Hari ke 4 meninggalnya sang Oma. Dari sekian teman-teman kos yang hobby main Game CS, hanya Yohanes dan beberapa teman terutama adik kelas di kos yang tidak hoby main game tersebut. Malam itu seperti biasa sebagian anak-anak kos sudah berkumpul di warnet, kecuali Yohanes dan beberapa teman tadi yang kebetulan tinggal di kos.
Waktu itu malam jam 10 teng. Si Yohanes rupanya kelaparan, pergilah dia ke pawon (dapur) yang terletak di blok tengah. Suasana saat itu sudah terasa seram karena penerangannya ala kadarnya, dan penghuninya juga sudah pada menghilang. Baru mau memasuki ruangan blok tengah, terperanjat si Yohanes, ia melihat depan pawon itu sudah ada sesosok perempuan yang kemarin dia lihat, ya nenek itu lagi duduk diam terpaku dan masih menggunakan pakaian yang sama dengan hari kemarin.
Ah nenek yang kemarin nih, batin Yohanes. Sambil memasuki pawon, dia pun sempat berlaku sopan dengan mengatakan permisi dengan nenek itu. “Permisi ya nek … ” tak ada jawaban yang keluar dari mulut nenek itu. Tak tampak senyuman sedikitpun dari raut wajah sang nenek. Yohanes tetap melanjutkan ke pawon, ia mengambil panci kecil dan diisinya dengan air dan ingin memasak mie.
Ketika Yohanes mau menyalakan kompor, mendadak nenek tadi lewat di depan pandangannya dengan sepertinya tidak melangkah, seperti orang yang berjalan dengan roda. Ia bergerak begitu cepat dan ringan tapi masih bisa di lihat oleh Yohanes. Ia hanya melongo melihat nenek itu berlalu depannya menuju ke blok belakang. Yohanes masih tetap cuek dengan pemandangan tersebut dan ia tetap memasak mie, mungkin pengaruh perut yang sudah keroncongan jadi ia cuek saja.
Hari ke 5. Siang itu tak sengaja Yohanes bertemu dengan pemilik kos, salah satu anak dari si Oma. “Siang mba” Yohanes yang sok akrab membuka dialog, kebetulan anak si Oma yang disapa Yohanes agak sedikit bohai. “Siang juga” sahut si mba dengan senyumnya yang manis. Karena Yohanes secara tak sengaja melihat ada keranda di ruang keluarga, maka bertanyalah dia “ada yang meninggal mba, siapa?”
Si Mba anak sang Oma lalu menjawab, “iya Mama ku Mas, sudah 5 hari yang lalu, kalau mau melihat silahkan masuk saja Mas”. Dasar Yohanes guna menghapus rasa keponya yang akut, diapun dengan santainya masuk ke ruangan keluarga. Dimana ada sesosok jenazah yang sudah terbujur kaku di dalam keranda tersebut. Begitu dia melihat dalam keranda tersebut, terkejutlah dia. Dengan wajah pucat dan keringat yang mulai membasahi mukanya, si Yohanes berkata dalam hati “lho ini kan yang nenek beberapa hari ini ketemu aku?”
Lalu di tegurlah si Yohanes dengan anak si Oma tadi, “kenapa Mas? Kok tiba-tiba kaget gitu?” Yohanes menjawab dengan terbata-bata “ga … ga … pa pa mba ...” Segera dia permisi keluar dengan tuan rumah. Yohanes raut wajahnya masih pucat pasi, seakan tak percaya yang dia lihat barusan. Ia pun kemudian bergegas pergi ke blok belakang, menemui Rey dan anak-anak kos yang lain. Ia perlu segera mendapatkan penjelasan dengan apa yang baru ia lihat.
Setelah ketemu, Yohanes belum bisa bicara apa-apa, hanya tertunduk dengan nafas terengah-engah seperti orang yang habis melakukan lomba lari karung. “Kenapa lu men?”, tanya Rey yang melihat temannya ngos-ngosan nafasnya sambil ia menyodori air dalam kemasan botol. “Minum dulu gua, hosh, hosh … Ah lu tega sih bro, bener-bener dah, kenapa ga ngomong selama ini?!” kata Yohanes sambil perlahan mengatur nafasnya.
“Ngomong apaan, pelan-pelan tarik nafas lalu buang pelan lagi” Rey berusaha menjawab dengan santai agar Yohanes bisa memperjelas pertanyaannya. “Nenek yang kulihat selama ini … itu yang punya kos kan?” Tanya Yohanes dengan wajah cemas. “Eh tau darimana lu men?” tanya Rey pura-pura amnesia lagi.
“Tadi aku lihat jenazahnya men, pas di ajak anak yang punya kos. Setelah ku tengok, buset dah … shock gua bro, yang ada di peti itu persis dengan yang kulihat kemarin malam.” jawab Yohanes bergidik. “Lha gua pikir lu lagi fly men, kan biasa mainan lu putaw, mungkin halusinasi lu aja men akibat putaw tadi,” kataku sambil tersenyum. Sementara anak-anak yang lain pada tertawa lepas setelah mendengar omongan Yohanes.
“Pantes aja ga ngomong pas gua sapa bro, cuek abis pokoknya” kata Yohanes sambil garuk-garuk kepala. “Tapi anaknya boleh juga tu bray, seksi abis. Bisa ga tu men?” sempat aja nih anak lihat yang begituan, batin Rey. “Gile lu, udeh punya laki tu bro, klo mau di sunat dua kali telil lu silahkan aja bro … hahahaha” Yohanes langsung memegang bagian vitalnya, rupanya ia keder juga karena sebenarnya ia belum pernah sunat.
Setelah Yohanes tau akan cerita si Oma, dia pun tak berani lagi menginap dikosnya di kala anak-anak yang lain tidak berada di kos tersebut karena sebenarnya ia juga anak yang penakut. Sampai jenazah tersebut selesai dikebumikan barulah ia berani kembali ke kosnya. Itupun jika ada anak-anak yang lain juga kebetulan ada, jika tidak ia pun melanglang buana entah kemana.
Memasuki hari berikutnya setelah jenazah Oma dikebumikan, barulah banyak teman-teman cerita pengalaman-pengalaman bertemu dengan si Oma. Yang paling sering adalah penampakan Oma di pawon(dapur). Ada juga yang melihat Oma lagi duduk di pendopo di blok belakang kos kami, kebetulan memang di pojok kos belakang ada pendopo yang jarang digunakan.
Sementara dengan si Yohanes akhirnya kami tahu, jika kawan ini adalah seorang pecandu narkoba. Karena saking candunya, biaya hidupnya pun habis hanya untuk barang haram tersebut. Setelah kehabisan uang untuk beli narkoba, ia pun nekad untuk melakukan perbuatan tercela. Yohanes berani mencuri barang-barang teman-teman di kos. Mulanya teman teman di kos tidak ada yang menyadari jika Yohanes adalah pelaku yang mencuri barang barang tersebut.
Namun sehebat apapun bangkai yang di simpang dengan rapi, tetap ia akan tercium juga. Sehingga akhirnya suatu hari si Yohanes tertangkap tangan sedang mencuri Handphone salah satu penghuni kos. Untung tak dapat di raih, malang sudah pasti jadi bulan bulanan bagi seorang pencuri.
Yohanes pun tak bisa mengelak lagi, apalagi saat itu kondisi dia sedang sakaw berat. Banyak teman teman yang menghakimi si Yohanes saat itu juga, mungkin mereka sudah kesal karena barang-barang mereka banyak hilang semenjak kehadirannya.
Rey hanya bisa terdiam, karena ia memang bukan korban. Ada rasa iba tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, karena teman-teman semua sudah terlanjur emosi. Meski ia yang agak dekat dengan Yohanes dibandingkan teman teman yang lain. Dengan tangan terikat si Yohanes babak belur dihajar anak-anak kos. Hingga akhirnya mereka menyerahkan ia ke pihak yang berwajib, dan diapun terusir dari kos tersebut.
Sejak hari itu tak ada lagi kejadian aneh yang mereka alami. Kondisi di kos pun kembali kondusif dan mereka tetap pada hobbynya yaitu game Counter Strike. Entah bagaimana nasib kawan satu itu selama di tahanan, semoga Yohanes baik-baik saja dan menyadari kesalahannya. Just reminder buat kita dan anak cucu kelak, karena dampak narkoba bisa membutakan segalanya. So … jauhi narkoba ya sob.
Sekarang kos-kosan tersebut sudah berpindah tangan, karena terakhir pada tahun 2016 kemarin saat Rey sekeluarga liburan ke Malang tak sengaja melewati kos itu tertutup rapat, bangunannya tidak banyak berubah dan terlihat usang tak terawat. Semua hanya tinggal kenangan yang manis dan pahit.
Waktu takkan pernah bisa terulang kembali jadi gunakanlah untuk hal yang berguna. Teman-teman yang dahulu menimbal ilmu sudah terpencar kemana-mana. Semua sudah memiliki kehidupan masing-masing.
“Seorang teman tidak bisa dianggap sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga kesempatan; pada saat dibutuhkan, sikapnya di belakang kamu, dan setelah kematianmu.”