadi manja Bu."
"Bener juga sih, tadi yang pulang suami Diandra?"
"Iya Bu. Pak Andre Pratama suami Bu Diandra."
Selvia menganggukan kepalanya, ia jadi penasaran siapa Andre Pratama. Ia seperti pernah mendengar nama tersebut. Setelah Mia pergi dari kamarnya, ia pun mengambil ponsel dan berselancar mencari nama Andre Pratama di google.
Selvia tersenyum saat berhasil mendapatkan nama Andre di google. Benar dugaannya ternyata Andre seorang pengusaha muda yang sukses.
"Ooh pantesan pernah dengar ternyata suami Diandra direktur PT. Pratama Abadi. Salah satu produsen sepatu yang merk terkenal impor itu, mana merk mahal lagi. Masih muda, sukses, kaya raya, ganteng, dan sepertinya memuaskan wanita di ranjang deh. Aaakh jadi pengen kan aku," ujar Selvia sambil membayangkan remasan tangan Andre di gunung kembarnya.