Ada Yang Suka Ada Yang Tidak

1022 Kata
Benar saja, apa yang di katakan oleh Michele. Hidungku penuh darah, aku mimisan. " Itu kan aku benar, aku nggak bohong Adrian. Kau sedang sakit sebaiknya ke rumah sakit, " ungkap Michele sambil tersenyum menatapku. " Baiklah kau temanin aku iya, aku mau kamu temani aku Michael please. Ayolah," ajakku kepada Michele. "Ok no problems," ucap Michele sambil tersenyum. Aku dan Michele kini sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, kami menaiki mobil dinas Pasukan Mikhele. Entah berapa mata tertuju kepada kami. Mungkin aku dan Michele klop banget. Bahkan dengan setianya tatkala aku di periksa oleh dr. Michele sangat peduli dan perhatian kepadaku, sehingga dr. serta perawat mengira kami adalah saudara. " Semoga kau cepat sembuh Adrian, aku mau ke kesatuanku dulu. Istirahatlah bro," ucap Michele sambil tersenyum. Aku di sini, beragam macam karakter dan sikap. Kami sangat bingung, kami harus bagaimana, sebagai prajurit TNI aku sangat bangga. Atas pencapaianku. Tetapi bukan berati aku ingin diam stak di tempat, tanpa adanya perubahan. Aku berjuang menjadi Prajurit TNI, demi memperbaiki nama baikku dan keluargaku yang selalu di hina. Aku akui aku sangat miskin, tetapi aku tidak mau menjadi miskin hati. Entah kenapa prajurit beda matra, dari Angkatan Darat menatapku sinis. Aku tidak boleh seperti ini. Aku tidak boleh berfikiran buruk, iya harus berfikiran positive. " Kau enak sekali iya, jadi pasukan Garuda itu yang benar. Jangan kerjanya keluyuran,' ejek Iwan kepadaku. " Iwan kau tidak boleh seperti itu, Ia bahkan pekerjaannya lebih banyak dari pada kamu. Jangan julid dech sama-sama pasukan Garuda harus saling menyemangati," ucap Riki membelaku. " Apaan kerja, dia itu kerjanya hanya main sama Tentara Amerika bule nggak jelas," gerutu Iwan kepadaku. " Maaf bro, saya di sini kerja bro. Kamu jangan marah bro," ucapku sambil tersenyum. " Apakah dalam kesatuan Marinir seperti ini?" tanya Iwan dengan nada mengejek. " Santai bro, jika anda ada masalah dengan saya hina dan maki saya aja. This is personal jangan hina-hina kesatuan Marinir," ucapku dengan sangat emosi. " Memang Marinir nggak becus kok," ejek Iwan kepadaku. " Santai bro, saya saja nggak pernah menghina Kostrad kesatuan anda. Tetapi kok anda malahan menghina kesatuan sata," cicitku dengan penuh emosi. Riki melelai aku dan Iwan, Riki dari Matra Angkatan Udara. Ia membawaku ke kantin, mengajakku untuk minum es. Sembari mendingingkan suasana. " Kamu kenapa? Sudah Adrian jangan sedih, jangan di ambil ke hati. Iwan memang begitu, kamu maafkanlah dia," ungkap Riki sambil tersenyum. Ia mencoba menenangkan aku. " Aku nggak apa-apa Rik, aku hanya sedih aja. Karena aku nggak nyangka. Iwan berfikir seperti itu. Tetapi nggak masalah kok di dunia ini, ada yang suka ada yang nggak. Jadi intinya berusaha jadi yang terbaik," ucapku sambil tersenyum. Aku dan Iwan selalu berdebat, bahkan terkadang Iwan suka menunjukan taringnya. Jika ia sangat tidak suka dan menyukai aku. Berhubung aku cuek dan tidak mau tau, intinya aku memaafkan. Di dunia ini, ada orang yang suka dan benci kita. Kita tidak tau seperti apa, ada yang baik dan yang buruk. Ada yang suka dan benci. Tidak selalu semua orang harus menyukai kita. Hari ini adalah lomba kasti, Adrian ikut. Adrian di pasangkan dengan Iwan, walaupun Iwan nggak adil Adrian tak mempermasalahkannya. Lombanya dapat lima juta. Regunya ada lima orang. Tetapi Iwan nggak adil. Ia hanya memberikan Adrian lima ratus ribu. Kawan-kawan yang lain protes, karena hanya Adrian yang nggak di bagi secara adil. Tentu saja kawannya protes. Karena Adrian baik nggak pernah mengeluh. " Bro kamu nggak adil bagi ke Adrian, jangan kayak begitulah Bro," protes Marzuki kepada Iwan. " Sudah-sudah jangan bertengkar, aku nggak suka kalian berantem. Kalian harus akur aku sungguh tak apa-apa dapat lima ratus ribu," ucap Adrian dengan ikhlas dan legowo. Komandan kompi lihat, Komandan dengan tegasnya menghampiri mereka. " Iwan kamu memalukan kesatuan Angkatan Darat, kamu saya hukum. Ikut saya," ucap Komandan Kompi dengan tegasnya. Iwan di hukum lari dua ratus putaran, Iwan sangat letih dan lelah. Ia memiliki kebencian kepada Adrian. " Awas Adrian! Akan aku balaskan," ucap Iwan di dalam hati. Setelah selesai, Iwan bukannya sadar. Ia bahkan memfitnah Adrian dan Michele tak pantas menjadi pasukan prajurit khusus karena telah mencemari nama baik kesatuan masing-masing. Iwan memfitnah Adrian dan Michele itu pacaran, mereka adalah pasangan gay. Karena masalah itu baik Adrian maupun Michele tidak boleh bertemu. Karena komandan takut jika itu akan membuat masalah tambah keliru. " Adrian saya percaya kamu, saya yakin hubungan kamu dan Michele hanya hubungan sahabat. Tetapi kamu jangan bertemu Michale dulu," ungkap Komandan sambil tersenyum. " Baik Komandan," ucap Adrian sambil tersenyum. " Sabar Adrian , tunggu hingga pelaku fitnah itu tertangkap. Aku akan segera menghukumnya," ucap Komandan sambil tersenyum. Ketika Iwan sedang memfitnah Adrian dan Michele komandan lewat. Komandan memarahi Iwan, Iwan di jewer di marahi bahkan di hukum dengan memakan ular dan meminum darah ular selama seminggu. Komandannya sangat tegas, keadilan harus selalu di tegakkan menurut Komandannya. Iwan bukannya kapok sadar dan jera, ia malahan semakin bertingkah. Bahkan ketika ada gadis Lebanon yang naksir dan berkenalan dengan Adrian. Iwan memfitnah dengan menyebutkan Adrian itu Gay. Tetapi Adrian tidak marah, iya hanya mengelus d**a. Sementara Riki yang kesal, menampar Iwan. " Hey Bro! Lu sudah gila iya? Kenapa lu tampar gua?" tanya Iwan dengan memelototi Riki. " Iya gua udah gila, memangnya kenapa? Lu nggak berubah iya Iwan masih aja jahat ke Adrian," protes Riki sambil menampar Iwan. " Gua yang kesal dan benci ke Adrian kok lu yang sewot, jangan - jangan lu pacaran iya sama Adrian," sindir Iwan ke Riki. " Terserah lu dech mau ngomong apa? Kayaknya otak lu harus di masukin ke psikiater, lu lulusan perwira di mana kok kelakuan dangkal," ejek Riki ke Iwan. " Gua dari Kostrad, dari pada lu Kopaskas," ejek Iwan ke Riki. Komandan tiga matra yang lewat, akhirnya menghukum kami. Komandan tiga matra malu, karena kami perwira bukannya menjadi contoh malahan ribut. Komandan kompi menghukum kami dengan menjeburkan kami ke dalam kolam renang. Di mana kolam renang tersebut sudah ada batu es dingin sekali. Kami di hukum sambil menyayikan lagu dari kesatuannya masing-masing. Jika kami nggak afal hukumannya semakin banyak. Parah bgt, kami harus di hukum lagi dan lagi, hanya karena Iwan memiliki sikap dan sifat iri. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN