Sekitar tahun 2000an, waktu itu di Kos jalan Candi Bajang Ratu – Malang. Kalau anak Malang pasti tau dengan kos di daerah yang jalannya nama-nama candi. Kos ini khusus cowok, entah tahun kapan kos ini terbangun. Informasi yang di dapat dulunya kos ini termasuk yang paling elit di daerah tersebut. Tapi itu dulu ya, beda kondisinya dengan sekarang.
Lokasinya di kawasan kampus yang dulunya terkenal akan kecantikan mahasiswi mahasiswinya. Di tambah keindahan kampusnya juga tenar akan koleksi satwa dan tamannya. Harganya juga cukup mehong untuk mahasiswa yang golongan menengah ke bawah. Apalagi bila di lihat dari fasilitas yang ada di kos tersebut. Meski sebenarnya menurutku, harga segitu belum layak untuk kos yang punya fasilitas biasa biasa saja. Air di kamar mandi dalam kamarku adalah salah satu yang mampet airnya. Belum lagi kondisi airnya yang sebenarnya kurang layak untuk mandi. Secara kebersihan dan penerangan pun masih jauh dari kata bagus.
Untuk aturan sendiri hampir sama dengan aturan kos pada umumnya. Jam malam maksimal hanya sampai jam 10 malam pagar sudah dikunci tuan rumah. Terkadang jika dalam keadaan darurat ada kunci cadangan untuk yang ingin keluar malam, tapi dengan catatan harus benar benar urgent. Untuk penjaga sekaligus petugas kebersihan kos hanya adanya pagi hingga sore, sementara untuk malam posisinya lowong. Itupun petugasnya sudah berumur dan mudah marah dengan anak anak kos. Meski ia marah anak anak tetap cuek.
Kos ini terbagi menjadi tiga blok, pertama blok depan yang menyatu dengan rumah pemilik kos dan garasi yang terdiri dari lantai satu dan lantai dua, penghuninya sepi hanya ada beberapa orang, mungkin sekitar dua atau empat orang untuk di blok pertama. Dari sepuluh kamar yang tersedia hanya 3 atau 4 yang terisi. Mungkin karena ukuran kamar yang kecil jadi teman teman merasa kurang puas jika ada tamu atau keluarga yang datang berkunjung. Kamar mandi juga hanya 1 untuk blok ini.
Selanjutnya adalah blok kedua yang letaknya di tengah-tengah bangunan dan terdiri dari lantai dua dan tiga. Sementara dilantai 1 adalah pusat dapur (biasa kami sebut juga pawon), gudang barang yang tak terpakai dan dua kamar mandi umum yang bersebelahan. Ukuran kamar di blok ini cukup besar, bisa di huni kurang lebih 3 sampai 5 orang setiap kamarnya. Untuk biaya sewanya ya di sesuaikan dengan kondisi kamar.
Blok kedua ini letaknya yang terlihat sangat menyeramkan, terutama situasi di dapur, karena jika sudah malam, dapur itu pasti kurang penerangannya bahkan ketika lampu tidak di nyalakan semakin menambah kesan spooky tersebut. Suasana tersebut ditambah lagi dengan adanya sebuah taman kecil plus kolam ikan dengan lampu yang ala kadarnya. Dan penghuninya tidak jauh beda dengan blok pertama tadi hanya sekitar dua atau empat orang yang menempati kamar kamar di blok tersebut. Blok ini juga ada kamar yang di huni oleh pemilik kos yaitu di lantai 2 dan 3.
Terakhir adalah blok paling belakang yaitu blok 3 yang terdiri dari lantai satu dan dua. Nah blok ini yang kamar kosnya agak elit dibandingkan kamar kos yang tersedia, karena memiliki fasilitas kamar mandi di dalam. Tapi sayang karena jarang dirawat jadinya terkesan kumuh seperti air yang jarang hidup dan kondisi belumut. Terdapat gazebo di sudut blok ini. Pemandangannya juga cukup menyegarkan karena bisa memandang kos kosan putri yang ada di sebrang kos kami. Khusus untuk blok ini penghuninya selalu full, jadi bisa dipastikan lebih ramai dibandingkan blok 1 dan blok 2. Apalagi bila semua penghuninya lagi ngumpul, sudah pasti seperti pasar suasananya.
Suatu hari, pemilik kos lagi berduka. Orang tua dari pemilik ibu kos tersebut meninggal dunia. Anak-anak kos biasa memanggil beliau dengan sebutan Oma karena beliau memang sudah sepuh. Penyebab meninggalnya pun kami tidak ada yang tahu, kecuali keluarga terdekat. Mungkin pengaruh sudah lanjut usia. Kebetulan sang Oma penganut agama non muslim, maka jenazah beliau disemayamkan di rumah atau di kos, kurang lebih seminggu lamanya.
Nah sejak hari itu banyak kejadian kejadian yang menurut aku diluar nalar, dan agak serem juga. Sehari sebelumnya ada satu orang yang jadi penghuni baru di kos kami. Namanya adalah Yohanes, asal dari Flores. Identitas dan asal usul banyak yang tidak diketahui dengan kawan satu ini. Kebetulan dia juga beragama non muslim.
Rey sempat kenalan dengan Yohanes, mereka banyak cerita satu sama lain. Tak ada yang janggal dari perkenalan Rey dengan Yohanes, orangnya juga asik diajak ngobrol. Setelah itu Rey mengajak Yohanes untuk kenalan dengan semua penghuni kos-kosan, alhasil hampir semua penghuni kos sudah saling kenal dengan Yohanes.
Sewaktu Oma meninggal si Yohanes kebetulan tidak di kos, entah dia menghilang kemana, hanya dia yang tidak tahu kalau Oma sudah ‘pergi’. Nah waktu itu lagi trend Game Online Counter Strike (CS), semua anak satu kos kosan hampir tiap malam, beli paketan game yang seharga cemban (10rb) dan main hingga larut pukul 6 pagi.
Semenjak Oma meninggal dan jenazah beliau belum dikebumikan, hampir semua anak kos tidak ada yang berani tidur malam di kos, kecuali junior atau adik-adik kelas yang bertahan karena memang tidak hobi begadang.
Hari ke-2 meninggalnya Oma, si Yohanes sudah pulang ke kos kosan. Kebetulan Yohanes kamar kosnya di blok 1 depan di lantai 2. Ketika dia pulang jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam dan kebetulan situasi di kos juga dah sepi, karena hampir semua anak2 kos pada hilang, sebagian besar di warnet termasuk Rey dan ada juga yang sibuk kuliah malam.
Pada saat dia melangkah menapaki tangga, tanpa sengaja dia melihat di lantai 2 kamar paling ujung , seorang ibu tua mungkin lebih tepatnya nenek-nenek dengan pakaian yang terlihat ‘wah’ namun dengan dandanan wajah yang tampak pucat. Ah dia pikir orang kos kos di situ juga, karena Yohanes penghuni baru jadi belum mengetahui semua mengenai kos-kosan termasuk penghuni dan pemilik kos.
Belum sampai di ujung tangga yang dia naiki, baru tersadar ada hasrat ingin buang air kecil, maka kembali lah dia ke bawah menuju wc untuk buang air kecil. Selesai itu, Yohanes kembali mau naik ke lantai 2 menuju ke kamarnya. Ketika ia sudah sampai di tangga paling atas lantai 2, dengan agak terkejut dia melihat nenek yang tadi berada di ujung kamar, ternyata sudah berpindah tempat ke tengah dan tepat berada di depan kamarnya.
Dengan santainya Yohanes melangkah menuju kamarnya sambil menyanyi pelan. Malah dia juga sempat menegur nenek itu untuk permisi lewat dan ternyata reaksi nenek itu hanya diam dengan wajah pucat pasi rambut yang tak beraturan. Aroma wangi dupa begitu menyengat tercium di hidung Yohanes, tapi ia cuek dan terus berlalu.
Si Yohanes tetap belum sadar juga siapa nenek tersebut. Setelah tiba di kamar, segera ia mengambil keperluannya. Ketika dia keluar kamar, Yohanes tidak melihat nenek itu lagi. Sosok tersebut telah hilang dari tempatnya semula.
Yohanes pun pergi ke blok belakang, tempat yang biasanya anak kos pada kumpul. Biasanya tempat kumpulnya adalah di lantai 2 kalau lagi rame-ramenya. Ketika sampai di blok belakang, si Yohanes sedikit kecewa karena tidak melihat siapapun di belakang. Sepi tak ada terlihat aktivitas.
Tiba-tiba mata Yohanes tertuju pada sosok yang ada di depan kamar yang biasanya menjadi tempat anak-anak kos kumpul. Ya, sosok itu ternyata nenek yang dia lihat sebelumnya di depan kamarnya. Nenek itu hanya menatap kosong ke Yohanes.
Kawan ini hanya berbisik dalam hati “kok nenek ini cepat sekali sudah ada di belakang?” Ia masih tetap cuek dengan situasi tersebut. Yohanes tidak lagi menyapa nenek itu. Dia pun berlalu keluar kos kosan, kembali menghilang, mungkin ke tempat temannya yang lain.
Keesokan harinya, hari ke 3 Oma meninggal, ketika siang itu anak-anak kos lagi berkumpul di Blok 3. Sedang asyik mengobrol mengenai serunya pertempuran (CS) semalam, tiba-tiba si Yohanes datang. “Darimana lu men?”, tanya Rey memulai pembicaraan. “Biasa bro, tempat temen” jawab yohanes.
Teman-teman yang lain sedang asyik dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang bermain judi kartu, main Play Station dan tidur juga ada. Sekian menit mengobrol, akhirnya si Yohanes dengan logat floresnya dan nada agak serius, bertanya ke kami. ”Eh semalam ada nenek-nenek di depan kamarku pake baju mewah banget bro, dan dandanannya itu menor banget cui”.
Sontak kami sekamar yang mendengar hal tersebut sedikit terkejut. Kami yang awalnya lagi sibuk satu sama lain, langsung menghentikan aktivitas dan serempak semua menatap ke Yohanes. Si Yohanes yang mendapat tatapan begitu merasa heran, ” lho kenapa kalian lihat aku begitu?”. Rey pun melontarkan pertanyaan “terus nenek itu bilang apa ke kamu?” Yohanes langsung menyahut “ga ada bro, nenek itu diem aja macam patung. Wajahnya putih pucat terus rambutnya putih campur item” kata Yohanes lagi.
Persis sudah gambaran dengan si Oma gumam si Rey. Teman teman yang mendengar ocehan Yohanes hanya terdiam melongo. Dan tak ada satupun yang memberi tahukan ke Yohanes siapa nenek yang dilihatnya, termasuk Rey. Ia hanya bilang ke Yohanes, “iya nes nenek itu mau kenalan kali, kan lu orang baru disini,hehe” jawab Rey sekenanya agar suasana kembali mencair.